BERKATNEWS– Setelah 49 tahun, sejak 1974 silam, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) akhirnya meluncurkan Alkitab Terjemahan Baru 2 (TB 2) disela-sela ibadah syukur 69 tahun LAI yang dilaksanakan Kamis (9/2/2023) di Balai Sarbini Jakarta.
Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua ini merupakan pembaharuan Terjemahan Baru Edisi pertama yang diluncurkan pada tahun 1974 yang lalu.
Menurut keterangan singkat yang tertulis dalam Buku Panduan Ibadah: proses penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia telah dimulai sejak awal tahun 1950-an di bawah pengawasan Lembaga Alkitab Belanda atau Nederlandsch Bijbel Genootschap.
Awalnya dimaksudkan sebagai pembaruan terjemahan berbahasa Melayu oleh Pdt. W.A. Bode (Perjanjian Baru yang terbit 1938). Namun rencana ini meluas menjadi upaya menghasilkan terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia. Salah satu alasan terpentingnya adalah perkembangan Bahasa Indonesia yang sangat pesat pasca Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sementara Alkitab terjemahan baru masih dikerjakan di bawah naungan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang berdiri 9 Februari 1954, Perjanjian Lama Bahasa Melayu terjemahan Dr. H.C. Klinkert (Abad-19) dan Perjanjian Baru terjemahan Pdt. Bode pernah digabung dan diterbitkan tahun 1958. Terbitan “darurat” ini dikenal sebagai Alkitab Terjemahan Lama.
Kemudian atas mandat Majelis Agung Waligereja Indonesia, sejak tahun 1955 tim penerjemah Kitab Suci Katolik juga mempersiapkan terjemahan Perjanjian Lama lengkap yang mencakup Deuterokanonika. Menjelang perampungan Alkitab Terjemahan Baru (TB), tim Lembaga Biblika Indonesia (LBI) yang dipimpin oleh Pater Dr. C. Groenen, OFM, mengusulkan kepada Presidium Konferensi Uskup se-Indonesia untuk menerima terjemahan LAI. Usul ini diterima para Uskup, lalu disampaikan dalam konsultasi ALkitab Terjemahan Baru tanggal 10-22 Juni 1968 di Cipayung Bogor. Kedua tim, LAI dan LBI kemudian berkolaborasi untuk merampungkan Alkitab TB.
Kebersamaan yang melahirkan Alkitab Terjemahan Baru tercatat sebagai kerja sama ekumenis pertama di dunia dalam penerjemahan dan penerbitan ALkitab. Alkitab TB terbit tahun 1974, disusul edisi Katolik yang memuat deuterokanonika tahun 1975.
Dilansir laman Mirifica.net, Ketua Lembaga Biblika Indonesia, RP. Albertus Purnomo, OFM menjelaskan alasan diluncurkannya Alkitab Terjemahan Baru edisi 2 ini.
Menurut Romo Purnomo, tidak ada satupun terjemahan yang akan berlaku sepanjang zaman. Dunia terus berkembang dan berubah. Bukan hanya teknologi saja, tetapi juga perkembangan dan perubahan dalam cara berpikir dan berkomunikasi.
Konsekwensinya, Bahasa yang merupakan jembatan utama dalam berkomunikasi, praktis akan mengalami perkembangan dan perubahan. Begitu juga Bahasa Indonesia yang berkembang sangat cepat baik dari kosa kata, tata Bahasa, ejaan dan cara penulisannya. Aneka perubahan ini menuntut penyesuaian dalam penerjemahan Alkitab. Di samping itu ilmu tafsir dan sarana penafsiran Kitab Suci juga semakin up to date maka terjemahan baru Edisi 2 dapat terwujud.
Pernyataan Romo Purnomo ini sejalan dengan pemaparan Pdt. Anwar Tjen, Ph.D, salah satu tokoh dalam penerjemahan ini, tentang alasan mengapa terjemahan yang “baru” dibarui, karena Perkembangan Bahasa, Studi Kitab Suci menyangkut Penelitian naskah kuno dan kajian mengenai makna serta studi penerjemahan.
Secara terbuka, Romo Purnomo menyatakan “Gereja Katolik bersyukur dapat bekerja sama dan bermitra dengan LAI dalam menerbitkan terjemahan Alkitab ini. Sebab ini mengungkapkan dengan jelas semangat ekumenis yang terus digaungkan dalam tubuh Gereja Katolik”.
Atas nama para wali Gereja dan seluruh umat Katolik Indonesia, LBI menyambut dan menerima dengan penuh sukacita pembaruan Alkitab ini, sambil tentu berterima kasih kepada mereka semua yang terlibat dalam proses pembaruan ini; Para pakar Kitab Suci Gereja Protestan dan Katolik dan para pakar Bahasa Indonesia yang selama bertahun-tahun bekerja keras dan tekun untuk merampungkan proyek mulia ini.
Peluncuran Alkitab dalam acara yang berlangsung Meriah dan dihadiri Menko Maritim dan Investasi, Bapak Luhut Binsar Panjaitan ini, Ketua Umum LAI, Pdt. Henriette T. Hutabarat Lebang, MA dan Ignatius Kardinal Suharyo, didampingi para Pimpinan Gereja Aras Nasional, menyambut arak-arakan Alkitab, mengangkatnya dan sama-sama berseru: “Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, Kita luncurkan Alkitab terjemahan baru edisi dua ini untuk dipergunakan oleh Gereja dan Umat Kristiani di seluruh Nusantara”.
Sementara itu, Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, yang diminta menjadi Pelayan Firman, dalam acara yang dihadiri lebih dari seribu orang ini, mengingatkan seluruh umat akan Firman Allah yang penuh Kuasa. Kuasa Firman Allah jauh lebih berkuasa dari pelayan Firman.
Dengan gayanya yang khas Uskup Bandung ini menegaskan bahwa Kuasa Firman Allah Efektif dalam diri orang yang percaya, Kitab Suci berdayaguna untuk menumbuhkembangkan, karena itu seharusnya orang Kristiani menjadi baik dan kudus karena membaca dan mendengarkan firman Allah.
Dalam renungan yang didasarkan pada Yesaya 55: 10-11, dengan tema: “Firman Ilahi Berkuasa Membarui” ini, Mgr. Anton berharap kehadiran Kitab Suci terjemahan baru yang boleh terwujud dalam sebuah proses yang panjang, semakin membuat orang paham makna aslinya, hingga makin beriman pada Allah yang bersabda lewat Kitab Suci. Semoga Kitab Suci makin dicintai dan makin memperbaharui setiap orang yang percaya.
“Karena kalau Kitab Suci makin dikasihi, maka Sabda Allah yang penuh Kuasa dapat menjadi Karakter hidup Kristiani, karena kalau orang makin mengetahui Kitab Suci dengan benar, makin mengasihi Kitab Suci dengan kudus dan makin melakukan Kitab suci dengan baik dalam hidup sehari-hari. Kiranya Kitab Suci bukan hanya menjadi bacaan suci tetapi Sabda Allah yang penuh Kuasa membaharui kita,” pungkas Ketua KWI.