Bacaan 1, Yesaya 40:1-11, Allah menghibur umat-Nya; Mazmur 96:1-3.10ac-13, Lihat, Tuhan datang dengan kekuatan!; Bacaan Injil, Matius 18:12-14, “Bapamu tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Allah kita, Allah yang menghimpun, memangku, dan menuntun
Oleh: Alfons Liwun *)
Menghimpun, memangku, dan menuntun, adalah kekhasan Allah kita yang diungkapkan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama (ay. 40). “… menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”. Menghimpun adalah menyatukan. Menyatukan tidak hanya yang sama, tetapi juga yang berbeda. Menghimpun, tidak dengan kaki, tetapi dengan tangan-Nya. Kebayangkan, kalau dengan kaki, apa jadinya! Memangku, tidak hanya meletakkan antara pangkal paha dan lutut, tetapi memeluk-Nya. Memberi kasih sayang, merasa yang mendalam. Menuntun ialah membimbing dengan menggandengkan tangan, mengarah ke jalan yang benar.
Kekhasan Allah ini dilukiskan Yesaya dengan begitu menarik melalui panorama alam yang bersahabat. Bahkan, dalam panorama alam yang bershabat itu, Allah memberikan tugas kepada manusia meluruskan, menutup, dan menimbun yang rusak, bengkok, dan lekak-lekuk. Disinilah sebuah nilai yang mendalam bagi manusia, bahwa Allah tidak hanya menghimpun, memangku, dan menuntun namun memberikan manusia berpatisipasi mewujudkan dunia yang adab, adil, dan damai.
Wujudnyata Allah yang menghimpun, memangku, dan menuntun, dalam bacaan Injil digambarkan oleh penginjil Matius, Yesus yang berani meninggalkan ke-99 domba yang telah dihimpun, dipangku, dan dituntun itu untuk pergi mencari, menemukan satu ekor yang hilang. Mengapa? Supaya satu yang hilang itu pun tetap mengalami hal yang sama seperti ke-99 ekor domba. Menghimpun, memangku dan menuntun ke jalan yang benar, biar tidak tersesat lagi. Biar tidak tercecer dan terbengkelahi. Biar tidak menjadi pemberontak lagi. Biar jiwa satu ekor tadi berubah dan merasa nyaman dan siap berpatisipasi membangun persekutuan bersama Yesus dan teman-temannya. Dan lebih jauh dari itu, seperti ditandaskan Pemazmur, “Hari Tuhan sudah dekat, Ia datang sebagai penyelamat”. Penyelamat bagi semua, tidak hanya sebagian saja. Atau dalam bahasa Matius, “… Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Bagi kita orang kristiani, bacaan-bacaan suci hari ini pun mengundang kita untuk tetap berada dan masuk bergabung dalam himpunan, pangkuan, dan tuntunan Allah. Yesaya mengingatkan kita orang yang percaya kepada Allah. “Luruskanlah jalan, tutup lembah yang lekuk, dan ratakan yang berlubang”, makna bertobatlah yang harus selalu dimulai. Jangan dibiarkan berlama-lama, sebab hari Tuhan sudah dekat.
Bertobat, tidak hanya berbalik kepada Allah dalam hati. Bertobat, memiliki makna sikap hidup: cara pandang, cara hidup, dan cara baru dalam berperilaku dengan spirit mau mendengarkan suara Allah. Allah diutamakan. Allah fokus kita, sumber persekutuan kita. Dan dengan begitu, rahmat pengampunan, akan diterima dengan penuh kerahiman Allah, siapkan diri menyongsong Tuhan datang kembali. Tuhan memberkati kita. Amin!
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang