Home KATEKESE Renungan Harian Kamis, 3 Maret 2022

Renungan Harian Kamis, 3 Maret 2022

by Alfons Liwun

Tahun C/II. Kamis sesudah Rabu Abu

Bacaan pertama Ulangan 30: 15-20, Pada hari ini aku menghadapkan kepadamu: berkat dan kutuk; Mazmur 1:1-2.3.4.6, Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaan pada Tuhan; Bacaan Injil Lukas 9: 22-25, Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.

 Masa Prapaskah Masa Untuk Meng-Update Dan Sekaligus Meng-Upgrade Janji Baptis Kita

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

Salam sehat saudaraku tercinta,

Dalam Bacaan I (Ul. 30:15-20), Musa yang memimpin umat Israel ke luar dari Mesir di bawah bimbingan Allah, telah sampai di daerah Moab, sebelah timur sungai Yordan. Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah, sudah berada di depan mata (Ul. 1:1-8)! Di situ-lah Allah memberikan sepuluh perintah Allah (Ul. 12-26). Dan di situ pula Musa, kembali berdiri dihadapan bangsa Israel, dan menghadapkan bangsa Israel kepada dua pilihan yang paling menentukan bagi kehidupan mereka dan masa depan mereka. “Kehidupan dan keberuntungan atau kematian dan kecelakaan; berkat atau kutuk; mengasihi Allah atau berpaling dari Allah” (ay. 15. 17.19a). Namun Musa menegaskan dan mengajak bangsa Israel untuk mengambil pilihan yang benar yaitu kehidupan (ay. 19b-20a).

Dalam bacaan Injil (Luk. 9:22-25) Yesus menasehati para murid-Nya, “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (ay. 25). Nasehat itu, Ia berikan setelah Ia menegaskan bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (ay. 22) dan karena itu seseorang yang mau mengikuti-Nya, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Diri-Nya (ay. 23). Dengan kata lain, siap ikut menderita bahkan mati seperti Kristus. Alasan Yesus cukup jelas barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (ay. 24)

Bagaimana dengan kita? Pilihan yang dihadapkan Musa kepada bangsa Israel dan yang dihadapkan Yesus kepada para murid, yaitu: kehidupan/berkat atau kematian/kutuk, kehilangan nyawa atau menyelamatkan nyawa. Di masa puasa dan pantang (prapaskah) ini, kembali dihadapkan kepada kita. Saya katakan kembali dihadapkan karena sebenarnya pilihan itu selalu dihadapkan kepada kita setiap saat, kapan, dan di manapun.

Setiap orang yang sudah dibaptis, dipanggil oleh Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas kemesiasan Kristus sesuai dengan bidang masing-masing. Ketika mau dbaptis kita dihadapkan pada dua pilihan: Allah atau setan. Dan kita sudah menetapkan pilihan kita yaitu percaya pada Allah dan menolak setan. Itulah janji baptis yang kita ucapkan, dan setiap saat, khususnya ketika merayakan misa selalu kita ulangi setelah mendengarkan Sabda Tuhan, dan secara meriah kita ulangi setiap tahun di malam atau Hari Raya Paskah.

Memikul Salib dan Mengikuti Dia (foto: infokatolik.id)

Jadi sebenarnya kita tidak lagi diminta untuk memilih, karena kita sudah menetapkan pilihan. Maka, sebagai orangtua misalnya, mau tidak mau, suka tidak suka ya harus menjadi orangtua yang benar (bukan sekedar baik) yakni rela dan gembira menghidupi dan mendampingi tumbuh-kembangnya anak-anak kita dengan konsekuensi kita harus banyak berkorban. Misalnya tega membatasi kebebasan anak.

Kaum rohaniwan (imam) atau kaum religius (biarawan-biarawati) misalnya, senang tidak senang, mau tidak mau ya harus siap diutus ke mana saja untuk melayani meski medan pekerjaan tidak selalu gampang. Namun harus tetap setia mengikuti jalan Tuhan untuk menyemaikan buah-buah pengharapan, iman, dan cinta bagi semua orang.

Dalam masa pandemi ini, seorang ahli medis misalnya, ya harus siap menolong pasien walau resiko terpapar covid sangat tinggi. Katekis misalnya, ya harus siap pergi melayani jika sewaktu-waktu, pada tengah malam atau subuh hari, HP berdering, ada orang yang membutuhkan kehadirannya. Kemuridan bagi orang yang sudah dibaptis bukan pilihan, tetapi keharusan.

 Maka kita memang dituntut untuk selalu siap menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus sebagai konsekuensi baptisan kita. Belajar dari keputusan Musa agar kita memilih kehidupan dan ajakan Yesus agar kita berani kehilangan nyawa demi (bukan membela) Yesus. Panggilan semacam ini, bagi kita adalah keharusan karena sudah menjadi pilihan kita ketika kita ditanya “apakah kamu mau dibaptis?” dan kita menjawab “ya saya mau.” Kini saatnya, masa Prapaskah Masa untuk Meng-Update dan sekaligus Meng-Upgrade Janji Baptis Kita. Semoga. Tuhan memberkati. ***

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.