Bacaan pertama, 1Samuel 3:1-10.19-20, “Bersabdalah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan”; Mazmur 40:2.5.7-8a.8b-9.10, Ya Tuhan, aku datang untuk melakukan kehendak-Mu; Bacaan Injil, Markus 1:29-39, “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit.”
“Mari, Kita Mencari dan Menemui Yesus seperti Semua orang mencari Dia”
Oleh: Alfons Liwun *)
Samuel, anak Elkana dan Hana. Kedua pasangan ini lama baru mendapatkan keturunan. Samuel, menjadi jawaban Tuhan atas doa-doa Hana dan sekaligus perjuangan hidup yang dialaminya selama menikah dengan Elkana.
Jawaban atas doa-doa Hana, Tuhan menghadirkan Samuel. Tidak hanya ini. Tetapi Tuhan memiliki rencana khusus untuk Samuel. Karena itu, dalam bacaan pertama kita mendengar bahwa Tuhan memanggil Samuel ketika Samuel tidur.
Dua kali suara yang didengar Samuel, tetapi suara itu tak dikenalnya. Samuel pun bingung tentang suara itu. Binggung karena ketika ia datang ke Eli, karena Eli pun tak memanggil Samuel. Dan secara logis, untuk apa Samuel memanggil Eli ditengah malam, ketika semua sudah tidur nyenyak? Atas petunjuk Eli, ketika suara itu didengar lagi, Samuel pun menjawab panggilan suara itu seperti diucapkan Eli. “Bersabdalah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan”. Atas petunjuk Eli, Samuel “mengenal” bahwa suara yang memanggilnya ialah suara Tuhan. Proses Samuel mendengar suara hingga bahwa suara itu adalah suara Tuhan, adalah suatu proses yang panjang. Mengapa? Karena Samuel mengenal suara bahwa itu adalah suara Tuhan adalah petunjuk dari Eli. Namun, siapa itu Tuhan, Samuel sendiri masih bingung.
Jika kita membaca teks itu lebih lanjut, dikatakan bahwa “Samuel semakin bertambah besar, dan Tuhan menyertai dia.” Artinya bahwa pengenal Samuel akan Tuhan sejalankan dengan bertambah besar dan dewasanya Samuel. Karena dalam pertumbuhan fisik Samuel, Tuhan menyertainya dan membimbinginya. Sehingga, dalam proses pendampingan Tuhan, Samuel tidak pernah meninggalkan Tuhan. “Tidak ada satu pun dari sabda Tuhan itu yang dibiarkannya gugur”. Karena kesetiaan dan keterhubungan Samuel dengan Tuhan, Tuhan memilihnya menjadi seorang nabi Tuhan.
Dalam Injil, Markus melukiskan kisah perjalanan pewartaan Yesus. Teks Markus yang kita dengar hari ini (12/1), terdiri dari dua bagian yaitu pertama, Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain dan kedua, Yesus mengajar di kota-kota lain. Kedua kisah Yesus semestinya tak terpisahkan satu sama lain. Karena kisah ini menunjukkan satu berita yang sama yaitu Kabar Baik.
Kabar Baik, apa itu? Kabar Baik adalah Yesus, Sabda Allah yang telah menjadi Manusia, wujudnyata Allah, puncak pewahyuan Allah, yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Kehadiran Yesus ditengah keluarga Petrus dan di kota-kota lain, merupakan Kabar Baik. Yesus hadir disana dan menunjukkan cinta kasih Allah kepada manusia, sesamanya. Cinta kasih Allah itu diungkapkan dalam sikap-Nya yaitu bersolider dan peduli kepada yang sakit dan menderita.
Ungkapan sikap Yesus ini ialah menyembuhkan dan mengusir setan-setan yang merasuki orang-orang. Tindakan Yesus ini dilakukan-Nya agar pewartaan tentang Kabar Baik, yaitu menunjukan diri-Nya sendiri sebagai Allah yang hadir ditengah-tengah umat-Nya, tidak menjadi penghalang hadirnya Kerajaan Allah ditengah hidup mereka. Bahwa Allah yang berkuasa, kuasa yang sama telah diterima-Nya. Dan dengan kuasa-Nya itu, Yesus melakukan seperti yang dikehendaki Allah, yang demam, hilang, yang sakit sembuh, dll.
Bagaimana dengan kita? Kita belajar dari Samuel. Dia mengenal Tuhan melalui Eli, seorang nabi dan pelayan Tuhan. Dia taat dan mengikuti apa yang dikatakan Eli. Dia tahu, Eli adalah seorang yang hidupnya benar. Maka tidak salah ketika kita pun mau belajar mengenal Tuhan dari Sabda Tuhan dan pengajar-pengajar iman kita. Magisterium Gereja memiliki kewenangan ini. Kita dibimbing dan akan tumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus. Asalkan proses dan ketahanan kita dalam sabar menghayati Sabda Tuhan dan pengajar-pengajar iman kita.
Sanggupkah kita bertahan hingga seluruh pertandingan selesai? Inilah yang menjadi topik penting ketika kita mencoba melihat secara jernih berbagai realitas dunia yang ada saat ini.
Disinilah teladan Yesus, Sang Pengajar iman kita, menjadi contoh hidup kita. Mencari saat yang tepat membangun relasi yang utuh kepada Yesus melalui doa-doa dan merenungkan Sabda Allah, seperti dilakukan oleh Yesus sendiri. Dalam keheningan doa, “Bersabdalah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan”, merupakan ungkapan salah satu doa-doa kita.
Dan jika kita jatuh dalam dosa, khilaf dan salah jalan, datanglah kepada Yesus. Jika kita tak sanggup untuk datang kepada Yesus, mintalah anggota keluarga, sahabat, kenalan seiman untuk menghantar kita kepada Yesus. Biarlah Yesus menyelesaikan seluruh dosa-dosa, khilaf dan salah kita dengan cara Dia. “Menyembuhkan dan atau mengusir segala beban yang menjadi penghalang kita berjumpa dengan Yesus. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin!***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang