Bengkong-BerkatNews.com. Sebanyak 247 peserta lokakarya AsIPA dengan tenang dan khusyuk berbaris berdua-dua, berarak menuju aula paroki Santo Damian, Batam. Mereka tengah memulai prosesi pembukaan lokakarya AsIPA angkatan 3 yang dibuka pada Senin, 9 April 2018 oleh Pastor Paroki Santo Damian, RP. Cornelis Arundati Gaga, SS.CC. Berjalan berdua-dua laksana murid-murid Yesus yang berdua-dua menuju ke Emaus. Perjalanan yang tidak ringan menuju pewartaan Kristus.
Bersama fasilitator AsIPA angkatan 1 dan 2, juga mengundang para pengurus PIPA, aula menjadi penuh dengan 400-an orang. Kehadiran mereka menjadi peneguh bagi para peserta lokakarya yang baru memulai perjalanan belajarnya hingga delapan bulan yang akan datang.
Pastor Arun menyampaikan rasa bangganya pada peserta karena makin banyak ketua KBG dan fasilitatornya yang mau belajar bersama dalam lokakarya ini. Pembelajaran setiap Senin malam hingga delapan (8) bulan yang akan datang tentu menuntut kesetiaan dan ketekunan pesertanya. Beliau berharap mala mini berangkat AsIPA 247 orang, hingga selesai nanti juga tetap utuh 247 orang.
RP Lukas Taruna Boy Sitepu, SS.CC mengisi sesi pertama. Dengan tema Menikmati Tuhan dalam Hidup Menuju Kekudusan, Pastor Lukas menekankan pada pentingnya melaksanakan tiga kewajiban setiap umat beriman: Trias Munera, yaitu sebagai nabi, imam, dan raja. Mengutip dokumen gereja Lumen Gentium 25,26, dan 27, tugas mengajar, menguduskan, dan menggembalakan adalah tugas semua umat beriman. Tugas ini menjadi lebih maksimal dengan mengikuti pembelajaran AsIPA, cara yang dipilih keuskupan kita untuk memberdayakan umatnya.
Pada sesi kedua, RD. Lucius Poya Hobamatan memberi pengantar berupa orientasi AsIPA (Asian Integral Pastoral Approach). Program ini lahir dalam pertemuan para Bapa Uskup se-Asia di Bandung (Federation of Asia Bishop Conference) tahun 1990. Sejak itu diputuskan bahwa AsIPA adalah pendekatan pastoral dalam cara hidup menggereja.
Lebih lanjut, Pastor Poya mengatakan bahwa hidup orang beriman selama ini yang tekun dan khusyuk dalam doa pribadi memang baik tetapi berkomunio adalah identitas Gereja Katolik. Selama ini disinyalir, kehidupan kurang beriman karena menekankan ritual dan mengabaikan penghayatan ibadah dalam kesaksian hidup. Kesalehan pribadi memang harus tetapi jika mengabaikan komunitas, menjadi tidak sesuai dengan yang dicita-citakan Gereja Keuskupan: Gereja Partisipatif. Sikap ini membutuhkan pembaruan yang merayakan persekutuan dalam keagamanan berwujud pengalaman konkret. Pembaruan sikap pastoral itu harus tetap menempatkan Allah sebagai pelaku utamanya. Pembaruan yang menyanggupkan umat menceritakan Yesus dalam hidup itu dimampukan lewat lokakarya AsIPA.
Pada bagian akhir, RP. Paulus Budi Yunianto, SS.CC berpesan agar perjumpaan tiap Senin hingga delapan bulan yang akan datang tidak usah terlalu dipikirkan. “Jalani saja. Anggap tiap Senin adalah saat berjumpa dengan teman, lakukan dengan senang dan antusias, nanti tahu-tahu sudah selesai AsIPA-nya. Jika pada Angkatan 1 dari 415 orang yang lulus 149, Angkatan 2 dari 150 orang yang lulus 75, maka pada AsIPA Angkatan 3 ini, dari 247 peserta, lulus harus 247 peserta juga,”pesannya disambut tepuk tangan meriah. *
Lidwina Ika
editor: costmust/berkatnews.com