Home KATEKESE Renungan Harian Jumat 3 Juni 2022

Renungan Harian Jumat 3 Juni 2022

by Alfons Liwun

Hari Jumat Pekan VII Paskah; Pesta Santo Karolus Lwanga dkk, martir. Bacaan pertama, Kisah 25 : 13-21, Yesus telah mati, tetapi dengan yakin Paulus mengatakan, bahwa Ia hidup; Mazmur 103: 1-2. 11-12. 19-20ab, Tuhan sudah menegakkan takhta-Nya di surga; Bacaan Injil Yohanes 21: 15-19, Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Tanda Kasih Kepada Allah: Antara Petrus Dengan Kita!

Oleh: RD. Marcel Gabriel *)

Para Pembaca berkatnews.com yang terkasih: Shalom!

Sampai dengan hari ini, terhitung sejak Jumat Pekan IV Paskah, Tuhan kita Yesus Kristus melalui Penginjil Yohanes membawa kita kembali kepada Malam Perjamuan Terakhir, di mana melalui peristiwa itu, Dia memberikan Amanat Agung tentang Cinta-kasih, yang harus dihidupi sebagai penanda identitas para murid-Nya. “… semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi, (Yoh. 8: 31).”

Petrus diserahkan tugas, Gembakanlah domba-domba-Ku (foto:sesawi.net)

Selanjutnya Amanat Agung tentang Cinta-kasih itu terus-menerus diulang oleh Tuhan kita Yesus Kristus sebagai pertanda bahwa hidup dalam persekutuan kasih dengan Allah dan dengan sesama itu memang merupakan hal yang paling utama. Rasul Paulus menegaskan tentang tempat Cinta-kasih ini dibanding dengan kebajikan lainnya dengan kata-kata ini, ‘Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih, (1Kor. 13: 13).”

Merujuk kepada Yohanes 8:31 tersebut di atas, yakni bahwa sebagai penanda identitas, maka Cinta-kasih itu harus nyata dan dapat dilihat dalam tutur-kata, sikap, dan tindakan para murid Yesus, atau dengan kata lain bahwa adanya Cinta-kasih itu dapat diketahui tanda-tandanya atau bukti-buktinya.

Bukti Pertama, Hidup sebagai pelaku Firman!

Bukti Pertama yang harus ditunjukkan oleh para murid Yesus bahwa mereka sungguh mengasihi Allah, ialah bahwa mereka harus hidup sebagai orang-orang yang melakukan Firman Allah dan kehendak-Nya, (Yoh. 14: 21). Dan para pelaku Firman dan kehendak Allah ini selanjutnya terhitung sebagai orang-orang yang masuk ke dalam hubungan kekerabatan atau menjadi satu keluarga secara rohani dengan Yesus sendiri (Mat. 12: 48-50). Kelompok atau “keluarga para pelaku Firman ini” sekalipun masih berada dan hidup di dunia ini, namun sudah dipilih dan diperhitungkan Yesus sebagai “orang-orang yang bukan dari dunia ini, (Yoh. 15: 19)”.

Bukti Kedua, Hidup sebagai Penggembala Domba Allah.

Bukti Kedua yang dapat diketahui bahwa seseorang mengasihi Allah, di dalam Yesus Kristus, Putera-Nya, ialah dengan melakukan apa yang ditugaskan oleh Allah, selain menjadi pelaku Firman-Nya. Bukti kedua ini, kita dapati dalam dialog antara Tuhan kita Yesus Kristus dengan Rasul Santo Petrus, sebelum Petrus diangkat Yesus menjadi gembala atas kawanan domba-Nya. Dialog ini berulang sebanyak tiga kali, yang menegaskan kembali bahwa tugas ini sungguh penting. Ada tiga kali Yesus bertanya kepada Petrus apakah dia mengasihi Yesus, dan sebanyak itu juga Petrus menegaskan bahwa Yesus tahu bahwa Petrus sungguh mengasihi-Nya, (Yoh. 21: 15-19).

Bukit tentang Kasih kepada Allah, Antara Petrus dengan Kita!

Kasih seseorang kepada Allah dapat diketahui dari kesedaan orang tersebut untuk mendengarkan dan melakukan Firman, dan kehendak Allah, dan juga dari kesediaannya untuk melakukan tugas-tugas lain yang diberikan Yesus Kristus kepadanya, sebagaimana tugas untuk menggembalakan kawanan domba milik Allah (Yesus) yang dipercayakan kepadanya. Oleh karena kesempatan dan tugas yang sama juga diberikan kepada kita, maka penting bagi kita untuk mempertegas tentang siapa saja kawanan doma yang Yesus percayakan kepada kita?

Jelas, bahwa kawanan domba milik Yesus yang dipercayakan kepada kita untuk digembalakan adalah pertama-tama diri kita sendiri, kedua adalah orang-orang dalam keluarga kita, dan ketiga orang-orang yang merupakan saudara-saudari seiman kita ataupun orang-orang yang menjadi sesama kita dalam masyarakat.

Untuk diri sendiri, rasanya cukup dengan menjadi pelaku Firman Tuhan dan hidup di dalam persekutuan kasih dengan Allah dan dengan sesama sudah oke. Bahwa orang-orang terdekat haruslah orang-orang pertama yang menjadi saksi mata bahwa kita sungguh mengasihi Allah dan sesama kita lewat tutur-kata, sikap dan tindakan kita, sesuatu yang mereka temukan dalam kenyataan hidup kita, bukan hanya dari lisan kita saja! Sebab ketika mereka hanya mendengar dari lisan kita alias hanya dari tutur-kata kita saja, dengan sangat mudah kita akan dianggap sebagai “om-do” atau “hanya omong doang!” Maka perlu bukti yang lebih meyakinkan, yaitu lewat tindakan dan tingkah-laku kita!

Hadir dan Mendengarkan (foto:rdmarcelg)

Apabila hal internal atau relasi dengan diri kita sendiri sudah beres, maka relasi cinta-kasih kita dengan sesama anggota dalam keluarga, dengan sesama dalam KBG ataupun dalam lingkup RT/RW juga akan ikut beres. Namun hal ini tidak gampang diwujudkan, karena ada pengalaman bahwa mereka yang adalah “baik dan bagus” dalam hidup dan kegiatan di lingkungan Gereja tidak serta-merta juga adalah mereka yang juga “baik dan bagus” dalam hidup dan kegiatan di lingkungan keluarga dan rumah-tangga. Ada ungkapan yang menantang kita semuua untuk terus-menerus berbenah diri, yang berbunyi sebagai berikut, “Di Gereja jadi malaikat, tetapi di dalam Rumah-tangga menjadi setan!

Kita mohon bantuan Roh Kudus dan kekuatan rahmat Tuhan, supaya kita mampu mengatur hidup kita selaras dengan Firman Tuhan dan kehendak-Nya, sehingga dapat menjadi gembala untuk diri sendiri dan untuk sesama kita. Amin!

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, Sekretaris General PIPA Keuskupan

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.