PANGKALPINANG, BERKATNEWS.COM – Pertemuan para imam Keuskupan Pangkalpinang, Kevikepan Selatan dan Utara masih berlangsung hingga hari keempat. Dalam pertemuan di hari keempat ini, para imam, diakon, dan frater diajak untuk merefleksikan kehidupan imamat mereka melalui terang Kitab Suci, Ibadat Tobat, dan Sakramen Pertobatan.
Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, O.F.M., menegaskan bahwa arah gerak gereja lokal di Pangkalpinang senada dengan semangat sinodalitas Gereja universal.
“Apa yang kita buat di sini di Pangkalpinang itu sejalan dengan yang dilakukan di Gereja secara umum, baik di Indonesia maupun dunia. Fokusnya tetap pada berjalan bersama dan memperhatikan mereka yang tertinggal,” ujar Mgr. Sunarko.
Ia menambahkan pentingnya refleksi Kitab Suci yang konkret dan aplikatif agar dapat membentuk kehidupan pastoral yang menyentuh umat, khususnya mereka yang paling membutuhkan perhatian.

Refleksi Terang Kitab Suci disampaikan RD. Ferdinandus Meo Bupu didampingi Moderator RD. Marcel Gabriel
Sementara itu, RD. Marcel Gabriel, Pr yang menjadi moderator dalam pertemuan refleksi kali ini, menyoroti pentingnya perubahan dalam hidup iman dan pelayanan.
“Kata kuncinya adalah perubahan. Dari kisah pertobatan Saulus menjadi Paulus, kita belajar bahwa orang bisa berubah dari cara hidup lama ke cara yang baru. Tapi ada juga yang menolak berubah karena sudah terikat pada pendiriannya,” jelasnya.
RD. Marcel menekankan perlunya para imam mengevaluasi kembali cara mereka menghayati imamat dan melaksanakan tugas pastoral, terutama dalam semangat sinodalitas.
“Kami tampilkan sepuluh cara hidup pastoral yang justru melawan semangat sinodal. Para imam diajak melihat apakah dalam hidup mereka terdapat hal-hal itu, dan jika ada, perlu ada pembaruan. Gereja sinodal itu partisipatif, berpusat pada Kristus, membangun komunio, dan melaksanakan misi,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini ada ketimpangan dalam pelaksanaan studi modul pastoral di paroki-paroki. Dari angket yang dibagikan, terungkap ada pastor yang mengikuti seluruh proses, namun ada juga yang tidak terlibat sama sekali.
“Ada pastor yang aktif ikut 12 kali studi modul, tapi ada juga yang tidak pernah hadir dan membiarkan fasilitator berjalan sendiri. Ini jadi indikator kuat apakah semangat sinodal dijalankan atau tidak,” tutupnya.
Penulis : Veronika Suci