Bacaan I: 1Sam.1:1-8, Hana sedih karena tidak mempunyai anak; Mazmur 116:12-13.14.17.18-19,Aku mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, ya Tuhan; Bacaan Injil, Markus 1:14-20, Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
Iman lahir dari hal Sederhana
Oleh: Alfons Liwun *)
Dalam bacaan pertama, diceritakan bahwa ada sebuah keluarga, nama keluarga itu ialah keluarga Elkana. Elkana memiliki dua isteri yaitu Hana dan Penina. Elkana adalah seorang Efraim. Dari kedua isteri Elkana, Hana tidak mendapatkan keturunannya. Penina mendapatkan keturunan. Elkana setiap tahun pergi ke Silo untuk menyembah Tuhan. Dalam hal menyembah Tuhan, imam Silo memberikan bagian kepada Elkana. Bagian persembahan ke Elkana bukan secara pribadi, tetapi semua anggota keluarga, termasuk isteri-isteri dan anak-anak.
Persembahan kepada Tuhan dilakukan secara pribadi, karena itu anak Penina pun mendapat bagian. Karena Hana tak memiliki anak maka Hana hanya mendapat bagiannya. Ini sesuatu yang wajar saja. Namun menjadi tidak wajar bukan pada melakukan persembahan kepada Tuhan. Perilaku Penina dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menunjukkan sikap yang tidak adil dan sombong dalam keluarga. Penina yang memiliki keturunan dari Elkana menunjukan sikap tidak adil dan sombong kepada Hana. Dampaknya, Hana tertekan dan menangis. Rasa tekan dan tampak raut wajah yang sedih, dengan air mata yang ditunjukan inilah menjadi doa Hana.
Sikap Hana dan cara hidup Hana menghadapi situasi yang dialaminya mendatangkan respons yang cukup bagus oleh Elkana, suaminya. Elkana meyakinkan Hana, bahwa dirinya jauh lebih penting dari apa yang dilakukan Penina. Disinilah, sebenar bahwa cinta Elkana lebih diutamakan daripada perasaan Hana yang ditampilkan sebagai dampak dari perilaku Penina kepadanya. Dengan Elkana meyakinkan Hana demikian, secara tidak sadar, bahwa Penina semestinya harus bertobat. Tobat dalam konsep ini adalah menerima, menghormati, dan memberikan ruang bagi Hana untuk menjalani hidup.
Berita tentang tobat menjadi sangat pokok dalam hidup orang beriman. Hal yang sama tentang tobat ini, dikedepankan oleh Penginjil Markus hari ini. Dikisahkan setelah Yohanes Pembaptis ditangkap, Yesus tampil dan memberitakan tentang Kerajaan Allah. Dikatakan Yesus demikian: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil ” (Mrk. 1:15). Kalimat Yesus ini menyatakan dua hal pokok.
Pertama, “waktunya telah genap” (Yun.: kairos), saat ketika sudah matang terjadi, siap untuk menuai, siap untuk memulai, siap untuk berlaku. Maksudnya ialah bahwa Yesus. Yesus telah hadir dank arena itu saatnya dimulai. Yesus sebagai penggenapan Perjanjian Lama, kini nyata ada dan memulai karya-Nya. Yesus memulai karya-Nya, Kerajaan Allah yang menjadi pokok pewartaan-Nya yang diterima dari Bapa-Nya, kita mulai terlaksana. Kuasa Bapa-Nya, kini mulai terlaksana, diberlakukan bagi orang yang menerima-Nya.
Kedua, isi Kerajaan Allah, pokok pewartaan Yesus yaitu Bertobatlah dan percaya kepada Injil. Untuk menerima Injil (Kabar Baik), tuntutan Yesus ialah memperbaharui diri, mengambil sikap membersihkan hati dan pikiran. Bahasa krennya, bertobat. Tobat (metanoia), berbalik kepada Allah. Berbalik kepada Allah, bukan setengah-tengah, tetapi secara radikal (radix). Bertobatlah, artinya tidak menunggu lama-lama, sekarang juga. Saatnya sekarang untuk kembali kepada Allah, kembali kepada Kabar Baik yang kini sedang hadir yaitu Yesus. Kembali kepada Injil, kembali kepada Yesus yang dipercayai sebagai Anak Allah (keilahian Yesus).
Dalam pewartaan Yesus yang hari ini kita dengar dari Injil Markus. Markus menampilkan bahwa pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah, tak terpisahkan dengan panggilan untuk murid-murid pertama-Nya. Disinilah, perlu kita baca dalam konteks Markus. Markus memang menginginkan supaya pengajaran Yesus dilanjutkan dengan tindakan nyata, yaitu memanggil murid-murid-Nya. Yesus memanggil murid-murid-Nya, karena Dialah guru. Yesus memanggil murid-murid-Nya, karena Dia menghendaki, supaya pewartaan-Nya akan dilanjutkan. Yesus memanggil murid-murid-Nya, karena Dia menghendaki supaya orang-orang yang mengikuti-Nya membentuk suatu komunitas. Didalam komunitas inilah, Dia mewariskan ajaran dan menunjukkan sikap ke-Allah-an, dengan ini murid-murid-Nya akan melanjutkan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah.
Bagaimana dengan kita? Berlaku adil dan tidak sombong merupakan suatu cara kita menghormati dan menerima orang lain. Cara kita hidup yang demikian, merupakan cara kita hidup yang secara sadar menolak sikap Penina, isteri Elkana yang berlaku tidak adil dan sombong kepada Hana. Jika kita masih memiliki cara hidup tidak adil dan sombong, maka saatnya tepat kita melakukan pertobatan, seperti isi pewartaan Yesus hari ini.
Tobat, tidak hanya sebatas tadi. Tobat, membuka ruang selebarnya untuk kita “membangun diri dengan bersatu kepada Allah”. Disinilah Yesus memberikan cara hidup baru. Tobat secara radikal, yaitu hidup adil dan menghormati sesama dengan hidup dalam satu komunitas beriman kepada Allah dalam diri Yesus. Dalam komunitas beriman inilah, kesaksian hidup menjadi cara pewartaan. Pewartaan bukan saja hidup pribadi yang terpisah, tetapi hidup pribadi yang berakar pada komunitas. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang