Jakarta, Berkatnews.com – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 telah berlangsung pada 3–7 November 2025 di Gedung KWI Jakarta. Pertemuan lima tahunan ini kembali menjadi ruang penting bagi para uskup, imam, biarawan-biarawati, serta kaum awam dari seluruh Indonesia untuk duduk bersama, mendengarkan, dan mencari arah pastoral Gereja ke depan.
Dengan mengusung tema “Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan” serta subtema “Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Perdamaian,” SAGKI tahun ini tidak hanya menegaskan kembali wajah Gereja Sinodal, tetapi juga mengajak umat untuk mengenali peran masing-masing dalam menghadirkan perdamaian.
Partisipasi kaum awam pun mendapat tempat yang luas. Melalui proses konsultasi di keuskupan, – keuskupan termasuk Keuskupan Pangkalpinang yang turut mengutus delapan peserta. Para peserta ini diajak menyampaikan pandangan dan harapan mengenai Gereja yang ingin dibangun bersama.
Partisipasi Peserta dari Keuskupan Pangkalpinang
Berikut kesan, pesan, dan harapan para peserta dari Keuskupan Pangkalpinang setelah kembali dari SAGKI 2025, sekaligus refleksi mengenai apa yang dapat dilakukan khususnya di Keuskupan Pangkalpinang.
OMK Paroki Kerahiman Ilahi Tiban – Batam

Bernardino Realino Ginting, OMK Paroki Kerahiman Ilahi Tiban – Batam
Saya Bernardino Realino Ginting, OMK Paroki Kerahiman Ilahi Tiban – Batam. Bersyukur bisa dipercayakan untuk mewakili OMK Kevikepan Kepri dalam kegiatan SAGKI V 2025 karena ini pengalaman yang membuka wawasan saya tentang bagaimana Gereja Indonesia bergerak bersama menjawab tantangan zaman. Suasananya sangat damai dan saling menguatkan, terutama ketika melihat bagaimana Gereja memberi perhatian pada kaum muda dan perannya di masa depan nanti. Saya pulang dengan banyak inspirasi untuk hidup menggereja yang lebih aktif dan terbuka.
Untuk Keuskupan Pangkalpinang, saya berharap apa yang saya dapatkan di SAGKI V ini bisa menjadi dorongan untuk menghadirkan Gereja yang lebih dekat dengan umat, khususnya OMK. Beberapa hal yang menurut saya bisa jadi inspirasi adalah membuka ruang dialog bagi kaum muda, memperkuat komunitas kecil yang hidup, dan memanfaatkan media digital agar komunikasi dan pendampingan bisa lebih efektif. Semoga semangat berjalan bersama yang saya alami di SAGKI V ini dapat terus dihidupi di seluruh paroki Keuskupan Pangkalpinang.
Dirdios KMKI Keuskupan Pangklpinang

Romo Yosefus Anting Pattimura,
Saya Romo Yosefus Anting Pattimura , Dirdios KMKI Keuskupan Pangklpinang, pandangan saya terhadap SAGKI 2025 ini luar biasa. Ini adalah sejarah SAGKI yang melibatkan bnyak orang : klerus dan awam, tua dan muda dengn berbagai profesi. SAGKI 2025 mengajak Gereja Katolik Indonesia berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan untuk menjadi gereja yang sinodal, misioner, dan membawa damai serta kasih di tengah masyarakat.
Pastoral Gereja lebih berorientasi pada kaum miskin dan tersingkir, perhatian pada Para Lansia, pemberdayaan peran umat awam, terutama keluarga dan orang muda. Gereja harus menghadirkan suara moral yang jernih di tengah dunia yang kehilangan arah. SAGKI juga menekan Gereja Katolik harus menjadi motivator dan animator, inisiator Lingkungan Hidup, teknologi, dan perhatian akan harkat dan martabat manusia. Pastoral Gereja itu sangat luas mencakup seluruh dimensi kehidupan, maka SAGKI menekan pola pastoral Kolaboratif dan partisipatif . Lalu hal yang bisa diperbuat untuk Keuskupan Pangkalpinang :
Spirit SAGKI 2025 seperti saya katakan poin 1 ini, bukan hal baru bagi Keuskupan Pangkalpinang. Hasil Sinode II yang tertuang dalam MGP (Menjadi Gereja Partisipatif) telah merangkum semua hal seprti dihasilkan SAGKI 2025 ini. Yang dibutuhkan sekarang adalah komitmen dari semua pihak, mulai dari uskup, imam, awam, para religius untuk setia pada MGP dan merealisasikan apa yang tertulis itu . Keuskupan Pangkalpinang dengan pola pastoral gereja partisipatif dan KBG menjadi fokus dan lokus pastoral.
Sekretaris Jenderal Keuskupan Pangkalpinang

RD. Martin Da Silva, Sekjend Keuskupan Pangkalpinang
Saya Romo Martin Da Silva, bersyukur atas kepercayaan yang diberikan oleh Bapa Uskup Adrianus Sunarko, OFM, yang mengutus saya mewakili Keuskupan Pangkalpinang dalam SAGKI 2025. Pengalaman ini menjadi perjalanan rohani yang indah; membuka hati dan mempertemukan saya dengan umat Katolik dari berbagai keuskupan. Kesederhanaan, kedalaman iman, dan kisah hidup mereka sungguh meneguhkan serta memperkaya saya.
Setiap sesi dan pertemuan meninggalkan kesan mendalam. Ada yang menantang, ada yang menguatkan, dan semuanya membantu saya kembali menyadari identitas serta tanggung jawab saya sebagai Imam Diosesan Pangkalpinang. Saya terdorong untuk kembali menelusuri, meriset, dan mendokumentasikan jejak-jejak misi yang diwariskan oleh Rasul Awam Paulus Tsen On Ngie dan para misionaris. Bagi saya, puncak dari semua jejak misi itu bukanlah bangunan atau peninggalan fisik, tetapi jejak iman yang tetap hidup hingga hari ini. Saya juga semakin diteguhkan untuk berpastoral selaras dengan visi-misi Sinode dan Fokus Pastoral Keuskupan.

Dari sekian banyak rekomendasi SAGKI 2025 (tanpa mengecilkan yang lain) dua yang paling menyentuh hati saya adalah Pastoral Integral Migran dan Perantau serta Pastoral Merawat Rumah Kita Bersama. Keduanya memang sudah lama menjadi perhatian Keuskupan Pangkalpinang, dan saya berharap dapat semakin terlibat dalam menjaga martabat manusia serta merawat lingkungan hidup. Dengan rendah hati, saya ingin terus melangkah sebagai peziarah harapan dan menjadi misioner perdamaian, sesuai tema SAGKI 2025.
Peserta paling muda di SAGKI 2025

Revalina, OMK Paroki Katedral, peserta termuda di SAGKI 2025
Revalina Michaela Krisna, mewakili OMK Paroki Katedral St. Yosef, Keuskupan Pangkalpinang dan dikenal sebagai peserta paling muda dalam mengikuti kegiatan SAGKI 2025. Mengikuti SAGKI 2025, saya merasa pengalaman ini benar-benar luar biasa. Saya terkesan melihat bagaimana para uskup, imam, biarawan-biarawati, dan peserta lain memberi ruang bagi suara orang muda. Rasanya dihargai dan didengar, bukan sekadar hadir sebagai formalitas. Kesan yang paling kuat adalah suasana dialog yang terbuka, kami diajak berbicara, memberi masukan, bahkan menantang diri untuk melihat Gereja dengan perspektif yang lebih luas dan dewasa. Saya belajar banyak tentang sinodalitas, kerja sama lintas komisi, serta pentingnya formasi dan keterlibatan OMK dalam kehidupan Gereja dan masyarakat. Sebagai peserta termuda, saya merasa bangga tetapi juga tertantang.
Bangga karena diberi kepercayaan sebesar ini, dan tertantang karena saya menyadari bahwa suara orang muda memang perlu terus dihadirkan, bukan hanya satu kali ini saja. Pengalaman SAGKI membuat saya semakin yakin bahwa OMK bisa berkontribusi nyata bagi Gereja. Pesan saya adalah semoga ruang dialog seperti SAGKI terus terbuka bagi OMK di masa depan, sehingga perjalanan Gereja sungguh menjadi perjalanan bersama, dari semua dan untuk semua. Dari pengalaman mengikuti SAGKI, saya merasa terdorong untuk membantu Keuskupan Pangkalpinang terutama dalam mengembangkan OMK, serta mengajak mereka berdialog dan berbagi.
DS Sugeng Agung Nugroho, Batam

DS Sugeng Agung Nugroho
Saya secara pribadi sangat bersyukur dapat mengikuti Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2025, terlebih juga karena kehadiran saya pada siang agung ini karena ditunjuk langsung oleh Bp. Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 merupakan penegasan dan kesempatan bagi Gereja Katolik Indonesia sebagai persekutuan umat Allah yang sedang berjalan bersama dan menghayati Allah sebagai sumber pengharapan semakin bersemangat dalam menjalankan misi yaitu semakin terwujudnya damai sejahtera di bumi Indonesia. Dengan demikian kiranya gema SAGKI 2025 harus terus digaungkan ke seluruh umat Katolik di Indonesia dan ditindaklanjuti mulai dari tingkat Keuskupan, Paroki sampai pada KBG.

Hasil SAGKI 2025 memberikan rekomendasi atau arah bergerak bersama yang dihasilkan oleh sidang dan untuk Keuskupan regio Sumatera ada 3 tantangan pokok sebagai focus rencana tindak lanjut, yaitu masalah Kaderisasi, Human Traffiking / TPPO, Ekologi. Kiranya ketiga tantangan yang menjadi focus dari regio Sumatera ini juga menjadi focus tantangan di Keuskupan Pangkalpinang untuk 5 tahun kedepan. Selaras dengan hal tgersebut kiranya segenap perangkat Keuskupan dan Paroki serta umat Keuskupan Pangkalpinang berjalan bersama mengatasi 3 fokus tantangan di atas, melalui berbagai rangkaian kegiatan dan doa.
Sr Tasiana Eny Susilowati , Bidang Sosial, Batam

Sidang SAGKI 2025
Mengikuti Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) merupakan pengalaman yang sungguh penuh rahmat dan sangat spesial bagi saya. Saya tidak pernah menyangka akan dipercaya mewakili bidang sosial untuk Keuskupan Pangkalpinang. Saya merasa sangat bersyukur karena dalam perjumpaan ini saya dipertemukan dengan begitu banyak pribadi dari berbagai keuskupan di seluruh Indonesia, suatu pengalaman yang sangat memperkaya wawasan dan cara pandang saya. Melalui SAGKI, saya kembali disadarkan bahwa memang ada banyak isu dan persoalan di Gereja dan masyarakat kita. Namun, saya juga diajak untuk memiliki harapan baru, terutama ketika kita sungguh berjalan bersama dengan semangat sinodalitas dan tujuan yang jelas demi misi Gereja ke depan. Saya percaya, dalam kebersamaan itu, akan muncul solusi-solusi terbaik yang dapat dijalankan bersama dan menjadi jalan baru bagi Gereja Katolik Indonesia.
Untuk Keuskupan Pangkalpinang, khususnya dalam bidang sosial, saya melihat banyak peluang dan ruang untuk terus terlibat. Karya Gembala Baik di Batam memang berfokus pada pelayanan bagi perempuan dan anak yang terpinggirkan dan rentan mengalami kekerasan. Maka, melalui karya ini, kami dapat memberikan kontribusi nyata bagi keuskupan tempat kami berada dan berkarya. Kami berupaya untuk hadir bagi mereka yang rentan, mendampingi, memperhatikan, dan mengusahakan pemulihan martabat mereka. Bersama para Mitra Awam Gembala Baik, kami berusaha menjalankan misi Gereja untuk menghadirkan belas kasih, perlindungan, dan keadilan bagi mereka yang paling membutuhkan. Inilah salah satu bentuk keterlibatan yang dapat kami persembahkan bagi Keuskupan Pangkalpinang, melanjutkan misi Gereja dengan kepekaan, pelayanan, dan komitmen di tengah masyarakat tempat kami diutus.
Paroki St. Damian Bengkong Batam. (KKI)

Theresia Dana Hutami, umat Paroki St. Damian Bengkong Batam
Saya Theresia Dana Hutami, umat Paroki St. Damian Bengkong Batam. Bagi saya, diutus untuk menjadi peserta SAGKI 2025 adalah berkat yang luar biasa. Namun saya percaya Tuhan mempunyai rencana. Dan kehendak Tuhan yang segera saya tangkap adalah, supaya nyala api misioner saya terus bernyala. Mengikuti SAGKI jiwa saya bagai di charge kembali. Melalui perjumpaan dengan banyak pribadi yang sederhana namun luarbiasa dalam totalitas, peduli, rendah hati, berkobar kobar, berintegritas, berani, militan, murah hati, tangguh, berpengharapan dan taat. Melalui seluruh pemaparan dalam SAGKI, wawasan saya semakin terbuka. Banyak sekali sisi kehidupan yang nyata yang diperhatikan Gereja. Suatu tindakan yang mengangkat martabat manusia sebagai citra Allah dan pemeliharaan ciptaanNya sebagai anugrah Allah yang menjadi tanggung jawab kita. Menemukan suatu tekad untuk memperhatikan setiap unsur bukan sekedar sudah namun sungguh. Disadarkan bahawa saya menjadi bagian dari Gereja Indonesia yang berkelimpahan berkat, memiliki warisan iman, yang hidup, bertumbuh dan berbuah.

Tema pastoral tahun 2026 Keuskupan Pangkalpinang adalah “Bertanggungjawab bersama dalam melaksanakan misi untuk memelihara rumah bersama”. Maka saya bertekat untuk membawa pesan dan warna ekologis dalam berbagai komunitas yang saya hidupi. Setidaknya menggaungkan dalam program kerja baik Bina Iman Anak dan Remaja(BIAR), Misdinar, Legio Maria, Cabang Awam SSCC, komunitas Hieronimus, KBG dan setiap pribadi agar memiliki cara hidup yang ramah lingkungan. Membekali anak2 tentang pemahaman ekologi dan menjadikan mereka sebagai duta lingkungan hidup.
Penulis & Editor : Veronika Suci
Kontributor : Semua Narasumber

