Belinyu, Berkatnews.com — Suara tawa, sapaan hangat, dan mata yang berbinar bahagia menghiasi kompleks Gereja Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Belinyu, akhir pekan lalu. Di tengah langkah-langkah renta namun penuh semangat, kasih terasa nyata dalam perayaan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia, yang diwarnai pelayanan tulus serta Ekaristi syukur yang mengharukan.
Sejak pagi, Sabtu (4/10), halaman Rumah Pembinaan Umat Santo Yosef berubah menjadi ruang penuh cinta. Satu per satu para lansia datang dengan senyum lebar, disambut oleh panitia dan tenaga medis yang melayani dengan sepenuh hati.

Pemeriksaan kesehatan Hari Kakek Nenek sedunia di Paroki Belinyu
Pemeriksaan tensi, gula darah, kolesterol, asam urat, hingga pemeriksaan mata dilakukan dengan sabar dan ramah. Tak hanya tubuh yang diperhatikan, tetapi juga jiwa yang disentuh oleh kepedulian.
“Terima kasih kepada para dokter dan tenaga medis yang telah menjadi saluran kasih Tuhan bagi kami,” ujar Romo Marcen Damanik penuh syukur.
Sementara itu, Bapak Kordianus Nodin, Ketua Panitia, menambahkan,
“Kegiatan ini adalah bentuk nyata pelayanan kasih Gereja kepada umat lanjut usia, mereka yang telah lebih dahulu menanam iman dalam keluarga dan komunitas kita.”
Keesokan harinya, Minggu (5/10), suasana penuh sukacita berlanjut dalam Perayaan Ekaristi Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia, yang dirangkai dengan peringatan 10 tahun lahirnya Laudato Si’, ensiklik Paus Fransiskus tentang merawat bumi, rumah kita bersama.

Perayaan Ekaristi Hari Kakek Nenek Sedunia
Misa dipimpin oleh Romo Anton Moa Tolipung bersama Romo Wendilinus Pantaleon, Romo Marcen Damanik, serta Diakon Silvester Rasun Moro dan Diakon Mitsie Benson Sitepu.
Dalam homilinya, Romo Anton menyampaikan pesan yang menyentuh hati:
“Para kakek dan nenek yang terkasih, terima kasih karena telah menjadi penjaga doa, penyala harapan, dan penabur cinta kasih dalam keluarga dan Gereja. Kalian bukan masa lalu, kalian adalah jantung yang menjaga Gereja tetap hidup.”
Kata-kata itu disambut dengan mata berkaca-kaca dan tepuk tangan penuh kasih dari seluruh umat.

Acara ramah tamah bersama
Usai misa, acara berlanjut dengan ramah tamah yang tak kalah hangat. Para lansia duduk bersama, menikmati hidangan sederhana yang terasa begitu istimewa karena disajikan dengan cinta. Tawa pecah ketika anak-anak TK-SD Santa Agnes, SMP Santo Yosef, Suster KKS, dan perwakilan KBG menampilkan nyanyian serta tarian yang menggugah hati.
Suasana menjadi potret indah cinta lintas generasi , di mana yang muda belajar menghormati, dan yang tua merasa dicintai kembali.
Sebagai penutup, setiap lansia menerima souvenir kenangan dari tangan-tangan muda. Sebuah simbol sederhana namun sarat makna: kasih tak mengenal usia, dan cinta Gereja terus menembus batas waktu.
“Terima kasih kepada seluruh panitia, donatur, dan umat yang telah memberikan doa, tenaga, dan cinta kasih dalam kegiatan ini. Semoga semangat pelayanan kasih ini terus menyala di tengah umat,” tutur Ketua Panitia dengan haru.
Perayaan ini bukan sekadar kegiatan tahunan, melainkan kesaksian hidup tentang cinta yang tak pernah pensiun cinta yang tumbuh, melayani, dan tetap menyala di hati umat Paroki Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Belinyu. (vsh)
Penulis: Komsos Paroki Belinyu