Home KategorialKevikepanKevikepan BabelKatedral (Pangkalpinang) Renungan Harian Kamis, 27 Januari 2022

Renungan Harian Kamis, 27 Januari 2022

by Alfons Liwun

Pekan Biasa III, 27 Januari 2022, Tahun C/II.

Peringatan fakultatif Sta. Angela Merici, perawan.

Bacaan I, 2Sam. 7:18-19.24-29, Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku?; Mazmur 132: 1-2.3-5.11.12.13-14, Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya; Bacaan Injil, Markus 4:21-25, Pelita dipasang untuk ditaruh diatas kaki dian. Ukuran yang kamu pakai akan dikenakan pula padamu.

“Barangsiapa Mempunyai Telinga Hendaklah Ia Mendengar

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi

 Selamat pagi saudaraku tercinta,

Dalam Bacaan I (2Sam. 7:18-19.24-29) dikisahkan setelah mendengarkan janji Allah dari Natanael bahwa (kasih) Allah tidak akan hilang dari Daud dan keturunannya. Bahkan Allah akan mengokohkan kerajaan Daud untuk selama-lamanya di antara segala bangsa di dunia. Dan didalam kerajaan Daud itulah Allah akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak Alah (ay. 12-16). Daud merasa sangat terharu, bersyukur, dan memuliakan Allah (ay. 22-24).

Daud sadar sepenuhnya siapa dirinya di hadapan Allah. Ia yang begitu kecil di hadapan Tuhan yang begitu agung. Semua kejayaan yang ia peroleh diakuinya bukan karena kehebatan dirinya melainkan karena belas kasihan Allah (ay. 18-21). Karena itu pula, Daud memohon Allah tetap memberkati dirinya dan keturunannya sampai selama-lamanya (ayat 25-29).

Mendengarkan Sabda Tuhan, supaya menjadi penerang bagi sesama, 17/10/2011 (foto:alfonsliwun)

Dalam Injil (Mrk. 4:21-25) Yesus berbicara tentang sifat terang melalui perumpamaan tentang pelita.  Sifat terang itu nyata, dapat dilihat oleh banyak orang. Karena itu pelita harus di tempatkan di tempat yang sesuai dengan sifatnya yaitu di atas kaki dian. Jika pelita ditempatkan di atas kaki dian, maka tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.

Ajaran Yesus tentang terang ini sangat penting. Karena itu Yesus mengingatkan ”Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar” (ay. 23) Mendengarkan bagi orang yang mempunyai telinga merupakan hal dasar. Mendengarkan akan memberikan respons yang benar. Mendengarkan akan mendorong untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan jujur. Karena itu penegasan Yesus ”Camkanlah apa yang kamu dengar!  Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.

Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (ay. 24-25) Dampak dari mendengarkan akan membawa “terang” bagi siapapun juga. Dan untuk inilah, mendengarkan akan membawa manfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Bagaimana dengan kita? Daud sungguh mendengarkan Firman Allah dan ia memercayainya dengan mengucapkan syukur dan memuji Allah dengan penuh kerendahan hati. Firman Allah yang didengar dan diimani Daud sebagai kebenaran merupakan pelita bagi dirinya. Janji Allah pada Daud terpenuhi melalui dan di dalam keturunan-Nya yaitu Yesus, yang ditinggikan oleh Allah (Kis 2:33).

Bagi Yesus, Anak Daud, sebagai pelita / terang —Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah terang dunia – (Yoh. 8:12) Ia harus menempatkan diri-Nya di atas kaki dian (salib) untuk menerangi rumah dan isinya, sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi dan tidak ada lagi yang dirahasiakan (lih. Yoh 1:4-5). Yang dimaksudkan Yesus dengan pelita adalah diri-Nya yang adalah Firman Allah sendiri (lih. Yoh. 1:1). Firman itu laksana pelita yang menerangi setiap pribadi sehingga mereka tidak hanya mendengar tetapi melaksanakannya di dalam hidup yang nyata secara bebas dan penuh kepercayaan. Dengan wafat dan kebangkitan Kristus maka mulailah saat baru untuk mewartakan di hadapan umum misteri Kerajaan Allah.

Para Rasul dan kita memiliki tugas sebagai pewarta Firman yaitu menempatkan terang (Fiman Allah) di atas kaki dian. Maka bagi kita Firman Allah haruslah menjadi terang hidup kita. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105), “Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; Tuhan, Allahku, menyinari kegelapanku” (Mzm. 18:28). Bagi orang yang sungguh-sungguh percaya, Firman Tuhan adalah pelita yang menyala dan menerangi hidupnya.

Firman Allah menjadi Firman yang hidup di dalam diri kita ketika dengan sadar, bebas, dan penuh iman kita mendengarkan, menerimanya, dan mengakuinya sebagai kebenaran. Firman yang kita dengarkan akan memampukan kita untuk menjadi pelaku dan pewarta Firman bagi sesama. Maka Yesus tegas mengingatkan kita ”Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar” (ay. 23) dan ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.

Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (ay. 24-25) Artinya: Kita diminta Yesus bukan hanya untuk setia kepada-Nya, melainkan juga untuk hidup sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Kita harus menjadi terang (pelita) yang diletakan di atas kaki. Kita harus berani. Jangan lagi takut dan menyembunyikan diri di bawah tempat tidur.

Bersama Agela Merici, perawan suci yang telah berhasil menemoatkan pelita imannya di atas kaki melalui kegiatan persekutuan St. Ursula yang ia dirikan yang selalu menyediakan diri untuk melayani sesama dengan merawat orang sakit dan mengajar (pendidikan) kita pasti bisa karena janji Allah tidak akan pernah meninggalkan keluarga Daud Perjanjian Baru yaitu kita. Semoga Tuhan memberkati.

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.