diambil dari arsip BerkatNews.com, 25 Mei 2014
Setelah hampir dua hari terhitung Kamis pagi hingga Jumat siang ( 15-16/5/2014 ) lalu menyatu dan bertukar pikiran dengan 50-an Imam keuskupan Pangkalpinang yang hadir dalam temu Imam saat itu, ketua komisi Liturgi ( Komlit ) Keuskupan Agung Semarang, RD. Emanuel Martasudjita semakin yakin keuskupan Pangkalpinang memiliki prospek yang cukup baik, untuk memperkenalkan dan mengembangkan Adorasi di keuskupan seribu pulau itu.
“Berdasarkan respon dan suasana penerimaan yang baik oleh para Imam di Pangkalpinang saya cukup yakin ada prospek baik kedepan, terkait wacana pengembangan adorasi di keuskupan yang secar teritorial tergolong luas ini,” ujar RD. Martasudjita ketika dikonfirmasi BNC Jumat malam ( 16/5 ), di rumah ret-ret Puri Sadhana.
Imam yang mulai menghayati Adorasi kudus sejak 2008 silam itu, hadir sebagai narasumber dengan temanya bertajuk ‘ Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup dan perutusan para Imam’. Ia mengakui, memulai sesuatu yang baru dan di tempat yang baru memang bukan perkara mudah, dikarenakan tak semua bisa menerima dengan baik.
“Tetapi jangan berkecil hati meskipun ada yang kurang setuju, harus ada yang memulainya tentunya didasari niat dan kesungguhan hati yang baik,” tutur formator Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta itu meneguhkan.
Dan jika sudah mulai berjalan, sambungnya, harus tetap didampingi oleh para Imam yang bertugas di tempat tersebut. Imam murah senyum itu pun mengisahkan pengalaman awalnya ketika memperkenalkan Adorasi kepada para frater di kentungan-Yogyakarta tempatnya berkarya.
“Saya menyiapkan diri dengan adorasi selama dua bulan sebelum memperkenalkannya pada para frater. Reaksi awal frater saat itu pun amat beragam, tak semua setuju. Tetapi puji Tuhan dengan berjalannya waktu semua bisa terima, bahkan saat ini ada yang merasa kurang jika belum adorasi,” ujar RD. Marto mengenang.
Ketika ditanya BNC terkait kapan mulai tergerak mengembangkan adorasi, dekan fakultas Teologi universitas Sanatha Dharma Yogyakarta itu mengungkapkan sejak diadakannya tahun ekaristi pada 2004/2005 lalu. “Saya mulai getol sosialisasikan adorasi ekaristi sejak diadakannya tahun ekaristi, dan berpuncak pada kongres ekaristi Keuskupan agung Semarang 2008 silam,” urai RD. Marto menjelaskan.
Sebuah kongres ekaristi yang diakuinya sebagai yang pertama diadakan di Indonesia. Imam yang tampil membawakan materi dengan gaya menghibur itu mengungkapkan realita dunia saat ini, dimana sekian banyak orang yang menyibukan diri dengan beragam karya tetapi pada moment yang sama merasa seakan semuanya itu hampa.
“Akar dari kehampaan hidup tersebut adalah karena orang belum mampu menemukan Tuhan dan tinggal dalam diri-Nya,” ujarnya sembari tersenyum.
Menghadapi situasi kekeringan itu, Imam yang juga dosen teologi di USD Yogyakarta tersebut mengajak para Imam yang hadir untuk tidak berhemat waktu saat adorasi. “ teladanilah Yesus, dan semoga adorasi kita tak pernah berakhir,” pungkasnya mengutip peryataan St. Yohanes Paulus II. ( SH. Lopis)