Batam, BerkatNews.com — Bukan sekadar perayaan misa biasa, kehadiran Kardinal Ignatius Suharyo di Gereja Santo Petrus Batam pada Selasa, 25 November 2025 menjadi momen istimewa bagi umat Katolik di Batam yang jarang mendapatkan kesempatan mengikuti misa dipimpin langsung oleh pemimpin tertinggi OCI. Dalam momen yang jarang terjadi bagi umat Batam, Uskup Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) itu menyampaikan pengajaran mendalam tentang “kepenuhan waktu,” sebuah konsep rohani yang ia tekankan sebagai kunci membaca karya Allah dalam hidup manusia.
Misa Kudus yang dipimpin Kardinal Suharyo ini dihadiri umat, komunitas TNI–Polri, serta sejumlah tokoh yang hadir untuk berdoa bersama. Wakapolda Kepri, Brigjen Pol Dr. Anom Wibowo, SIK., M.Si., turut hadir dan disambut hangat oleh umat. Kardinal juga didampingi jajaran imam OCI dan para imam tamu, antara lain Romo Kolonel (Sus) Yos Bintoro, Romo Vikjen Anton Moa, Romo Vikep Indrajati, Romo Pramodo, Romo Yonas, Romo Philips, Romo Ipda Octavianus Pelagian Ranta, dan Romo Paschalis Saturnus.
Tokoh TNI-Polri dan purnawirawan turut hadir, antara lain Irjen Pol (Purn) Drs. Heribertus Dahana R., SH., M.Si.; Laksda TNI (Purn) AR Agus Santoso; Kolonel Inf. Sudung Hasiholan CH; Walikota Laut (P) Paulus Angandi Arum; dan AKBP (Purn) Petronela Rosena Hasan.
Dalam homilinya, Kardinal Suharyo mengajak umat meninggalkan pemahaman keliru tentang “akhir zaman” dan menggantinya dengan istilah “kepenuhan waktu.” Ia menegaskan bahwa rencana keselamatan Allah tidak berakhir dengan kehancuran, tetapi mencapai puncak dalam kesempurnaan kasih-Nya.
Ia kemudian menjelaskan perjalanan tahun liturgi Gereja dari Adven hingga Kristus Raja Semesta Alam sebagai sebuah lingkaran yang membentuk iman dan pilihan hidup umat sehari-hari.
“Tanda bahwa kita membimbing Roh Kudus tampak dari pilihan-pilihan kita. Setiap kali kita memilih kebaikan, meski sulit, di situlah Roh Kudus bekerja,” tegas Kardinal.
Kardinal menekankan bahwa kekudusan tidak harus muncul dari perbuatan besar. Ia mencontohkan Beato Carlo Acutis, yang menjadi kudus lewat hidup sederhana namun setia memilih kebaikan.
Ia mengutip juga ajakan Paus Fransiskus mengenai langkah kecil menuju kesempurnaan kasih, mulai dari menahan diri untuk tidak bergosip, mendengarkan dengan sabar, berdoa ketika gelisah, hingga berbagi kepada yang membutuhkan.
“Setiap langkah menuju kebaikan adalah perjalanan kesucian,” ujarnya.
Sebagai penutup homili, Kardinal Suharyo membawakan kisah kebijaksanaan dari relief Candi Mendut tentang burung berkepala dua yang hancur karena ketidakadilan dalam berbagi makanan. Kisah itu menjadi gambaran pentingnya budaya berbagi dan saling menopang dalam komunitas.
“Ketika kita rela berbagi, kita ikut membangun budaya kasih yang menjadi tanda hadirnya karya keselamatan Allah,” tutupnya.
Perayaan misa diakhiri dengan suasana meriah dan penuh rasa syukur. Kehadiran Kardinal Suharyo bersama para imam OCI dan sejumlah tokoh TNI–Polri menjadikan momen ini sebagai peristiwa yang meninggalkan kesan mendalam bagi umat Katolik di Batam.
Selain memperkokoh relasi Gereja dengan komunitas TNI–Polri, misa ini juga meneguhkan kembali panggilan umat untuk memilih kebaikan setiap hari, meski dalam langkah kecil sebagai bagian dari perjalanan menuju kekudusan. (suci/Edi)
Sumber : Portal Media Askara Media Sahabat Muda Indoenesia
Report :Caecilia Eersta
Dok : Pen-OCI

