Home BERITA HUT ke 18 Paroki Santa Bernadeth, Pastor Paroki Pertama Tuturkan Kisah Perjuangan Umat Yang Sederhana Tapi Luar Biasa

HUT ke 18 Paroki Santa Bernadeth, Pastor Paroki Pertama Tuturkan Kisah Perjuangan Umat Yang Sederhana Tapi Luar Biasa

by Veronika Suci Handayani

Pangkalpinang, Berkatnews.com – Suasana syukur dan kebersamaan terasa hangat di Gereja Paroki Santa Bernadeth Pangkalpinang saat umat merayakan Hari Ulang Tahun Paroki ke-18, Selasa (7/10/2025). Perayaan Ekaristi yang menjadi puncak ungkapan syukur ini dipimpin oleh RD. Antonius Untung Sinaga, didampingi oleh Pastor Paroki RD. Yosef Setiawan dan Diakon Lorensius Aven.

Di balik suasana syukur itu, tak banyak yang tahu, sebelum menjadi paroki yang berdiri megah di Pangkalpinang, Gereja Santa Bernadeth pernah berawal dari kesederhanaan tersimpan kisah panjang perjuangan umat dalam membangun Paroki ini.

Berdiri sejak tahun 2007, Gereja Santa Bernadeth telah melalui masa persiapan, yang dimulai sejak Juni 2006. Sebelum menjadi paroki mandiri, komunitas Katolik di wilayah ini masih berupa kelompok umat yang tersebar di beberapa wilayah Pangkalpinang, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan.

Peresmian Paroki Santa Bernadeth dilakukan pada 7 Oktober 2007 oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, S.V.D., dengan 3 stasi utama yang tergabung, yakni Stasi Lampur, Stasi Krakas, dan Stasi Simpang Rimba. Selain itu, tumbuh pula sejumlah Komunitas Basis Gerejani (KBG) yang menjadi dasar kekuatan hidup menggereja umat setempat.

RD. Stefanus Tomeng Kelen, Pastor Paroki pertama Paroki Gereja Santa Bernadeth Pangkalpinang

Sebagai imam pertama yang memimpin Paroki ini, RD. Stefanus Tomeng Kelen bersama dengan Romo Moses Masan Belan, berperan penting dalam membangun fondasi spiritual, pastoral, dan misi. Dalam wawancaranya bersama Berkatnews pada Rabu (8/10/2025), Romo Stefan mengenang masa-masa awal pembentukan paroki tersebut sebagai masa menghidupi  semangat partisipatif,  komunio, dan subsiadiaritas umat.

“Waktu masa persiapan itu, salah satu hal yang kami lakukan adalah memekarkan KBG. Ada Santo Roberthus, dimekarkan dalam 3 KBG lagi, yakni, tambah Santa Clara, dan Santo Paulus. Santo Andreas dibesarkan dalam 2 KBG, yakni tambah KBG Santa Agnes, sedangkan KBG St Aloysius saat ini adalah pemekaran dari KBG Santo Damian, dulunya masih Beato Damian , lalu KBG Santo Benediktus dimekarkan dalam 2 KBG, yakni tambah KBG Santo Hilarius, sedangkan pemekaran dari KBG Santa Monika, paroki Katedral yang masuk paroki Bernadeth, Adalah KBG Santa Katarina,” urainya.

Paroki ini, menurut, Romo yang sekarang bertugas Yayasan Tunas Karya itu, dibangun dengan semangat kerja partisipatif dan komunio. Bahkan, masa-masa itu sebelum adanya Pastoran milik Paroki, dalam masa persiapan menjadi Paroki, kami tinggal di rumah kontrakan 2 tahun ” kenang Romo Stef.

Ia menambahkan bahwa sejak awal, Paroki Santa Bernadeth dirancang bukan sebagai sebuah monumental personal, melainkan gerak bersama umat yang saling melengkapi dan mendukung dalam semangat subsidiaritas dan solidaritas sosial.

“Kita tidak membangun monumen, tetapi membangun gerak bersama, sebuah komunio yang saling berbagi rahmat dan berkat. Umat di sini sederhana, tapi semangat partisipatif dan keterbukaannya luar biasa,” lanjutnya.

Menurut Romo Stef, semangat inilah yang menjadi ciri khas Paroki Santa Bernadeth hingga kini. Paroki ini berkembang bukan karena kekuatan ekonomi, tetapi karena kekuatan kebersamaan, kesetiaan, dan semangat ketetanggaan umat yang terus dirawat lintas generasi.

“Relasi di paroki ini dibangun bukan karena gengsi, tapi karena semangat ketetanggaan dan keterbukaan. Semoga semangat itu tidak redup oleh pragmatisme zaman,” tutupnya penuh harap. (sfn)

 

Penulis / Reporter : Veronika Suci

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.