Bacaan pertama, 2Samuel 1: 1-4.11-12.19.23-27, Para pelawanan gugur di medan perang; Mazmur 80: 2-3..5-7, Buatlah wajah-Mu bersinar, ya Tuhan, maka kami akan selamat; Bacaan Injil Markus 3: 20-21, Orang-orang mengatakan Yesus tidak waras lagi.
Yesus Tidak Waras Lagi
RD. Lucius Poya H. *)
Yesus tidak waras lagi! Itulah tanggapan kaum keluarga ketika mereka mendengar bagaimana kiprah Yesus dalam tugas perutusan-Nya. Sebuah tanggapan yang bertolak belakang dengan orang-orang Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, Seberang Sungai Yordan, Tirus dan Sidon, sebagaimana dilansir Markus hari Kamis. Orang-orang dari berbagai wilayah ini datang kepada Yesus dan mengikuti Dia, justru karena mendengar tentang Yesus sebagai sosok yang fenomenal, dalam kata dan tindakan. Sayang reaksi itu jauh berbeda dengan kaum kerabat-Nya. Mereka datang mengambil Dia karena menganggap Yesus tidak waras lagi, sebagaimana dilansir Markus hari ini.
Begitulah akhir kisah yang ditenun Markus sepanjang pekan II Masa Biasa. Sebuah penutup kisah yang menggoncangkan, serentak pula menyingkapkan sebuah realita untuk dimaknai dalam ziarah iman.
Kisah ini menggoncangkan karena ternyata tanggapan para kerabat, bertentangan dengan tanggapan orang banyak yang menyaksikan langsung siapa Yesus dan segala tindakan-Nya. Tanggapan yang berbeda ini memberi petunjuk bahwa kedekatan darah belum tentu mengenal dengan sangat baik kerabatnya; dan kejauhan genetik belum tentu terasing dengan Yesus. Dengan itu asumsi bahwa kedekatan genetik melahirkan iman kepada-Nya, tak bisa menjadi pegangan. Justru seorang nabi sering tak dihormati di tengah keluarganya.
Sunggupun demikian, kisah ini juga menyingkapkan realita bahwa sosok Yesus memang melampui seluruh takaran rasional manusiawi. Dan oleh karena itu, rasanya kesimpulan kaum kerabat “Ia tidak waras lagi”, lebih merupakan sebuah istilah untuk membahasakan tentang sosok Yesus yang melampui semua batas kesanggupan untuk dibahasakan secara manusiawi.
Kuasa yang melampui batas itu mulai Ia tunjukkan ketika ibu-Nya meminta bantuan-Nya, saat kerabat-Nya di Kana melakukan hajatan nikah. 10.80 liter air diubah menjadi anggur, sebagaimana dilansir Yohanes hari Minggu yang silam. Kuasa itu terus memancar di manapun Ia berada, sehingga roh-roh jahat yang menjumpai-Nya segera tersungkur dan jatuh. Bahkan tatkala tangan-Nya terulur ke atas orang sakit, mereka menjadi sembuh.
Sosok diri yang penuh kuasa itu membuat para ahli pun tak sanggup berargumentasi dengan-Nya. Di hadapan orang-orang yang hanya mengakarkan agamanya pada warisan tradisi, Yesus dengan penuh kuasa berucap: ”Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabath”, sebab sabath itu ada untuk menyelamatkan, bukan untuk menyiksa dan membelenggu, sebagaimana dilansir hari Selasa dan Rabu.
Bahkan untuk memilih orang-orang yang senantiasa bersama-Nya, menyertai-Nya, diutus memberitakan injil dan mengusir roh jahat, Ia tidak butuh lamaran, tidak butuh seleksi oleh team khusus, tak butuh standard kualifikasi personal. Siapa yang Ia kehendaki; mereka itulah yang Ia tentukan menjadi Rasul-Nya, sebagaimana dilansir hari Jumat, kemarin.
Ya! Yesus tidak waras lagi, sebagaimana tanggapan kaum kerabat, harus dimaknai dalam kirbat pemikiran yang baru, sebagaimana dilansir hari Senin. Sebagai kaum kerabat-Nya yang baru, “tidak waras lagi” sejatinya bukan karena Yesus mengalami cacat saraf, melainkan karena kata dan tindakan-Nya melampui batas kawajaran yang dimiliki oleh seorang manusia normal.
Ia melampui semua itu, karena Dia adalah Tuhan. Yesus inilah yang harus kita ambil untuk menjadi sumber hidup dan kekuatan, pedoman ziarah, dan cahaya dalam perjalanan. Dialah Sang Mempelai yang membuat hidup kita senantiasa dalam suasana pesta, apapun situasinya. Dialah batu Sendi Gereja yang Apostolik. Dialah Tuhan. Bersama-Nya tak ada kebinasaan.
Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan III Masa Biasa.***
*). Imam Keuskupan Pngkalpinang, sedang mempersiapkan calon Paroki di Tanjung Uban, Paroki Tanjungpinang, Bintan Kepri