TAHUN PASTORAL 2024 Keuskupan Pangkalpinang yang kini dijalani yakni Kemuridan dan Hamba Allah.
TOBOALI, BERKATNEWS.COM– Uskup Keuskupan Pangkalpinang Mgr. Prof. Adrianus Sunarko, OFM membeberkan secara gamblang tentang bagaimana harusnya seorang hamba Allah itu hidup.
Hal itu diungkap Profesor Teologi ini dalam homilinya saat ekaristi peresmian Paroki Sta Maria Assumpta Toboali di Kabupaten Bangka Selatan, Kamis 15 Agustus 2024 lalu.
Apa yang disampaikan Bapa Uskup Adrianus Sunarko di Toboali ini kiranya relevan untuk seluruh umat mengingat tahun pastoral 2024 Keuskupan Pangkalpinang yang kini dijalani yakni Kemuridan dan Hamba Allah.
Uskup Adrianus dalam homilinya mula-mula mengingatkan umat Paroki Toboali untuk tidak lupa akan pelindungnya Maria Assumpta; yang diangkat ke surga itu, yang ternyata seorang hamba Tuhan.
“Jadi kalau mau Assumpta hidupnya harus lulus tahun pastoral 2024 ini, yakni Spiritualitas Kemuridan dan Hamba Allah. Injil hari ini memberi inspirasi sederhana tentang bagaimana seorang hamba Tuhan itu hidup. Spiritualitas hamba Allah itu dihidupi oleh tokoh-tokoh di sekitar cerita tentang kelahiran Yesus. Ada Maria sendiri, Elizabeth, Simeon, Hanna. Itu orang-orang yang sungguh menghayati spiritualitas hamba Allah,” kata uskup yang amat luar biasa dalam berkotbah ini.
Lantas, bagaimana harusnya seorang hamba Allah itu hidup?
Uskup Adrianus mengutip perikop injil tentang Maria yang dikisahkan bergegas ke pegunungan menuju sebuah kota di wilayah Yehuda untuk mengunjungi Elizabeth.
“Seorang hamba Tuhan dalam hidup menggereja itu, perlu kerelaan berkunjung, mengunjungi. Mungkin baik juga diingat, bahwa waktu itu Maria pergi tidak sendirian karena sudah mengandung Yesus dalam rahimnya. Maka Santo Yohanes Paulus II mengatakan, Maria itu Tabernakel pertama yang hidup, yang berjalan mengunjungi Elizabeth sambil membawa Yesus di rahimnya. Jadi seorang hamba Allah itu suka berkunjung ke teman-temannya tapi berkunjungnya itu bersama Yesus,” urai Bapa Uskup.
Tidak hanya itu, menurut Bapa Uskup, ciri lain dari orang yang hidup dengan spiritualitas hamba Allah yaitu pergi mengunjungi dan memberi salam kepada orang yang dikunjungi seperti Maria kepada Elizabeth.
Ketika Elizabeth mendengar salam Maria melonjaklah anak dalam rahimnya. “Siapakah Aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi Aku”.
“Ini gaya bahasa para hamba Allah, merasa tidak pantas, merasa bersyukur dikunjungi,” imbuh monsegniur.
Sisi lain dari spirit hamba Allah, lanjut Bapa Uskup, bersyukur, menerima dengan rendah hati. Tapi juga seperti Elizabeth, bersukacita kalau menerima tamu.
“Seperti Maria, seorang dengan spirit hamba Allah ketika dipuji dia bermadah, “Jiwaku memuliakan Tuhan karena Dia memperhatikan kerendahan hambanya”.
“Semoga kalian Assumpta, iya. Tapi jangan lupa yang Assumpta itu adalah hamba Allah. Mudah-mudahan umat Paroki Maria Assumpta mencerminkan semangat hamba Allah di dunia ini. Sering-seringlah kalian saling berkunjung tapi bersama Yesus seperti Maria, saling memberikan salam satu sama lain, orang yang dikunjungi juga harus bersyukur. Menerima tidak dengan sombong tapi rendah hati, ikut bergembira dan kalau dipuji bernyanyi. Semoga umat di sini bisa menciptakan magnificat baru khas Toboali sehingga kalau dipuji langsung nyanyi magnificat itu,” pungkas Uskup Adrianus Sunarko. (Stef Lopis)
Sumber: YouTube Komsos Keuskupan Papin