Home BERITA Tahbisan Uskup Keuskupan Sibolga, Kembali pada Jalan Kesederhanaan

Tahbisan Uskup Keuskupan Sibolga, Kembali pada Jalan Kesederhanaan

by Stefan Kelen

Sibolga, BERKATPAPIN—-Selama ini, tahbisan seorang Uskup lazim dan pantas dirayakan dalam sebuah pesta besar, megah, meriah. Namun pandemi Covid-19 mengubah-paksa hidup kita. Membongkar  banyak konsep kelaziman dan kepantasan yang kita kenal selama ini.

Setelah Tahta Suci mengumumkan Pastor Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga, Pr menjadi Uskup Keuskupan Sibolga pada tanggal 6 Maret 2021, pihak Keuskupan segera membentuk panitia tahbisan yang berjumlah hampir 100 orang. Kelompok koor berjumlah 50 orang (jumlah tergolong kecil untuk tahbisan Uskup) juga mulai berlatih dengan intensif sejak Maret itu.

Rencana awal, tahbisan akan diadakan 20 Mei 2021 bertempat di aula magna Catholic Centre, yang hampir rampung pembangunannya. Karena pandemi, jumlah peserta yang boleh hadir dalam pesta tahbisan hanya 500 orang. Ini juga jumlah yang sangat kecil dibanding kebiasaan pesta tahbisan Uskup yang selalu kolosal, dihadiri ribuan umat dan tak jarang digelar di tanah lapang atau stadion olahraga yang besar.

( Foto : Saat Mgr Frans Sinaga tengkurap dalam ritus litani para kudus )

( Foto : Ketika Uskup Mgr Ignatius Kardinal Suharyo memgenakan mitra Uskup kepad Mgr Frans Sinaga Pr)

( Foto : Saat Mgr Frans Sinaga didampingi Mgr Yohanes Harun Yuwono dan Mgr Kornelius Sipayung, OFM. Cap di altar suci )

( Foto : Mgr Frans Sinaga memberkati umat dan didampingi Mgr Yohanes Harun Yuwono )

Apa daya, pada bulan Mei pemerintah memberlakukan pelarangan mudik dan perjalanan jarak jauh menjelang serta sesudah Hari Raya Idul Fitri. Tahbisan Uskup Sibolga terkena imbasnya sehingga diundur menjadi 17 Juni 2021.

Kemudian, ketika persiapan panitia sudah menuju kulminasi, pada tanggal 9 Juni 2021 Administrator Diosesan Keuskupan Sibolga, P. Sebastian Sihombing, OFM Cap mengumumkan berita mengejutkan, tahbisan kembali ditunda karena Uskup terpilih Fransiskus Sinaga terinfeksi Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri sampai sembuh. Semua lunglai …

Pada saat yang sama Indonesia memasuki fase kritis pandemi, bahkan menembus angka kematian akibat Covid tertinggi di dunia, tren yang masih berlangsung hingga kini. Banyak fasilitas kesehatan kolaps. Pemerintah pun memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Jawa-Bali dan beberapa kota lain, termasuk Sibolga. Akhirnya dalam koordinasi dengan pihak KWI dan Duta Vatikan, ditetapkanlah tanggal tahbisan 29 Juli 2021 dengan perubahan drastis, peserta yang boleh menghadiri tahbisan hanya 50 orang, in tutto, demikian penegasan Duta Vatikan, artinya jumlah itu sudah mencakup semuanya: para Uskup, imam, umat dan panitia.

Syukur pada Allah, tahbisan Uskup Keuskupan Sibolga akhirnya terlaksana dengan baik pada Kamis, 29 Juli 2021 di Katedral Sibolga. Dihadiri hanya 50 orang, Vesper Agung yang diisi dengan pengakuan iman, sumpah kesetiaan dan pemberkatan insignia (simbol-simbol) Uskup pada hari Rabu 28 Juli serta tahbisan keesokan harinya, dijalankan dengan  protokol kesehatan yang ketat.

( Foto : Umat hanya puluhan yang hadir dalam pentahbisan itu  )

Uskup yang hadir 4 orang, menyusut tajam dari rencana awal 25 orang, yakni Mgr Ignasius Kardinal Suharyo (Ketua Umum KWI) sebagai Uskup Penahbis Utama, didampingi oleh Mgr Antonius Bunyamin (Sekretaris Umum KWI), Mgr Kornelius Sipayung (Uskup Agung Medan) dan Mgr Harun Yuwono (Uskup Tanjungkarang/Uskup Agung Palembang terpilih). Para imam hanya diwakili Dewan Konsultores dan imam yang bertugas untuk liturgi, sejumlah 16 orang. Utusan religius, umat dan panitia, sangat dibatasi. Koor dibatalkan, digantikan dengan song leaderssebanyak 4 orang.

Namun demikian, keagungan Liturgi Tahbisan dan Ekaristi tidak berkurang. Dalam kesederhanaan dan keterbatasan yang ada, justru semuanya jadi terasa begitu khidmat, menyentuh dan agung. “Saya yakin, Santo Fransiskus Assisi sangat bahagia, demikian juga saya, sangat bahagia melihat acara dalam dua hari ini dibuat sangat sederhana, sangat terbatas”, demikian Uskup Fransiskus Sinaga ungkapkan dalam sambutannya.

Uskup Frans berharap, “Untuk ke depan acara-acara kita harus lebih sederhana. Sederhana namun tetap anggun, agung, penuh makna. Dengan kesederhanaan ini kita bisa lebih memberi kepedulian kepada alam dan dunia sekitar, apalagi dalam situasi sekarang, dibutuhkan orang-orang yang peduli untuk menolong sesama.”

Uskup Fransiskus Sinaga yang mengidolakan St. Fransiskus Assisi, juga mengambil motto penggembalaannya dari ungkapan iman Sang Santo Kemiskinan itu, yang tertuang dalam syair “Gita Sang Surya”, yakni “Lauderis Domine Deus Meus” – “Semoga Engkau dipuji, ya Tuhanku dan Allahku.

” Motto inilah yang akan mencahayai Uskup Frans dan umat Keuskupan Sibolga dalam menjalankan karya misioner Kristus, yang secara kontekstual sudah dirumuskan dalam renstra pastoral yang dihasilkan oleh Sinode I dan II Keuskupan Sibolga, untuk meraih visi menjadi “Gereja Mandiri, Solider dan Membebaskan”. Uskup Frans menyatakan dalam sambutannya bahwa ia akan meneruskan tugas-tugas pastoral sesuai dengan arah dasar yang sudah ditetapkan oleh dua pendahulunya yakni Uskup Ludovicus Simanullang (alm) dan Uskup Anicetus Sinaga (alm).

“Lauderis Domine Deus Meus” oleh St. Fransiskus Assisi dihidupi dengan jalan kemiskinan, jalan persaudaraan dengan sesama terutama orang miskin sengsara dan dengan alam lingkungan. Entahlah, apakah tahbisan Uskup yang dipaksa oleh pandemi Covid-19 untuk kembali pada jalan kesederhanaan ini adalah cara Tangan Sang Hidup bekerja, untuk membangkitkan kembali spirit kesederhanaan St. Fransiskus Assisi dalam Gereja….??  Uskup Frans Sinaga bersama umat Keuskupan Sibolga yang akan menjawab itu.

Selamat melayani Bapak Uskup Frans!

[Elvina Simanjuntak, Sibolga]

 

 

 

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.