Home Headlines Spiritualitas Memberi

Spiritualitas Memberi

by Stefan Kelen

Oleh RD Ferdinandus M. Bupu (Imam Keuskupan Pangkalpinang)

Pada Hari Minggu Biasa XXXII ini renungan bersumber pada bacaan suci,Β  1Raj 17:10-16;Ibr. 9:24-28; Mrk. 12:38-44.

β€œPada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon (Luk 4:25-26)

Peristiwa Elia di Tanah Sidon, terhitung sebuah cerita yang popular. Tak heran, Yesus pun meceritakan kembali. Yesus ingin menjelaskan tentang adanya kenyataan ironis. Disebut ironis karena Penyelamat ada bersama Bangsa Israel, tetapi yang diselamatkan malah orang asing, yakni, Bangsa Sidon.

Ironi yang sama terjadi ketika kolekte. Yang memberi banyak rupanya sedikit, yang memberi sedikit rupanya banyak. Ukuran banyak dan sedikit dari kacamata manusia bersifat full matematis. Mungkin kita risih dengan hitungan-hitungan, tetapi memang Tuhan Yesus melihat bukan dari angka yang kita beri, tetapi oleh variable-variabel lain.

Pertama: dari prosentase yang kita miliki, Β Kedua: skala prioritas yang kita punyai dan ketiga: bagaimana β€œekspresi” fisik yang kita tampilkan.

Β β€œPada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. (Mark 12:41-42).

Ada dua figur yang diangkat Yesus. Di satu sisi ada Orang Kaya yang memberi banyak dan di sisi lain ada janda miskin yang memberi sedikit. Orang kaya tidak disebutkan berapa banyak, ini masuk akal. Kita tentu memahaminya. Tetapi si janda miskin disebut jelas, ada dua koin (pada waktu itu disebut lepton) masing-masing satu duit. Artinya ada dua logam masing-masing satu lepton (lihat gambar).

Informasi beberapa literatur mengatakan bahwa yang namanya 1 lepton adalah mata uang paling kecil zaman itu. Bisa kita bandingkan uang logam Rp.100 kita sekarang. Untuk kita uang seperti ini kalau jatuh di jalan, tak seorangpun mau memungutnya.

Tetapi, mengapa pemberian si janda miskin itu melebihi semua orang lain? β€œMaka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Mark 12: 43-44).

Di sini, Yesus memuji perilaku unik yag ditampilkan sang janda melalui Β narasi yang khas juga. Yesus menyebut, memberi dari kekurangan, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.

Memberi dari kekurangan artinya tidak memberi karena sisa, tapi memang telah disiapkan. Tidak memberi karena saya sudah bosan tidak pakai lagi, dari pada dibuang lebih baik beri ke orang.

Sepintas kedengaran suci, dan baik, tetapi bukankah itu berarti kita menjadikan penerima pemberian kita sebagai tempat pembuangan sampah kita?

Alasan kedua: semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya. Apakah ini bukan terlalu berlebihan? Apakah berlebihan kalau kita mendengar bahwa gaji pertama seseorang semua diberikan ke ibunya sebagai tanda terima kasih atas doa-doa, dukungan dan cintanya? Tetapi dari teks aramaik ada uangkapan bagus: ia memberi dari apa yang ia butuhkan. Kiranya ini yang menarik perhatian Yesus. Ia memberi, meskipun sebenarnya ia juga butuh.

Dua ribu lebih sedikit, dibandingkan dengan dua ratus ribu. Tidak ada yang akan membantah ini. Kalkulatorpun bilang begitu. Menilai dari kacamata Tuhan Yesus rupanya bukan hanya sekedar angka-angka itu. Ada banyak segi yang turut dipertimbangkan di sekitar angka itu. Orang modern membahasakannya dengan istilah Kualitas/nilai dan Kuantitas/jumlah. Umumnya kualitas dan kuantitas berbanding terbalik. Bila dibawa ke level matematis maka ada perhitungan lebih yang harus dibuat. Saya memberi kolekte per misa 50.000. Ada 5 kali misa dalam 1 bulan, Rp. 250.000. Gaji saya 3 juta berarti saya beri persembahan 8,3 persen dari penghasilan saya. Kalau 5rb tiap misa, berarti persembahan saya 1%.

Selain prosentase, juga skala prioritas apa yang kita miliki? Kasarnya untuk apa saja penghasilan kita? Tentu kalau uang kita habis untuk judi dan anak-anak tidak diurus, tidak pantas kita disebut manusia. Termasuk di dalamnya kalau membantu orang, membatu Gereja sekalipun, Β sampai membuat serumah tidak makan, pastikanlah, itu bukan maksud Tuhan. Bacaan ini menjadi cermin untuk kita berkaca, seperti apa kecondongan hidup, orientasi dan tangga kepentingan yang kita miliki.

Selain Kualitas/prosentase, skala prioritas, Yesus juga memperhatikan bagaimana β€œekspresi” fisik yang kita tampilkan sebagai pengungkapan ekspresi batin kita. Ada yang menarik ketika menghitung uang kolekte kita. Ada banyak tampang uang di dalamnya. Ada yang disambung isolasi, ada yang ditulisin macam-macam, ada yang seperti baru diambil dari kotak sampah, ada yang seperti baru diremas-remas jadi bulatan..dll dan kita menamakan: ini persembahan dengan alasan sangat masuk akal, nilai uang kan sama. Itu baru keadaan persembahan kita. Belum kita amati cara pemberiannya.

Apakah kita memberi sambil dalam hati bilang: β€œTuhan, ini persembahan saya, semoga Engkau berkenan menerimana” atau bergerak otomatis aja, atau semacam ada pameran kecil, dan macam-macam kemungkinan yang bisa terjadi. Memberi sedekah ke pengemis adalah keutamaan tapi memberi dengan melemparkan pemberian kita ke muka pengemis itu adalah penghinaan. Atau di rumah, kalau suami misalnya, diberi makanan sambi didorong dengan kasar, mungkin hilang lapar karena dikenyangkan dengan tensi yang naik.

Janda miskin mengajak kita menilai kembali bagaimana kita membeirkan persembahan kepada Tuhan yang menciptakan, menyelenggarakan dan menjadi tujuan akhir hidup kita. Selamat Hari Minggu Tuhan memberkati. (***)

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.