Bacaan I, Yesaya 48:17-19, Ah, sekiranya engkau, memperhatikan perintah-perintah-Ku!; Mazmur 1:1-2,3,4,6, Barangsiapa mengikuti Engkau, ya Tuhan, akan mempunyai terang hidup. Bacaan Injil, Matius 11:16-19, Mereka tidak mendengarkan Yohanes Pembaptis maupun Anak Manusia.
Terang Hidup dalam Dunia
Oleh: Alfons Liwun *)
Dalam ilmu komunikasi, ada yang disebut komunikasi satu arah dan ada yang disebut komunikasi timbal balik. Komunikasi searah, mengandaikan ada yang berbicara dan ada yang menyimak. Yang berbicara, menyampaikan banyak hal, entah informasi ataupun ilmu-ilmu analisa yang didalaminya. Yang menyimak, mengerahkan potensi dalam dirinya untuk menerima, memahami, dan merekam supaya tidak lupa. Sikap dan perilaku berbicara lebih dirasa memiliki potensi ketimbang yang menyimak. Komunikasi guru-murid, misalnya.
Hal yang diatas tadi, berbeda dengan komunikasi dua arah atau timbal balik. Yang satu berbicara dan yang lain pun menyampaikan sesuatu. Namun yang belum dimengerti atau menambah yang belum lengkap. Terjadi diskusi! Diskusi untuk mendalami ataukah berusaha untuk mengerti apa yang dibicarakan.
Dari kedua tipe komunikasi ini, ada hal yang sama. Hal yang sama ialah saling mendengarkan, saling menerima, saling mengakui, dan memilah yang benar atau yang salah. Sintesa dari kedua komunikasi ini adalah mengikuti atau melaksanakan apa yang menjadi isi dari topik pembicaraan atau topik diskusi.
Yesaya dalam bacaan pertama mengedepankan komunikasi. Allah berbicara kepada manusia, dan manusia mendengarkan apa yang dikatakan Allah. Sintesa dari gaya komunikasi Allah ialah Allah menawarkan pengajaran-Nya dan manusia berjuang untuk menerima dan menghayatinya.
Allah menawarkan, Allah yang memberikan kebebasan untuk manusia memilihnya. Jawaban pilihan ada pada manusia. Allah menelusuri pilihan manusia. Jawaban pilihan yang ditawarkan Allah membuka ruang untuk manusia yaitu “… damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.” (Yes. 48: 18-19).
Disini, Allah tidak hanya mengajar, tetapi menyediakan janji-Nya untuk manusia. Janji-Nya ini, terkadang tidak dipilih manusia. Bahkan manusia lebih memilih hal-hal yang ditawarkan dunia; menarik dan bermanfaat tetapi daya tariknya tak bertahan lama dan manfaatnya pun hanya berbatas waktu, tidak kekal. Menarik dan manfaat, hal yang instan dalam dunia ini.
Sementara bacaan Injil hari ini Matius menampilkan khalayak ramai bersikap ragu-ragu, apatis, dan tidak mau mendengarkan baik kepada Yohanes Pembaptis maupun kepada Yesus, yang adalah Mesias. Yohanes Pembaptis mengharapkan kehadiran Mesias dalam diri Yesus pun mengambil sikap dan perilaku tegas seperti dia.
Namun sikap dan perilaku tegas Yesus rupanya tak kesampaian seperti harapan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis merasa dirinya bahwa pengajarannya dipahami secara berbeda oleh Yesus. Disinilah, berdampak bahwa orang-orang merasa ragu, apatis, dan tidak mau mendengarkan lagi pemberitaannya. Gambaran kehadiran Mesias, jauh berbeda dengan gambaran Yohanes Pembaptis dan orang banyak. Mesias pembebas situasi politik dan sosial, yang menjadi harapan, beda dengan yang diharapkan Yesus.
Disinilah, macetnya link komunikasi, salah sambung atau sinyalnya tak terhubung antar keduanya. Walau sikap dan perilaku Yesus dirasakan Yohanes Pembaptis yang berbeda, namun hal pokok yang disikapi Yesus ialah Yesus tetap mengakuinya sebagai seorang nabi besar dari semua para nabi.
Tampil Yesus ke publik, memberikan pemahaman baru akan datangnya Mesias. Kehadiran-Nya telah dimulai. Dimulai dengan tanda-tanda: mukjizat dan pengajaran-Nya. Pemberitaan-Nya menghadirkan makna pembebasan bukan makna kekuasaan politik. Pembebasan dari dosa. Mengikis dosa dan menumbuhkan harapan akan keselamatan dalam Allah. Yesus melihat bahwa lilitan dosa membawa dampak buruk, yaitu rakus kekuasaan, penindasan, penipuan, dan persengkokolan yang menghancurkan. Karena dampak inilah, tobat menjadi jalan untuk mengubah situasi hidup. Tobat menjadi tawaran awal untuk orang menjadi selamat.
Bagi kita, warta Yesaya dan Matius menuntut kita untuk menerima dan menghayati. Mentaati perintah Allah, merupakan jalan keselamatan yang ditawarkan-Nya. Perintah Allah dihayati. Mengambil sikap dan perilaku baru yaitu tobat.
Tobat, sederhana saja. Kembali kepada Allah. Kembali kepada Allah, bagaimana “anak yang hilang”. Menyerahkan diri dalam kuasa bimbingan Allah. Memberi diri dituntun melalui pengajaran-Nya. Pengajaran yang terungkap dalam Sabda-Nya. Sabda-Nya, menjadi spirit yang mengubah hidup dari dalam. Dari hati, merasuk akal budi untuk melihat dengan cara Allah. Dengan itu, kita paham kehadiran Yesus. “Bertobatlah, Kerajaan Allah telah dekat”.
Penantian menjadi bernilai ketika tobat merasuk hati, membuka ruang bagi Roh Kudus berkarya, biar dunia menjadi baru. Tuhan memberkati kita. Amin. ***
*) Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang