Perbedaan adalah takdir Tuhan yang tidak boleh diingkari. Ketika kita mengingkari perbedaan, pada hakekatnya kita mengingkari Tuhan sendiri.
Batam, Berkatnews.com– Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI) H.Saiful Rahmat Dasuki menghadiri rekoleksi pengurus gereja se-Keuskupan Pangkalpinang di Aula SMA Katolik Yos Sudarso, Batam, Sabtu (13/1) sore.
Dalam sambutannya Wamenag mengaku bersyukur dapat bersama-sama umat Katolik Keuskupan Pangkalpinang merayakan 100 tahun Keuskupan Pangkalpinang.
Kader GP Ansor itu mengajak peserta rekoleksi yang terdiri dari utusan paroki-paroki, lembaga hidup bakti, unit karya dan kategorial untuk mensyukuri kultur toleransi umat beragama di negeri yang amat beragam ini sehingga memungkinkan setiap pemeluk agama mengekspresikan agamanya masing-masing tanpa rasa takut.
Kendatipun demikian, Wamenag mengingatkan umat katolik mewaspadai adanya kelompok yang mengklaim kebenaran tunggal, yang tidak dapat menerima kebenaran yang ada pada agama lain.
“Ada kelompok eksklusif terutama di kota-kota besar yang tidak mau beradaptasi dengan lingkungan setempat, mereka ini cenderung intoleran. Kita juga patut mewaspadai ideologi transnasional yang menggunakan jalur politik untuk menguasai tatanan suatu negara,” ungkap Wamenag Dasuki dilansir nusantaraaktual.
Oleh sebab itu, sambung Wamenag, Kementerian Agama memiliki salah satu program prioritas yaitu moderasi beragama alias beragama jalan tengah.
Singkatnya, moderasi beragama merupakan sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama yang menghargai dan menghormati kepercayaan dan keyakinan orang lain.
“Ada empat hal yang penting untuk mewujudkan moderasi beragama, pertama komitmen akan kebangsaan, yaitu Pancasila, kedua adalah Bhinneka Tunggal Ika, ketiga NKRI, dan yang keempat adalah Undang-Undang Dasar 1945,” imbuhnya.
Menurut dia, bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang diciptakan Tuhan dengan penuh keberagaman. Indonesia terbentuk karena perbedaan-perbedaan yang ada.
“Perbedaan adalah takdir Tuhan yang tidak boleh diingkari. Ketika kita mengingkari perbedaan, pada hakekatnya kita mengingkari Tuhan sendiri,” pungkas dia.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan rekoleksi ini Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Mgr. Yohanes Harun Yuwono Uskup Agung Palembang, Mgr. Adrianus Sunarko Uskup Pangkalpinang, dan Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau Romo Chrisantus Pascalis Saturnus.