Home BERITA Uskup Pangkalpinang Bicara Beato Carlo Acutis Sang ‘Influencer Tuhan’ di Hadapan Remaja T-SOM

Uskup Pangkalpinang Bicara Beato Carlo Acutis Sang ‘Influencer Tuhan’ di Hadapan Remaja T-SOM

by Stefanus Lopis

BEATO CARLO ACUTIS dikenal karena pengabdiannya pada mukjizat Ekaristi dan penampakan Maria, yang ia katalogkan di situs web yang ia rancang.

Pangkalpinang, Berkatnews.com– Bapa Uskup Pangkalpinang Mgr. Prof. Adrianus Sunarko, OFM berbicara tentang model pewartaan Beato Carlo Acutis, remaja Italia yang Dijuluki ‘Influencernya Tuhan’ di hadapan 39 peserta Teens School of MissionΒ (T-Som) atau program sekolah misi remaja yang diampu Karya Kepausan Indonesia.

Pertemuan Nasional II untuk angkatan 4 kali ini diadakan di Keuskupan Pangkalpinang sejak tanggal 1 hingga 5 Juli 2024.

Peserta T-SOM wawan hati bersama Bapa Uskup. (Foto-foto: Biro Nasional KKI)

Pada sesi tatap muka bersama Bapa Uskup usai perayaan Ekaristi pembukaan, monsegniur Adrianus Sunarko berpesan kepada para remaja untuk tidak melupakan kebaikan-kebaikan Tuhan.

Menurut Bapa Uskup Adrianus, para remaja dapat mengenangkan kebaikan Tuhan sekaligus memanjatkan syukur melalui perayaan Ekaristi.

RD Yos Anting, DIRDIOS KKI Keuskupan Pangkalpinang.

Tentang Ekaristi, Wakil Ketua Presidium KWI ini mengisahkan tentang sosok Beato Carlo Acutis, seorang remaja Italia kelahiran Inggris, yang dijuluki pemengaruh Tuhan karena kemahirannya menggunakan internet untuk menyebarkan ajaran Gereja Katolik.

“Carlo Acutis menjadi misionaris melalui kemampuannya mengumpulkan kisah-kisah mukjizat Ekaristi dan menyebarkannya ke seluruh dunia melalui internet,” ujar Bapa Uskup.

Untuk diketahui, Beato Carlo Acutis adalah seorang desainer web yang meninggal pada 2006 lalu karena leukemia pada usia 15 tahun di Monza, Italia.

Carlo dikenal karena pengabdiannya pada mukjizat Ekaristi dan penampakan Maria, yang ia katalogkan di situs web yang ia rancang.

Peserta Remaja T-SoM.

Bapa Uskup Adrianus Sunarko juga bercerita tentang pengalamannya ke Seoul – Korea, bagaimana agama Katolik mulai berkembang di sana.

Sebagian peserta remaja T-SoM.

“Ajaran Katolik bahwa manusia semua setara, tidak disukai penguasa. Ini menyebabkan para pewarta dikejar-kejar dan dianiaya, sehingga banyak martir di Gereja Korea.Β Beberapa di antara martir-martir Korea itu kemudian menjadi orang kudus. Kita di Indonesia sendiri belum ada orang kudus, namun kita memiliki pahlawan-pahlawan Katolik seperti Adi Sucipto, Slamet Riyadi, Yos Sudarso,” pungkad Profesor Teologi itu. (karyakepausanindonesia.org)

Editor: Stefanus Hati Lopis

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.