Bacaan pertama 2Samuel 12:1-7a.10-17, Daud mengaku telah berdosa terhadap Tuhan; Mazmur 51: 12-13.14-15.16-17, Ciptakanlah hati murni dalam diriku, ya Allah; Bacaan Injil Markus 4: 35-41, Angin dan danau pun taat kepada Yesus.
Marilah Bertolak Ke Seberang
Oleh: RD. Lucius Poya H. *)
Marilah kita bertolak ke seberang. Begitulah ajakan Tuhan di akhir ziarah hari ini. Sebuah ajakan untuk beralih; meninggalkan yang lama dan memulai yang baru. Dan oleh karena itu marilah kita bertolak ke seberang bersama Tuhan, menempuh hidup baru di sana bersama Dia, dan meninggalkan yang lama di sini, karena hidup ini adalah sebuah perjalanan ke seberang.
Marilah kita bertolak ke seberang. Itulah ajakan Tuhan di ujung ziarah pecan III hari ini, karena hari telah petang. Petang adalah sebuah batas waktu memasuki kegelapan. Dan Tuhan tak rela para murid-Nya merasa nyaman dalam kegelapan. Ia menghendaki setiap orang yang belajar kepada-Nya memiliki spirit baru, spirit menembus gelap untuk menyambut fajar.
Marilah kita bertolak ke seberang; bertolak bersama Tuhan, kendati taufan dan badai akan kita hadapi. Sebab lebih baik bergerak ke seberang bersama Tuhan dalam badai dan taufan; ketimbang tetap stagnan dan tak berubah hanya karena ingin nyaman di zona yang lama. Bagaimana pun, menyeberang bersama Tuhan di tengah taufan akan selamat; sebaliknya nyaman di zona lama tanpa Tuhan adalah ketidakselamatan.
Orang-orang Nazareth telah melakoni penyeberangan itu di hari Minggu yang silam, saat Yesus masuk ke rumah ibadat dan memaklumkan penggenapan nubuat Yesaya ke atas diri-Nya. Arah mata yang sebelumnya tertuju kepada yang lain, segera tertuju kepada Yesus. Mereka berpusat kepada-Nya. Sebaliknya, kaum farisi dan ahli taurat, karena terbelenggu dalam cara pandang, telah membuat mereka tak sanggup menyeberang. Ketidakmampuan menyeberang telah membuat mereka melihat Yesus dan kuasa-Nya sebagai taufan yang mengganggu eksistensi dan hidup mereka, sebagaimana dilansir hari Senin.
Marilah kita bertolak ke seberang bersama Paulus, seraya bertanya siapakah Engkau Tuhan? Sebab dengan pertanyaan itu, Paulus meninggalkan senja kala masa silam sebagai seorang teroris dan mulai menyeberang bersama Tuhan yang Ia aniaya, dalam selubung cahaya gilang gemilang, sebagaimana warta pertobatannya di hari Selasa.
Penyeberangan bersama Tuhan di tengah taufan hidup yang dialami dalam derita dan nestapa, dari penjara ke penjara, ternyata membentuk Paulus menjadi seorang saksi Kristus yang militan. Militansi iman ini yang ia serukan kepada Timotius untuk terus dihayati, baik atau tidak baik waktunya. Jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita. Justru berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil-Nya. Begitulah nasehat Paulus kepada Uskup Timotius, hari Rabu.
Marilah bertolak ke seberang, kendati senja telah tiba dan malam mulai beradu. Sebab menyeberang dalam kegelapan bersama Tuhan, kita selamat, karena Dialah pedoman dalam perjalanan dan cahaya dalam kegelapan. Memang lebih enak dan nyaman tinggal di tepian menikmati malam, dengan pelita yang ditempatkan di bawah gantang. Namun justru kenikmatan semu seperti itu membuat seseorang tak sanggup menyelami rahasia yang dinyatakan Bapa kepada Putra, sebagaimana diwanti-wanti Yesus pada hari Kamis.
Marilah kita bertolak ke seberang bersama Tuhan, bagai benih yang tak mau stagnan terbelenggu dalam tanah, selain bertumbuh, berkembang dan berbuah bagai biji sesawi; kendati mungkin melewati proses yang lama, sebagaimana dilansir hari Jumat kemarin. Lebih baik bertumbuh dan berbuah kendati perlahan, ketimbang terkubur dalam tanah dan mati tanpa menghasilkan buah.
Ya! Marilah kita bertolak ke seberang, karena identititas kita adalah insan peziarah-homo viator. Mari kita menyerahkan biduk kehidupan dan perutusan kita dalam kuasa Tuhan. Bersamanya kita mampu menghadapi badai, karena Gusti mboten sare. Tuhan tak pernah tidur.
Mari bertolak ke seberang; tinggalkan manusia lama yang tak berpusat pada Kristus dan belajar berpusat kepada-Nya, meneladani orang-orang Nazareth dan Paulus, agar bisa bersaksi tentang Dia, ketimbang menjadi manusia lama yang sekedar mengikuti Tuhan untuk menganiaya-Nya.
Marilah kita bertolak ke seberang bersama Tuhan, kendati penyeberangan itu bagai perutusan seekor anak domba ke tengah serigala. Karena lebih baik ikut menderita demi Injil Tuhan; seperti Timotius dan Titus, ketimbang membuang semua karunia Allah hanya karena ingin nyaman dan aman.
Selamat berakhir pekan. Selamat bertolak ke seberang, memasuki pekan ziarah berikutnya.
*). Imam Keuskupan Pngkalpinang, sedang mempersiapkan calon Paroki di Tanjung Uban, Paroki Tanjungpinang, Bintan Kepri