Home Participatory ChurchChristus Center Berpikir Positif dan Bertindak Inklusif, Renungan Minggu Biasa XXVI

Berpikir Positif dan Bertindak Inklusif, Renungan Minggu Biasa XXVI

by Stefan Kelen

Oleh : RD. Robertus Yudi Kristianto

 Renungan Hari Minggu Biasa XXVI, Tahun B ini, bersumber dari Injil yang dibacakapan pada minggu 26 September 2021 tersebut. Injil yang dibaca adalah Injil Markus 9: 38-43, 45,47-48.

 

Realitas Hidup

Sikap eksklusivisme dalam kelompok masyarakat bukan hanya terjadi pada masa lalu, tetapi masih juga terjadi pada masa sekarang. Sikap eksklusivisme menjadi persoalan panjang dan pelik dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, dari masa ke masa. Pandangan bahwa hanya kelompoknya yang paling benar dan kelompok lain salah dan sesat serta wajib untuk dikikis, masih juga dihidupi oleh sekelompok orang pada masa sekarang. Maka tidak heran jika pada masa sekarang, kita masih banyak mendengar berita tentang kekerasan atas nama kelompok-kelompok tertentu.

Dalam Injil hari ini, Yohanes mempresentasikan sikap eksklusivitas berlebih. Yohanes tidak menghendaki orang atau kelompok lain mengusir setan dalam nama Yesus, selain kelompok para murid sendiri. Yohanes berpikir bahwa hanya kelompoknya (kelompok para murid), yang memiliki hak dan otoritas khusus untuk mengusir setan dalam nama Yesus. Yohanes hendak membangun sekat dan pembatas, bahwa ada kelompok yang istimewa dan tidak istimewa, ada kelompok yang memilik otoritas khusus dan kelompok yang tidak memilik otoritas khusus.

Sikap Yohanes bukan hal baru dalam kehidupan bersama. Manusia memiliki kecenderungan untuk mengkotak-kotakkan sesamanya berdasarkan pada suku, agama, ras, budaya, pandangan politik, dan lain sebagainya. Manusia memiliki kecenderungan untuk mengkategorikan sesamanya dalam kelompok “kami” dan “mereka”. Sikap tersebut berbahaya bagi kehidupan bersama, jika sudah mulai menganggap kelompoknya lebih baik dan paling benar dari kelompok lainnya. Inilah sikap eksklusivisme, sikap yang dapat memantik permusuhan, pertentangan dan bahkan peperangan. Sejarah sudah membuktikan akan bahaya sikap eksklusivisme tersebut.

 Apa Kata Injil

Sikap Yesus bertolak belakang dengan sikap Yohanes. Yohenas ingin mendapatkan dukungan dan penegasan dari Yesus tentang sikap dan cara pikir dia terhadap kelompok lain yang juga mengusir setan atas nama-Nya. Namun, jawaban Yesus diluar dugaan dan harapan Yohanes. Yesus memberikan jawaban yang sangat tegas. Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (Mrk. 9:39-40).

Jawaban Yesus memberikan penegasan bahwa orang-orang atau kelompok lain yang mengusir setan dalam nama-Nya, adalah sama dengan kelompok para murid, yang memiliki perjuangan sama, yakni melawan kejahatan. Mereka yang berjuang untuk mengalahkan kejahatan dan memajukan kebaikan, maka mereka semua adalah satu di dalam nama-Nya, satu dalam perjuangan, dan satu dalam tujuan mulia.

Bagi Yesus, siapa pun yang berjuang dalam nama-Nya adalah orang-orang yang memiliki kehendak baik untuk mementaskan Kerajaan Allah dengan mengalahkan kuasa setan atau kejahatan. Persekutuan dengan Yesus bukan hak dan monopoli para murid saja (Yohanes dkk), namun semua orang berhak dan memiliki kesempatan untuk menjadi murid Yesus, untuk masuk dalam persekutuan dengan Yesus. Lebih jauh lagi, semua orang berhak mendapat kesempatan untuk memperoleh rahmat penebusan dan anugerah keselamatan dari Yesus Kristus.

Semua orang yang telah menjadi murid Kristus, memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada yang boleh memonopoli dan merasa lebih dari murid yang lain. Semua berhak untuk memperoleh rahmat keselamatan, semua memperoleh kekuatan untuk dapat mengusir kejahatan dan mewartakan Kerajaan Allah, dan semua akan mendapatkan janji Yesus, yakni penyertaan Allah sampai dengan akhir zaman.

Pokok Permenungan Kita

Disadari atau tidak, kita sebagai manusia, barangkali memiliki sikap atau cara pandang seperti halnya Yohanes. Kita terkadang bersikap curiga dan berpikir negatif terhadap orang lain. Kita berpikir bahwa orang lain adalah pesaing yang harus dicegah dan dihentikan. Kita berpikir, bahwa hanya kitalah yang pantas mendapatkan hak-hak istimewa dan kuasa lebih dari pada pihak lain. Kita mudah tergoda untuk memonopoli kebenaran dan menganggap kelompok lain sesat jika tidak sejalan dengan apa yang kita pikirkan.

RD Robertus Yudi Kristianto

Yesus hari ini bukan hanya menegur Yohanes dan kawan-kawan, tetapi juga memberi teguran kepada kita yang masih memiliki pola pikir seperti Yohanes. Yesus menegaskan, bahwa kita harus mampu untuk berpikir positif dan terbuka pada semua orang. Yesus menghendaki kita untuk mampu menerima dan menghargai perbedaan, serta kehendak dan pekerjaan baik dari orang lain, yang juga memperjuangan kebenaran dan memerangi kejahatan.

Yesus memberikan teladan kepada kita. Yesus tidak marah saat ada orang lain yang mengusir setan dalam nama-Nya. Ia tidak meresa namanya telah dicatut. Yesus berpikir positif dan terbuka dengan semua orang yang berkehendak baik dan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik demi nama-Nya. Yesus mengajari kita untuk bersikap inklusif, untuk mampu menghargai dan menerima perbedaan satu sama lain, sebagai sebuah keniscayaan.

Akhirnya, sebagai orang yang beriman pada Yesus, kita meminta pertolongan Roh Kudus, agar kita dimampukan untuk berpikir positif, menghargai perbedaan, dan menjauhkan diri dari sikap eksklusivisme, ethnosentrime dan primordialisme. Mari buka pikiran kita, kita resapkan Sabda Allah dalam hati, dan kita laksanakan Sabda Allah itu dalam hidup harian kita, sesuai dengan tugas dan panggilan hidup kita masing-masing. Semoga Tuhan memberkati segala usaha dan niat baik kita. Amin.(****)

RD Robertus Yudi Kristianto, Bendahara YTK dan Anggota Kuria Keuskupan Pangkalpinang

 

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.