BerkatNews.com. Wikipedia mencatat, Mongolia dengan populasi hampir 3 juta penduduk adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Asia Timur; berbatasan dengan Rusia di sebelah utara, dan Republik Rakyat Tiongkok di selatan. Dari 3 juta penduduk itu sebagian besar adalah penganut Budha, sedangkan orang Kristen hanya sekitar 2% saja. Gereja diperkenalkan pada abad ke-13 ketika masih dalam kekaisaran Mongolia, namun terhenti dengan runtuhnya Dinasti Yuan di tahun 1368. Kegiatan misionaris berikutnya terjadi pada pertengahan abad 19, namun kembali runtuh sejak hadirnya rezim komunis.
Dengan diperkenalkannya demokrasi pada tahun 1991, para misionaris Gereja Katolik kembali dan membangun kembali gereja dari awal. Pada 2016, ada satu Prefektur Apostolik, seorang uskup, dan enam gereja. Hubungan diplomatik antara Vatikan dan Mongolia telah terjalin dengan baik sejak tahun 1992.
Dilansir BerkatNews.com dari Catholic News Agency (30/08/2016), seorang pemuda asli dari etnik Mongol untuk pertama kalinya ditahbiskan menjadi seorang imam Katolik pada Minggu, 28 Agustus 2016. Pria 29 tahun itu bernama Joseph Enkh Baatar ditahbiskan oleh Uskup Wenceslao Padilla, prefek Ulaanbaatar, di Katedral St. Petrus dan Paulus di ibukota Mongolia.
“Pentahbisan Pastor Joseph adalah berkat dari Tuhan dan momen sukacita besar dan inspirasi bagi anak muda Mongolia Gereja kita”, ungkap Chamingerel Ruffina, anggota OC untuk komunikasi Pusat Katekese Nasional Mongolia.
Misi modern pertama ke Mongolia dimulai pada tahun 1922 dan dipercayakan kepada Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda (Congregation of the Immaculate Heart of Mary). Tetapi di bawah pengaruh pemerintahan komunis, Uni Soviet, segala bentuk ekspresi keagamaan ditekan.
Uskup Padilla, anggota dari Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda, adalah salah satu yang pertama dari tiga misionaris yang diizinkan masuk ke Mongolia pada tahun 1992, setelah jatuhnya komunisme. Ia menjadi penanggungjawab misi di Mongolia, dan berperan penting dalam membantu menanamkan benih panggilan pastor Baatar ini.
Bapa Uskup bersyukur kepada Tuhan untuk momen bersejarah panggilan pribumi pertama Prefektur Apostolik ini, dan berdoa untuk panggilan yang lebih banyak untuk membantu Gereja lokal.
Misa konselebrasi oleh Uskup Agung Osvaldo Padilla, Duta Besar Vatikan untuk Mongolia dan Korea; Uskup Lazarus You Heung-sik dari Daejon, Korea Selatan; dan lebih dari 100 imam dari Korea Selatan dan Hong Kong.
Lebih dari 1.500 orang menghadiri Misa, termasuk pejabat dari kedutaan Negara sahabat, gereja-gereja Ortodoks lokal, dan para biksu Buddha. Setelah Misa selesai dilanjutkan dengan festival penuh kegembiraan.
Ruffina berkomentar bahwa “ini adalah perayaan liturgi yang bermakna; sakramen imamat yang dilakukan dalam bahasa asli mereka sendiri, memberi kesan kepada umat untuk benar-benar menyaksikan dari dekat, juga untuk merayakan, dan memahami berbagai langkah dalam persiapan untuk menjadi seorang imam sampai upacara pentahbisan.“
Segenap umat Katolik Mongolia telah disiapkan untuk acara tersebut dengan melakukan novena kepada St. Paulus, untuk memperkuat semangat misioner mereka selama Tahun Kerahiman.
Pastor Baatar lahir pada 24 Juni 1987. Dia kehilangan ayahnya di usia muda. Kakak perempuannya-lah yang memperkenalkannya kepada iman Katolik. Mimpinya bergabung dalam imamat awalnya ditunda, karena keinginan yang kuat dari keluarganya bahwa ia menyelesaikan dulu studinya di universitas.
Setelah lulus dengan gelar di bidang bioteknologi dan dengan dukungan dari keluarganya, ia kemudian melamar untuk menjadi seorang imam untuk Prefektur Apostolik Ulaanbaatar. Setelah diterima, Pastor Baatar masuk seminari Daejeon di Korea Selatan, dan ditahbiskan diakon pada Desember 2014.
Sebelum berkat penutup, imam yang baru ditahbiskan itu mengucapkan terima kasih mendalam untuk keluarga dan mentor di seminari, terutama Uskup You. Dia juga memuji peran penting yang diberikan oleh Uskup Padilla melalui dukungannya terhadap panggilannya.
Pastor Baatar memohon dengan sangat umat beriman untuk berdoa bagi pelayanan imamatnya sehingga ia setia dan dapat memenuhi moto tahbisannya, yang dipilih dari Injil Lukas: “Deny yourself, take up your cross daily, and follow me“.
“Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah sudi memanggil saya untuk melayani Dia melalui imamat. Saya juga berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya menanggapi panggilan ini” ungkap Pastor Baatar.
Uskup You mengingatkan imam baru bahwa “cara terbaik untuk mewartatakan sukacita Allah adalah melalui kesaksian hidup”.
Di antara para tamu dalam Misa itu adalah Abbot Dambajav dari Biara Dashi Choi Lin Buddha. Dia memuji upaya Gereja Katolik dan mendorong Pastor Baatar untuk mengambil tanggung jawab membantu orang-orang Mongolia. Dia juga memberi imam baru itu sebuah khadag biru, sebuah syal ceremonial scarf, sebagai tanda persahabatan.
Prefektur Apostolik Ulaanbaatar melayani total umat diperkirakan 1.200 umat Katolik di negara yang berpenduduk 3 juta tersebut. Pada tahun 2014, Gereja lokal memiliki tiga imam diosesan, yang dibantu oleh 14 religius suster/bruder. ***
Sumber Foto: Catholic News Agency, Missio
de mariam numquam satis[costmust]