Dengan menghidupi solidaritas dan kepedulian, umat diharapkan bisa semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat
Belinyu, Berkatnews.com– Paroki Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Belinyu berusia 93 tahun, Kamis (8/12/2022). Pada hari yang sama, Paroki Belinyu juga merayakan 23 tahun terbentuknya Gua Maria Pelindung Segala Bangsa.
Momentum HUT Paroki Belinyu tahun ini dirayakan dengan aneka perlombaan seperti gaplek bagi orang dewasa, menggambar dan mewarnai bagi anak dan remaja, lomba pesan berantai, dan goyang balon.
Puncak dari segala kegiatan yang dilakukan umat Paroki Belinyu untuk mengisi HUT Paroki dan Gua Maria Pelindung Segala Bangsa adalah perayaan Ekaristi syukur.
Misa syukur ini dipimpin RD. Antonius Untung Sinaga selaku pastor rekan Paroki Belinyu didampingi RD. Andreas Naraama Lemoro sebagai Pastor Kepala Paroki Belinyu, RD. Beni, dan RD. Martin Moron, serta dihadiri umat.
Romo Untung Sinaga dalam kotbahnya mengajak keluarga-keluarga katolik di Paroki Belinyu untuk mendidik anak-anak menjadi pribadi yang beriman dan kudus seperti Maria yang dikandung tanpa Noda.
“Keluarga-keluarga harus mendidik anak-anak dengan penuh kasih dan kerahiman,” kata Romo Untung.
Keterlibatan Umat
Terpisah, Pastor Kepala Paroki Belinyu RD. Andreas Naraama Lemoro kepada Berkatnews mengapresiasi semangat gotong royong dan kebersamaan umat yang membuat mereka bisa berjalan dengan baik hingga usia ke-93 ini.
“Secara kuantitas memang jumlah umat Belinyu hanya 484 jiwa, tapi semangat gotong royong, partisipasi ambil bagian yang bisa membuat mereka berjalan dengan baik. Itulah kebersamaan yang tampak dari acara makan bersama yang dimasak dan dibawa oleh masing-masing KBG, lalu dinikmati bersama. Saya menangkapnya sebagai bentuk keterlibatan dan pemberian diri umat untuk paroki,” kata Ketua Komisi PSE Keuskupan Pangkalpinang itu.
Romo Andre berharap, di usia yang ke- 93 tahun, Gereja Paroki Belinyu semakin terlibat lewat aksi sosial dan pelayanan lainnya.
“Semoga dengan usia yang sudah sekian, semangat solidaritas dan kepedulian antar umat makin hidup, dan dengan menghidupi solidaritas dan kepedulian tersebut, umat diharapkan bisa semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat,” pungkas imam yang hobi berkebun ini.
Kontributor: Fr. Ifan Suban
Editor: Stefanus H. Lopis