Home KATEKESE Renungan Harian Kamis, 28 April 2022

Renungan Harian Kamis, 28 April 2022

by Alfons Liwun

Hari Biasa Pekan Paskah II, Kisah Para Rasul 5: 27-33, Kami adalah saksi dari segala sesuatu dan Roh Kudus; Mazmur 34: 2.9.17-18.19-20, Orang yang tertindis berseru, dan Tuhan mendengarkan; Bacaan Injil Yohanes 3: 31-36, Bapa Mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.

 Menjadi Saksi Kristus Harus Mempunyai Kesatuan Antara Pikiran, Sikap, Perkata Dan Perbuatan Dan Berani Berkata Benar Apapun Resikonya

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

 Salam sejahtera bagi saudaraku tercinta. Hari Kamis dalam Pekan Paskah II, 28 April 2022, Tahun C/II. Peringatan fakultatif St. Petrus Chanel, imam dan martir dan St. Louis Marie Grignon de Monfort, imam.

Dalam bacaan I (Kis. 5:27-33) dikisahkan rasul Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang Mahkamah Agama yang dipimpin oleh Imam Besar. Mereka didakwa melanggar larangan mengajar dalam nama Yesus. Tuduhan itu, tidak membuat Petrus dan Yohanes takut. Mereka mengungkapkan dengan tegas: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” Semua ia lakuan demi ketaatannya pada Allah dan pertobatan manusia. Petrus juga tidak ragu-ragu memperkenalkan dirinya sebagai saksi Kristus.

Yesus berasal dari Surga, itulah Kesaksian Yohanes Pembaptis (foto:sesawi.net)

 Dalam bacaan Injil (Yoh. 3:31-36) Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang siapa Yesus dan siapa dirinya. Yesus berasal dari sorga (dari atas) sementara Yohanes sendiri adalah dari dunia ini. Apa yang diberitakan Yesus adalah berasal dari sorga karena Yesus berasal dari sorga, maka yang diberitakan-Nya adalah apa yang dilihat dan disaksikan-Nya di sorga.

Jika ada orang yang percaya kepada kesaksian Yesus, maka orang itu telah mempercayai kebenaran firman Allah. Bahwa dalam diri Yesus telah dinyatakan segala kebenaran Allah untuk diberitakan kepada dunia ini. Kemudian juga dijelaskan bahwa dalam diri Yesus terdapat Roh Allah yang tanpa batas. Artinya bahwa Roh Allah secara utuh ada dalam Yesus. Karena, “Bapa yang mengasihi Anak”, bahwa Yesus sebagai Anak, dalam diri Yesus ada kasih Allah secara utuh. Yesus telah dipenuhi dengan kasih Allah. Untuk mewujudnyatakan kasih Allah itu, kepada Yesus, Allah telah memberikan kuasa atas segala sesuatu.

Bagaimana dengan kita? Penutupan gereja dan larangan beribadah tentu membuat hati kita getar-getir. Namun kita tidak harus menyerah. Jangan pernah kita mengorbankan iman karena takut menanggung resiko atau tergiur oleh jabatan / kedudukan atau kenikmatan sesaat.

Petrus dan Yohanes Memberikan kesaksian Kristus di Yerusalem (foto:wordPress.com)

Petrus dan Yohanes yang menjadi saksi Kristus. Menjadi saksi Kristus, Petrus dan Yohanes mendapat amanat dari Yesus (Mrk. 16:15). “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).

Menjadi saksi Kristus, bukan hanya dalam bentuk verbal (kata-kata) semata, namun yang lebih utama lagi dilakukan dalam bentuk nyata, yaitu antara pikiran, sikap, kata dan, perbuatan, adalah satu. Menjadi saksi Kristus, bukan supaya bagaimana kita menjadi besar, tetapi supaya manusia semakin banyak yang bertobat dan nama Allah makin dimuliakan (Yoh. 3: 30).

Jadi, untuk bisa menjadi saksi Krstus, pertama-tama harus mengimani Yesus, bahwa Dia sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh Manusia. Kedua, menjadi saksi Kristus harus melihat dan mengalami sendiri hidup bersama Yesus. Bagaimana kita bisa mengalami kehadiran Yesus yang bangkit sementara kita tidak hadir dan melihat sendiri peristiwa Yesus itu?

Ia tetap menyertai umat-Nya sampai akhir zaman (Mat. 28: 20) dan Yesus Kristus yang menyertai kita saat ini adalah tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr. 13: 8). Jadi, kita tetap dan sangat mungkin bisa mengalami Yesus. Karena Roh Kudus, karya Yesus selalu bersifat kekinian sehingga kita juga tetap bisa mengalami karya Yesus atas diri kita.

“Sebab Kristus tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban….”

Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” (Ibr. 7:27; 10:14; 1Ptr. 3:18) Dan menjadi saksi Kristus seperti para rasul, harus berani berkata benar apapun resikonya. Semoga, Tuhan memberkati kita. ***

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.