Bacaan 1, Daniel 2: 31-45, Allah akan mendirikan suatu kerajaan takkan binasa selama-lamanya, dan akan meremukkan segala kerajaan; Mzm. Dan. 3:57-61, Pujilah Tuhan, hai segala karya Tuhan; Bacaan Injil Lukas 21: 5-11, Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain.
Keruntuhan-Kehancuran Dalam Perspektif Ekskatologis
RD. Zakarias L. Ujan, Imam Keuskupan Pangkalpinang
Membaca kedua bacaan suci hari ini yang berfokus pada keruntuhan dan kehancuran fisik kerajaan, membangkitkan ingatan akan tragedi (bencana alam) banjir bandang di NTT khususnya di Adonara dan Lembata. Ada banyak korban jiwa dan runtuhan bangunan-rumah warga masyarakat. Tanda bahwa alam tidak bersahabat dan tidak berkompromi dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Saat itu tercipta suatu kerjasama, gotongrorong dan kepedulian yang datang dari banyak pihak. Semua orang tidak tinggal diam. Perjuangan mencari korban di satu pihak dan bantuan sembako berdatangan bagi warga yang berdampak, di lain pihak.
Demikian juga, hadir mengunjungi warga di lokasi bencana, Bapak Presiden Jokowi dan Ibu Risma, Menteri Sosial. Inilah cuplikan peristiwa yang mengisyaratkan tanda dalam ingatan dan rekaman memory penduduk dan bumi Lamaholot. Sedih yang tidak gampang hilang memberi harapan baru. Lagu dan syair Ina (Bunda) Maria terdengar senduh terbayang isyak tangis dan harapan baru dalam Rera Wulan Tanah Ekan (Allah Langit dan Bumi).
Dalam bacaan pertama (Nubuat Daniel 2:31-45) terbaca bahwa kepada raja Nebukadnesar, Daniel menceritrakan mimpinya. Yakni tentang patung raksasa yang berdiri kokoh kuat tetapi yang hancur remuk bagaikan sekam. Semua itu bagaikan kerajaan-kerajaan yang didirikan silih berganti tetapi kemudian hancurberantakan. Lalu Tuhan membangun kerajaan baru dan diberinya kerajaan itu kuasa, pemerintahan, kekuatan, dan kemuliaan. Kerajaan itu akan bertahan selamanya.
Sementara itu dalam Injil (Luk 21:5-11) terbaca dialog antara Yesus dan segelincir orang tentang kapan akhir Zaman dan apa tandanya?
Keruntuhan Bait Allah yang dibicarakan dalam Injil menjadi pratanda akhir zaman dan kedatangan Mesias. Sabda Yesus: “Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan, dan tidak akan ada satu batu pun dibiarkan letak diatas batu yang lain.”
Di sini kita bersinggungan dengan kotbah akhir dunia atau kotbah eskatologis. Ketakutan dan pengharapan adalah dua perasaan yang muncul barengan dalam diri manusia. Tetapi hal ini membuat manusia peka terhadap situasi hidup dan peristiwa yang yang terjadi. Pesan palsu dan mesias palsu serta tanda eskatologis yang dihadapinya (seperti perang gempa bumi, penyakit dan tanda-tanda dari langit) semua ini menunjukan bahwa akhir sudah dekat.
Sementara itu, tetaplah diingat dan diperhitungkan pengalaman kejatuhan Yerusalem, penganiayaan, dan pengejaran. Di satu sisi, semua itu tidak terpisahkan dengan situasi dan peristiwa yang dihadapi umat beriman dalam Gereja Perdana (boleh dibaca dalam nuansa akhir zaman) tetapi sekaligus menjadi tanda-tanda kedatangan Mesias.
Bagi para Murid Yesus, mereka hendaknya jangan gelisah, tetapi situasi dan saat seperti itu menjadi kesempatan memberi kesaksian, dan untuk berbicara dengan kebijaksanaan Ilahi. Para pengikut Yesus yang menderita dan mengalami penganiayaan tetaplah dibawah perlindungan Tuhan Yesus.
Sekali lagi tentang akhir zaman dan kedatangan Mesias, waktunya belum diketahui. Karena itu murid-murid diminta waspada terhadap berita simpang siur mengenai kedatangan Mesias dan akhir zaman agar tidak jatuh dalam kesesatan.
Ya para murid perlu berwaspada supaya tidak disesatkan. Bagi kita dewasa ini, kita juga berwaspada terhadap semua yang menyesatkan. Dan semoga saja kita tidak tergolong orang yang menyesatkan. Kita perlu membedakan berita atau informasi yang benar.
Dalam era ini, banyak hoax, banyak juga yang tergolong gosip. Kewaspadaan kita termasuk pandai, arif dan bijak memilah-milah jenis dan informasi yang kita terima atau dengar. Kewaspadaan kita umat nasrani dalam hal ini menyangkut kesetiaan dan keteguhan dalam iman. Bahwa kita hendaknya tetap percaya kepada Yesus. Dan selanjutnya kita menyiapkan diri selalu agar kita ditemukan Tuhan apabila Ia datang kembali. Dengan itu jelas kalau ajal kita tiba, kita layak menyambut Tuhan dan bersama-Nya menikmati bahagia kekal.
Semoga kita menularkan pesan cinta dan damai Kristus kepada sesama. Amin. ***