Bacaan Pertama: Yehezkiel 37:21-28, Aku akan menjadikan mereka satu bangsa; Kidung Tanggapan, Yeremia 32:10.11-12b.13, Tuhan Allah menjaga kita seperti gembala menjaga kawanan dombanya; Bacaan Injil: Yoh. 11:45-56, Yesus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai
Pengorbanan yang Menyatukan yang Tercerai Berai
Oleh: Alfons Liwun *)
Bacaan-bacaan suci hari ini mengedepankan tema ini, menyatukan yang tercerai berai. Untuk menyatukan yang tercerai berai, tokoh Allah dalam diri Putera-Nya, Yesus menjadi sentral. Nubuat Yehezkiel menyebutkan bahwa rencana Allah menyatukan umat kesayangan-Nya berasal dari kerurunan Daud. Keturunan Daud ini akan mengenapkan perjanjian Allah dengan Daud seperti yang yang ditulis dalam 2Sam. 7: 16, demikian: “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya”.
Itu berarti bahwa Allah tak pernah menarik kembali rencana keselamatan bagi umat-Nya, untuk menjadi satu bangsa yang besar dan akan bertahan untuk selama-lamanya. Dan dalam proses menjadi satu bangsa, umat pilihan-Nya, Allah setia untuk menjaga dan melindungi-Nya.
Rencana keselamatan Allah, diwujudkan dalam diri Putera-Nya, Yesus. Bacaan Injil hari ini, Penginjil Yohanes mengisihkan perbuatan besar Yesus bagi keluarga Maria dan Marta. Perbuatan besar Yesus untuk membangkitkan Lazarus, rupanya menuai pro dan kontra. Disatu pihak, banyak orang melihat, mengikuti dan menyaksikan prosesi kebangkitan Lazarus dengan penuh takjub dan percaya akan karya keselamatan Allah, namun disisi yang lain, ada suara kontra, tidak setuju, bahkan dianggap sebagai kontra terhadap rencana Allah.
Yang kontra sangat jelas disebutkan, orang-orang Farisi dan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhendrin). Mereka mempertentangan perbuatan Yesus sebagai perlawanan atas kehendak Allah. Bahkan Yohanes menyebutkan bahwa perbuatan Yesus terhadap Lazarus dikatakan kelompok kontra sebagai penghujat Allah, menimbulkan kasak kusuk di tengah masyarakat, memecah bela kebersamaan masyarakat, dan yang paling ditakuti kelompok kontra ialah masyarakat tidak percaya lagi terhadap mereka.
Karena situasi inilah, ketegangan dan situasi yang tidak kondusif dalam masyarakat yang tak terkendalikan, Yesus ditangkap sebagai orang yang menyebabkan situasi masyarakat terpecah. Yang kontra, seakan mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk menyalahkan Yesus. Yesus yang berbuat baik, menolong sesama, menyatukan situasi masyarakat dengan perbuatan besar yang baik, dikompori sebagai pemecah bela.
Yesus tidak takut dan gencar menghadapi situasi demikian. Dia pun tidak lari dari kenyataan, berani menghadapi-Nya. Titik pengorbanan diri Yesus ini boleh dipandang sebagai penyatu, pembangun persaudaraan, persatuan. Tidak hanya ini, Yesus mengambil tugas ini sebagai pelaksana rencana keselamatan Allah bagi umat pilihan-Nya.
Bagaimana dengan kita? Panggilan untuk hidup bersama menjadi satu bangsa pilihan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama. Dalam memperjuangkan tugas dan tanggungjawab bersama, berjalan bersama Yesus dan saudara-saudari yang kita jumpai merupakan juga rahmat dan berkat. Didalamnya kita saling berbagi, saling mendengarkan satu sama lain dan saling merayakan kebahagiaan bersama.
Sharing pengalaman dari hati adalah sesuatu yang membanggakan. Maka dalam berjalan bersama, sikap iri, sikap egois, sikap mau menang sendiri, sikap tidak mau mendengarkan, merupakan sikap-sikap kontra akan hidup bersama. Model orang-orang Farisi dalam bacaan Injil, patut menjadi bahan instropeksi bersama. Model Yesus, menjadi tokoh teladan hidup kita. Berani menhadapi situasi yang genting, tidak gentar, dan jujur serta selalu membangun relasi dengan Allah, adalah jalan yang akan menghantar kita pada keselamatan dalam Yesus, Tuhan kita. Selama memasuki pekan suci. Tuhan memberkati kita. ***