Hari Kamis dalam Pekan Paskah III, 5 Mei 2022, Tahun C/II; Bacaan pertama, Kisah Para Rasul 8: 26-40, Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis; Mazmur 66: 8-9.16-17.20, Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!; Bacaan Injil Yohanes 6: 44-51, Akulah roti hidup yang telah turun dari surga.
“Bangunlah, Makanlah! Sebab Kalau Tidak, Perjalananmu Nanti Terlalu Jauh Bagimu”
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)
Salam sejahtera, saudaraku tercinta!
Dalam bacaan I (Kis. 8:26-40) dikisahkan Filipus dituntun oleh malaikat Allah untuk memberi kesaksian kepada seorang pejabat Etiopia yang sedang membaca tentang syair Hamba Allah dalam Kitab Yesaya. Karena pejabat Etiopia itu tidak mengerti isi dari bacaan itu, maka Filipus menggunakan kesempatan itu untuk bersaksi tentang nubuat para nabi mengenai Yesus sebagai Mesias. Akhir cerita, pejabat tinggi Etiopia itu percaya dan memberikan dirinya dibaptis.
Dalam Bacaan Injil (Yoh. 6:44-51), Yesus menegaskan bahwa tidak ada orang yang dapat datang kepada-Nya untuk dibangkitkan, kalau ia tidak ditarik (diajar) oleh Allah. Orang yang ditarik oleh Allah tidak akan dibiarkan. Ia akan diberi roti dari surga. Bukan Manna tetapi diri Yesus sendiri. “Akulah Roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (ay. 51).
Bagaimana dengan kita? Dari bacaan I dan bacaan Injil dapat kita simpulkan bahwa panggilan untuk terlibat dalam karya Allah berawal dari inisiatif Allah. Filipus berhasil meyakinkan pejabat Etiopia sehingga mau dibaptis karena digerakkan oleh malaikat Allah.
Yesus sendiri dalam bacaan Injil dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat datang kepada-Nya kalau tidak ditarik (diajar) oleh Allah. Yesus bertugas menindaklanjuti inisiatif Allah itu, demikan juga kita. Yesus menuntaskan tugas-Nya melanjutkan karya Allah dengan memberikan diri-Nya sebagai roti hidup, yang menjadi sumber kekuatan bagi perjalanan kita dan tugas pelayanan kita.
“Akulah roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”. Itu berarti setiap kali kita menerima komuni kudus dijanjikan untuk hidup selama-lamanya, kita dikuatkan seperti Elia yang akhirnya mampu untuk berjalan melanjutkan tugasnya (1Raj. 19:7) atau sebagaimana Allah memberikan Manna untuk orang Israel agar mereka bertahan dalam perjalanan menuju tanah terjanji (Bil. 11:1-6).
Kini, Allah menyediakan makanan bagi kita agar kita dapat sampai ke Tanah Terjanji yang sesungguhnya, yaitu Surga. Dengan demkikian unsur pertama dari iman akan karya keselamatan Allah (roti hidup, ekaristi) adalah misteri Allah sendiri. Dalam Ekaristi, Yesus tidak memberi kita suatu “barang”, tetapi diri-Nya sendiri. Dengan demikian, Dia memberikan seluruh hidup-Nya kepada kita.
Sebagai orang katolik, kita pantas bersyukur karena selalu diberi kesempatan untuk bisa bersatu dengan Yesus melalui Ekaristi. Maka, mari kita rayakan Ekaristi dengan penuh iman. Sebab disanalah kita diundang oleh Tuhan untuk keselamatan kita dan umat manusia lainnya. Namun juga jangan lupa, setelah menyantap Ekaristi, kita diutus untuk melanjutkan karya keselamatan Allah itu dalam hidup sehari-hari. Kita diutus menjadi roti hidup bagi semua orang yang kita jumpai dan layani.
Melalui ekaristi Tubuh Kristus (Roti Hidup) dihadirkan kembali dan kita boleh menyantap-Nya. Dan setelah menyantap Roti Hidup, sebagai ungkapan rasa syukur, kita diutus seperti Filipus untuk membawa kehidupan dan harapan kepada orang lain. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas pewartaan kita tidak pernah sendirian, karena Tuhan Yesus selalu ada untuk kita dan menyerai kita.
Sekarang pertanyaannya adalah, seberapa besarkah kerinduan kita untuk menerima Kristus, Sang Roti Hidup itu? Apakah kita telah melakukan persiapan batin yang memadai untuk menyambut Dia? Apakah kita mau meluangkan waktu untuk sedapat mungkin menyambut Dia dalam Ekaristi setiap hari? Sudahkah kita sungguh bersyukur setiap kali menyambut Ekaristi? Atau apakah kita malah disibukkan oleh pikiran kita sendiri?
Kita perlu memohon rahmat agar apapun yang terjadi di sekitar kita dan di hati kita saat perayaan Ekaristi, kita tetap dapat memberikan penghormatan dan ucapan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan. Bangunlah, Makanlah! Sebab Kalau Tidak, Perjalananmu Nanti Terlalu Jauh Bagimu. Semoga. Tuhan memberkati! ***
*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang