A / 1
SYERING INJIL MENAMBAH
“SATU HAL YANG DIBUTUHKAN”
(Langkah 1 Syering Injil)
PENGANTAR
Pada suatu hari Minggu senja beberapa orang dari suatu lingkungan berkumpul dan berbicara dalam suasana persaudaraan di salah satu rumah mereka. Mereka berbincang-bincang mengenai pekerjaan, keluarga, dan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Seorang ibu berterus terang: ”Saya berbuat banyak sepanjang hari, namun saya merasa hampa, juga hampa rohani”. Berapa tetangga setuju dengan pernyataan yang datang dari hati yang ikhlas itu.
Kita juga setuju dengan pernyataan itu. Karena itu pada pertemuan hari ini, kita akan bertanya diri:
Bagaimana kita dapat mengisi kegiatan-kegiatan harian kita dengan suasana makna yang lebih mendalam, bagaimana kita dapat bertumbuh secara rohaniah dalam menjalankan tugas-tugas harian kita?
A. KEGIATAN-KEGIATAN KITA DAN KISAH MARTA DAN MARIA
1. Kita membaca perlahan-lahan dan dalam suasana doa: Lukas 10: 38-42
- Kita membaca teks satu kali lagi dari versi yang lain.
2. Marta dan kegiatan-kegiatan harian kita
Yang pasti bahwa Yesus tidak ingin mengadili Marta atas sikapnya yang ramah tamah dalam menyiapkan teh untuk para tamu. Namun Tuhan memperingatkan dia untuk berpikir hal mana yang paling utama di dalam kegiatan-kegiatannya.
Tuntutan Yesus ini memang merupakan suatu tantangan bagi kita dewasa ini, terutama untuk semua orang yang sibuk dengan banyak kegiatan Gereja.
3. Kita berdiskusi dalam ”Kelompok mini” ( satu kelompok 2 / 3 orang )
- Laporkan sesudah 3 menit
- Perhatikan Marta dalam gambar di bawah ini.
PERTANYAAN:
Dalam hal apa kita berlaku seperti Marta pada waktu kita mempersiapkan atau melaksanakan kegiatan-kegiatan kita di tempat kerja, di rumah atau Gereja?
TAMBAHAN:
- Kita dapat ”berlari keliling” Yesus seperti Marta dalam sidang dewan atau sidang seksi, apabila kita ingin melanjutkan kerja tanpa meminta pembinaan dan pertumbuhan rohani bagi diri kita sendiri.
- Kita dapat ”bersibuk diri sekitar” Yesus seperti Marta apabila kita hanya mengarahkan perhatian pada efisiensi ibadat-ibadat Gereja kita, namun lupa akan Tuhan yang bangkit, yang berada di tengah-tengah kita, yang ingin ”disentuh” dan dialami.
- Kita dapat ”berbicara tentang” Yesus dalam komunitas basis, kelompok-kelompok diskusi dan kelompok-kelompok studi Kitab Suci, namun kita mengabaikan kehadiran-Nya yang hidup sebagai SABDA yang tinggal di antara kita.
- Bahkan doa-doa kita untuk panggilan-panggilan bergaung seperti permintaan Marta, ”Tuhan, suruhlah dia datang dan membantu AKU dalam pekerjaanku”.
4. Marta dan ”Hanya Satu Hal yang dibutuhkan” untuk kegiatan-kegiatan kita.
Perhatikanlah Maria yang sedang duduk menghadap Yesus. Ia sedang mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Diskusikan dengan seluruh kelompok.
PERTANYAAN:
Sebutkanlah cara-cara Maria dalam ”mendengarkan” Yesus !
TAMBAHAN:
Maria mendengarkan Tuhan dengan seluruh badan dan jiwanya:
- Dengan telinga ia mendengar kata-kata Tuhan.
- Dengan matanya ia melihat Tuhan yang sedang berbicara.
- Dengan mulutnya ia minum kata-kata yang keluar dari mulut Tuhan.
- Dengan hatinya ia menerima cinta Yesus.
- Dengan tubuh dan jiwanya Maria dekat dengan Yesus, sungguh-sungguh hadir bersama dan terbuka bagi-Nya.
- Persahabatan Yesus dan dekat dengan Dia adalah pilihan utama Maria.
- Cinta Yesus dan bagaimana tetap berhubungan dengan Dia menjadi ”satu hal yang dibutuhkan” bagi Maria dari Betania.
Di dalam semua kegiatan kita, bukan hanya di dalam Gereja, ada ”satu hal yang dibutuhkan”, yakni Yesus sendiri, kehadiran dan persahabatan-Nya. Namun pertanyaannya adalah: Bagaimana kita dapat duduk dengan Yesus? Bagaimana kita dapat berhubungan dengan Yesus seperti Maria?
SYERING INJIL ADALAH SALAH SATU CARA UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN YESUS
B. SYERING INJIL MENGHUBUNGKAN KITA DENGAN YESUS
- Bagikan Kartu 7 Langkah
- Bacakan semua langkah (7) tanpa komentar.
- Ringkasan Langkah 1 sampai 4 Syering Injil
Pada langkah ke-1, kita menyadarkan diri kita akan kehadiran Tuhan dengan mengundang Yesus, seperti dilakukan Marta dan Maria.
Pada langkah ke-2, kita menghubungi Yesus melalui Sabda-Nya. Teks Kitab Suci menjadi suatu tanda konkret akan kehadiran-Nya yang riil bagi kita. Di antara kata-kata di dalam teks, kita menemukan wajah Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita.
Pada Langkah ke-3, kita memilih kata-kata atau susunan kata yang pendek dari teks. Kita membacanya dengan suara lantang dalam suasana doa; kita hening sejenak di antaranya. Langkah ini khususnya menolong kita untuk duduk bersama Yesus dan tinggal di dalam kehadiran-Nya. Jika langkah ini dibuat secara tergesa-gesa, kita merusakkan pengalaman akan Tuhan yang bangkit di antara kita.
Pada Langkah ke-4, kita memilih satu kata atau susunan kata yang singkat dan merenungkannya dalam keheningan. Sikap ini menolong kita untuk tinggal dalam hubungan yang dekat dan penuh cinta dengan Tuhan, seperti dilakukan Maria dari Betania. Dengan cara ini kita memperoleh ”satu hal yang dibutuhkan” dan menemukan pilihan kita yang benar.
C. KITA PRAKTEKKAN ”MENGUNDANG TUHAN”
1. Pelancar membaca kartunya:
”KITA MENGUNDANG TUHAN.” Kami mempersilakan satu atau dua orang mengundang Yesus dalam doa.
2. Marilah kita mendengar satu contoh bagaimana kita mengundang Tuhan.
Kiranya seorang dapat membacakan teks berikut dalam suasana doa:
”Tuhan Yesus, Engkau memberi Zakheus satu kerinduan besar untuk melihat Dikau. Engkau menjawab kerinduan hatinya dengan menumpang di rumahnya hari itu.
Tuhan, kami juga merindukan Dikau. Kami mengundang Engkau dengan hangat. Datanglah dan tinggallah bersama kami juga hari ini. Amin.”
3. Perhatikan gambar berikut dan diskusikan:
PERTANYAAN:
Dengan cara-cara mana kita bisa katakan bahwa gambar ini melukiskan Langkah 1 dari Syering Injil?
TAMBAHAN:
- Dengan mengundang Yesus dalam doa kita menjadikan Tuhan hadir bagi kita di antara kita.
- Doa undangan yang eksplisit menyadarkan kita akan kehadiran Yesus. Kehadiran Yesus ini adalah satu kenyataan karena kita percaya bahwa Dia telah bangkit dari antara orang-orang mati.
- Doa yang lain juga berharga. Namun dalam Langkah 1 Syering Injil, kita menganjurkan satu doa undangan yang pribadi, hangat dan langsung. Kita perlu mengundang Yesus seperti seorang sahabat mengundang kawannya, dengan hangat dan secara spontan.
- Dengan menyambut Yesus di antara kita, kata-kata Kitab Suci menjadi tanda nyata kehadiran Yesus dan bukan saja kata-kata yang mengandung informasi.
- Langkah 1 Syering Injil menunjuk bagi kita perbedaan antara Syering Injil dan Studi Injil. Dalam Studi Injil kita berbicara ”mengenai” Yesus. Dalam Syering Injil kita mau berhubungan dengan pribadi yang hidup, Kristus yang bangkit, Sabda yang menjadi manusia.
4. Kelompok Kecil 2/3 orang-mempersiapkan doa untuk Langkah 1:
- Kelompok-kelompok kecil membaca salah SATU dari teks-teks berikut:
- Setiap kelompok menyiapkan doa ”mengundang Tuhan” untuk Langkah 1 dengan menggunakan kata-kata dari salah satu cerita Kitab Suci berikut ini:
- Setelah 10 menit, setiap kelompok mendaraskan doanya di hadapan seluruh peserta, yang sekaligus merupakan doa penutup pertemuan ini.
1. Lukas 24: 28-31 (murid-murid dalam perjalanan ke Emaus mengundang Yesus)
2. Lukas 10: 38-39 (Yesus diundang oleh Marta)
3. Yohanes 2: 1-2 (Yesus diundang ke pesta nikah di Kana)
4. Markus 5: 21-24 (Yairus mengundang Yesus untuk menyembuhkan putrinya)
5. Matius 18: 19 -20 (”Di mana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku…)
6. Wahyu 3: 20 (”Saya berdiri di muka pintu dan mengetuk….)
DOA:
– Semua kelompok mendaraskan doa mereka di hadapan seluruh peserta.
A s I P A
( Asian – Integral – Pastoral – Approach )
Para uskup Asia menegaskan dalam Pernyataan Terakhir dari Sidang Paripurna Kelima di Bandung: Gereja tahun 1990-an harus menjadi ”Gereja Partisipatif”, ”Persekutuan Komunitas-Komunitas”, Gereja yang ”memberi kesaksian tentang Tuhan yang Bangkit Mulia” ( FABC 5, # 8 )
Pertanyaannya adalah bagaimana mewujudnyatakan ”cara baru menggereja”. Oleh karena itu, pada akhir tahun 1993, diadakan satu pertemuan konsultasi di malaysia yang disponsori oleh Komisi Pengembangan Manusia dan Komisi Kerasulan Awam FABC. Dalam pertemuan konsultasi tersebut pendekatan pastoral untuk mewujudkan ”Gereja Partisipatif” di Asia dinamakan AsIPA: ASIAN INTEGRAL PASTORAL APPROACH.
TEKS-TEKS AsIPA (program-program pelatihan) mengikuti petunjuk ini:
ASIAN: Teks-teks hendak mewujudkan visi para Uskup Asia dan membantu umat Kristiani Asia menghadapi kehidupan di Asia dalam terang Injil.
INTEGRAL: Teks-teks bertujuan mencapai keseimbangan antara ”rohani” dan ”sosial”, antara pribadi dan komunitas, antara kepemimpinan hirarkis dan tanggung jawab bersama dengan awam.
PASTORAL: Teks-teks melatih umat dalam misi pastoral mereka dalam Gereja dan Dunia.
APPROACH: Proses TEKS-TEKS AsIPA digambarkan sebagai Pendekatan Pastoral yang ”berpusat pada Kristus dan Komunitas.” Proses melibatkan para peserta lokakarya mencari sendiri dan membiarkan mereka mengalami ”Cara Baru Menggereja.”
METODE TEKS-TEKS AsIPA
Teks-teks AsIPA disusun bagi para perempuan dan laki-laki Kristiani pada tingkat akar rumput di paroki. Teks-teks ini tepat dan akan sangat berhasil jika digunakan dalam Komunitas Basis Gerejawi, lingkungan, Dewan Paroki, atau kelompok kecil lainnya di paroki.
Teks-teks AsIPA dapat juga dipakai dalam kelompok-kelompok besar, seperti di aula paroki, asal ”metode partisipatif” dipertahankan dalam kelompok-kelompok kerja yang lebih kecil.
CIRI-CIRI ”PENDEKATAN AsIPA”
- TEKS-TEKS AsIPA menggunakan ”Pendekatan Partisipatif” dimana setiap peserta mencari dan menemukan sendiri sejauh kemampuannya.
- Teks-teks disusun dengan cara sedemikian rupa sehingga pemandu /fasilitator dapat menggunakannya dengan persiapan yang sangat sedikit.
- Pemandu / fasilitator diminta untuk mengikuti teks sesetia mungkin dan mendorong peserta aktif terlibat ketika diminta dalam teks.
- Pemandu / fasilitator tidak boleh puas dengan satu jawaban dari suatu pertanyaan tetapi mendorong sebanyak mungkin peserta mencari jawaban. ”Kelompok-kelompok kecil” terdiri dari 2 / 3 orang membantu untuk mencapai partisipasi maksimum.
- ”Tambahan” dapat membantu menambah temuan para peserta dan meringkaskan semua temuan tersebut.
- Ringkasan dapat digunakan sebagai ”masukan”.
Edisi Indonesia dari bahan AsIPA ini dikerjakan oleh Biro Penerbit Propinsi SVD Ende, di Nita dan disusun kembali dengan prubahan seperlunya oleh Dekenat Lembata, Keuskupan Larantuka, berdasarkan sumber asli dari AsIPA DESK, FABC OFFICE OF LAITY (34, Lane 32, Kuang Fu S Road, Taipei, Taiwan 1052).
© Lembaga Pembentukan Berlanjut
Arnold Janssen
Seminari Tinggi Ledalero