Simpang Katis, Berkatnews.com– Sebagai negara yang memiliki keberagaman agama, budaya, ras dan suku bangsa, toleransi menjadi faktor penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
Isu-isu, kejadian dan masalah-masalah intoleransi yang marak belakangan ini kembali menjadi tantangan bagi seluruh elemen bangsa untuk memperkuat toleransi termasuk di dunia pendidikan.
Sadar akan hal tersebut dan sejalan dengan upaya promosi moderasi beragama yang digaungkan pemerintah melalui kementerian agama, para siswa Seminari Menengah Mario John Boen (SMMJB) Pangkalpinang didampingi para pendidik lantas mendatangi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia Bangka Tengah, Kamis (25/8) pagi.
Tujuan kedatangan para seminaris ini untuk menanamkan sekaligus memupuk sikap hidup yang toleran dan inklusif dalam memaknai keberagaman yang ada di tengah masyarakat dimulai dari bangku sekolah.
Kegiatan “kopi darat” atau tatap muka ini mengusung tema memupuk toleransi dalam konteks masyarakat global.
Kepala Sekolah MAN Insan Cendikia Musran, S.Ag. M.M mengungkapkan pertemuan ini sangat bermakna karena mengajarkan silaturahmi di tengah perbedaan dan bersama memupuk toleransi.
“Perbedaan mengajarkan kita untuk hidup bersama, sebab berbeda bukan tak sanggup bersama”, ungkapnya.
Musran berpendapat, jika tidak ada moderasi, Indonesia pasti sudah lama hancur.
“Moderasi menguatkan kita dan Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika yang menjadi dasar hidup berbangsa. Moderasi juga mengajarkan kita untuk tidak ekstrim dan radikal,” tegas Musran di Gedung Pusat Pembelajaran Terpadu MAN Bangka Tengah.
Kepala SMAK Seminari Mario John Boen RD Kamilus Duha dalam sambutan memaparkan pertemuan ini merupakan momen bersejarah sekaligus indah.
“Bersejarah karena kesempatan pertama, indah sebab perpaduan perbedaan yang dimiliki,” tandas Romo Kamilus.
Menurut Romo Kamilus, pertemuan ini mendorong siswa-siswi untuk menambah wawasan. Termasuk memahami bahwa berbeda bukan sumber konflik tapi sumber kekayaan.
“Oleh sebab itu, iman dan pengetahuan harus seimbang. Orang beriman harus mampu mempertanggungjawabkan imannya,“ ujarnya.
Pembimas Katolik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gregorius Heri Eko Prasojo menjelaskan, toleransi dapat dimulai dari sikap empati.
“Hidup dengan sikap empati, toleransi akan mewujudkan moderasi. Hidup akan lebih bermakna apabila kita bermanfaat bagi orang lain, bukan mencelakakan orang lain,” kata Heri.
Dalam kunjungan ini, selain forum diskusi moderasi beragama, para siswa Seminari diberi kesempatan berbaur dan mengikuti pengenalan lingkungan sekolah dan asrama.
Tampak suatu interaksi hangat, khususnya pada kesempatan membahas kegiatan seputar aturan dan kedisiplinan baik di asrama maupun di sekolah.
Selanjutnya, para siswa dan guru melakukan tour ke hutan pelawan untuk berwisata, bercerita dan photo bersama.
Setelah satu jam di hutan pelawan, para siswa-siswi dan guru pun kembali ke sekolah. Seminaris makan siang bersama sedangkan siswa/I MAN melaksanakan sholat dzuhur.
Selepas makan siang dilanjutkan acara bernyanyi bersama yang diiringi musik yang dimainkan masing-masing sekolah. Acara hiburan ini membuat suasana kunjungan menjadi enjoy, semarak dan bermakna. (Martin da Silva, Pr dan Arbi Saragi)