Pekan XXXI
Bacaan 1, Why. 7: 2-4.9-14, Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya; mereka berdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa; Mzm. 24: 1-2.3-4ab.5-6, Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan; Bacaan Injil Matius 5: 1-12a, Bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga.
Berjuang untuk Mencapai Kekudusan
Oleh: Alfons Liwun
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Kata bahagia ialah makna yang dalam. Saking dalam maknanya itu, bahagia tidak cukup hanya fisik-lahiriah, namun mencakup perasaan dan pikiran, bahkan keadaan bahagia ini harus intens. Makna yang demikian ini, menuntun suatu keadaan ekstra untuk berjuang. Secara kasatmata, terlihat begitu ideal. Namun demikian, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, bukan lagi ideal makna bahagia itu. Fakta. Buktinya, hari ini kita merayakan pesta orang-orang yang sudah berbahagia bersama Yesus dalam rumah Bapa-Nya. Mereka itulah yang disebut Wahyu Yohanes sebagai “kumpulan orang banyak” tidak hanya itu tetapi tak terhitung jumlahnya.
Mereka yang telah berbahagia itu, tidak hanya berasal dari satu bangsa atau satu suku, atau satu bahasa, dan satu kaum, tetapi berasal dari seluruh penjuru dunia dengan berbagai latabelakangnya. Mereka yang telah berbahagia itu didaras dalam mazmur sebagai angkatan yang telah menemukan wajah Allah, bukan mencari-cari lagi. Mereka telah menemukan dan hidup bersama Allah. Keadaannya sukacita dan bergembira dalam puji-pujian dan sautan sangkala yang berdentum.
Mengapa “angkatan itu telah berbahagia”? Inilah pertanyaan refleksi kita bersama dalam renungan. Mereka berbahagia karena menerima belaskasih Allah. Padahal, mereka adalah manusia biasa seperti kita ini. Mereka orang-orang biasa tetapi hidup dengan penuh kualitas. Apa kualitasnya?
Kualitas hidup mereka adalah berjuang untuk hidup dengan penuh iman. Resep mujarabnya kita temukan dalam bacaan Injil hari ini, dalam Matius 5: 1-12a. Dalam Matius disebutkan delapan kualitas ini: “yang miskin di hadapan Allah, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, yang suci hatinya, yang membawa damai, yang dianiaya demi kebenaran”.
Delapan Sabda Bahagia yang ditawarkan Yesus dalam bacaan Injil tadi, bertolak belakang dengan makna bahagia yang ditawarkan dunia ini. Apa bisa orang berbahagia dan sukacita kalau hidup miskin? Apakah orang berbahagia kalau hidupnya lemah lembut saja? Apakah orang berbahagia dan sukacita jika kebenaran yang diperjuangkan selalu diperlawankan dengan pemutarbalikan kebenaran? Apakah orang berbahagia dan sukacita, kalau hidupnya selalu murahhati? Apakah orang berbahagia dan sukacita jika selalu membawa damai? Apakah orang berbahagia kalau membawa kebenaran tetapi mengalami penganiayaan?
Luar biasa berat. Bahkan inilah suatu godaan, jika orang mau hidup dalam kualitas yang ditawarkan oleh Yesus tadi. Sejarah Gereja membuktikan perjuangan orang-orang kudus tentang hidup dalam kemiskinan, hidup yang lemah lembut, hidup dalam kebenaran, hidup yang sukacita karena dalam penganiayaan, dll. Mereka lahir dari dunia ini, namun mereka tekun dalam kualitas hidup mereka. Hidup mereka ialah pertaruhan demi memaknai “hidup baru” dalam Kristus dengan kualitas yang ditawarkan oleh Kristus tadi.
Dalam penghayatan hidup, iman, kasih dan harapanlah yang menjadi latarbelakang dalam perjuangan mereka mencapai hidup bahagia. Hidup bahagia dalam Allah. Semoga darah para kudus, menumbuhkan iman, kasih dan harapan kita akan hidup bahagia dalam Allah. Amin. Salam Komunio. ***