Bacaan pertama Yakobus 3: 13-18, Jika kalian puas dalam hati, janganlah membanggakan diri; Mazmur 19: 8.9.10.15, Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; Bacaan Injil Markus 9: 14-29, Aku percaya, ya Tuhan! Tolonglah aku yang kurang percaya ini.
Jangan Berdusta melawan Kebenaran
Oleh: Alfons Liwun *)
Bacaan suci hari ini mengedepankan dua kata kunci ini. Kata kebenaran dan berdusta. Kedua kata itu dapat dipahami secara sederhana demikian. Kebenaran adalah hal dasar yang menjadi pedoman bagi kita untuk bertindak sebagai manusia untuk menyembah Tuhan. Sementara berdusta ialah berkata tidak benar, berbohong. Dari pemahaman sederhana ini, berdusta dikatakan berlawanan dengan kebenaran.
Rasul Yakobus dalam bacaan pertama mengungkap dua kata ini dengan jelas. Bahwa kebenaran merupakan hal dasar yang diletakkan Tuhan dalam diri manusia sejak awal mula. Karena itu, apa yang muncul dari dalam diri yang baik dan benar harus disampaikan dengan baik dan benar. Yang baik dan benar dalam diri dinyatakan dalam perbuatan dengan cara hidup yang baik dan benar.
Sementara, dalam diri muncul iri hati dan mementingkan diri, Rasul Yakobus memberikan nasihat supaya jangan berdusta. Karena berdusta ialah melawan kebenaran.
Berangkat dari nasihat Rasul Yakobus, kita belajar bahwa kebenaran yang dikatakannya ialah kebenaran mutlak, absolut. Karena kebenaran ini berasal dari Tuhan. Karena itu, manusia yang sungguh-sungguh berrelasi baik dalam roh dan kebenaran dengan Tuhan, hikmat dan kebijaksanaan Tuhan akan menumbuhkan kebenaran dalam diri kita dan dinyatakan dalam perbuatan dengan cara hidup yang benar. Karena itu, nasihat Rasul Yakobus seakan menyejajarkan kata-kata Pemazmur “Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati”.
Bacaan Injil hari ini, Penginjil Markus mengisahkan roh jahat merasuki seseorang yang diantar oleh orang datang kepada para murid Yesus. Para murid Yesus sudah berusaha untuk menyembuhkan dengan berdoa dan memohon penyembuhan dari Allah, namun roh jahat itu masih tetap ada didalam diri orang. Peristiwa penyembuhan yang dilakukan para murid Yesus disaksikan juga oleh orang Farisi, tokoh antagonis yang selalu hadir dalam setiap peristiwa perjalanan Yesus.
Kegagalan yang dilakukan para murid, Yesus sungguh-sungguh menegur secara keras. Teguran Yesus kepada para murid menekankan dua hal dasar, yaitu kurang percaya dan sudah dilatih dan diajarkan terus menerus namun masih tetap gagal. Kurang percaya dalam diri para murid, menguatkan kegagalan akan apa dilakukan para murid. Sementara apa yang selama sudah diajarkan atau dilatih Yesus kepada para murid, masih juga gagal.
Dari kedua hal dasar yang ditekankan dalam peristiwa ini, hal yang menjadi pokok ialah bahwa kebenaran dalam berrelasi dengan Tuhan masih tercampuradukan dengan hal-hal lahiriah manusiawi, sehingga buah dari apa yang dilakukan dengan cara hidup, masih menyisahkan kegagalan. Teguran Yesus kepada para murid, akan kegagalan yang dilakukan mereka, tentu juga akan menegur kita juga. Mana mungkin sesuatu yang terus menerus diajar dan dilatih toh masih gagal juga dalam praktek hidup, sebenarnya ada apa?
Disinilah perlu kita selidiki kedalaman isi hati setiap kita. Seberapa dalam keintiman kita berrelasi dengan Tuhan dalam Roh dan kebenaran? Dan jika selalu gagal itu berarti, kita masih tetap mempertahankan diri, belum mau membuka diri untuk pesan Rasul Yakobus, “janganlah kamu memegahkan diri, janganlah berdusta melawan kebenaran…lemah lembut” dalam cara hidup. Tuhan memberkati kita! ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang