Pekan Biasa XXX
Bacaan 1, Rm. 8: 12-17, Kalian telah menerima Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “Abba, ya Bapa”. Mzm. 68: 2.4.6-7ab.20-21, Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan. Bacaan Injil, Lukas 13: 10-17, Bukankah wanita Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari Sabat?
Belas Kasih Allah Tak Berhingga dalam Ruang dan Waktu
Oleh: Alfons Liwun
Belas kasih merupakan sebuah emosional manusia. Emosional manusia ini muncul karena suatu penderitaan orang lain yang dilihat disekitarnya. Atas suatu penderitaan yang dilihat, emosional manusia ini lebih kuat daripada empati. Biasanya perasaan ini memunculkan suatu usaha atau tindakkan untuk mengurangi penderitaan orang lain itu.
Bacaan-bacaan suci hari ini, Senin 25 Oktober 2021, membicarakan seputar hidup dalam Roh atau hidup dalam daging. Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengulas hidup baru dalam Roh. Jemaat Roma telah menerima Roh Kudus. Penerimaan Roh perlu membawa dampak dalam hidup sehari-hari, yaitu membuahkan hasil perbuatan-perbuatan yang baik. Paulus menyebut perbuatan baik ialah bukan hidup menurut daging, melainkan hidup menurut Roh. Hidup dalam suatu bentuk belas kasih atau kasih sayang serta kepedulian kepada sesama dan lingkungan. Kalau hal ini dilakukan secara berkala, maka orang dapat merasakan berbagai manfaat yang baik untuk kenyamanan tubuh, jiwa, dan batin.
Hidup dalam kepedulian, belas kasih ditunjukkan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Lukas menceritakan bahwa Yesus melihat seorang wanita tua dengan kondisi yang memprihatinkan: tak bisa tegak berdiri, membungkuk dan telah 18 tahun menderita karena sakitnya itu. Disini, Yesus tidak hanya melihat begitu saja.
Mata Yesus yang tertuju kepadanya, memunculkan emosional yang mendorong Yesus untuk melakukan berbuatan baik. Yesus peduli kepada wanita tua itu. Emosional Yesus menjadi suatu energy positip, yang mendatangkan kesembuhan wanita tua. Belas kasih Allah tampak menyelamatkan wanita tua. “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.”
Belas kasih, kepedulian Yesus dibatasi oleh peraturan Sabat, yang dibuat oleh kaum munafik. Untuk inilah Yesus berkesempatan untuk menjelaskan kepada kaum munafik, bahwa keselamatan manusia jauh lebih penting daripada segala aturan yang membebani hidup. Keselamatan Allah harus diutamakan dan tidak ditunda-tunda karena batasan aturan. Keselamatan Allah untuk manusia, disini, sekarang dan saat ini, bukan dibatasi oleh ruang dan waktu.
Bagi kita pembaca dan perenung setia Sabda Tuhan, Roh Kudus telah kita terima dan telah diperbaharui dalam hidup kita. Roh Kudus menggerakkan mata kita untuk melihat segala sesuatu. Melihat tidak hanya melihat begitu saja, namun melihat telah membangkitkan emosional kita untuk bertindak secara positip, membangkitkan kepedulian kita menolong dan menyelamatkan yang menderita. Kita meneladani Yesus.
Hidup dalam Roh Kudus pun menghantar kita, membangun sikap peduli, belas kasih, dan kasih sayang kepada sesama, ciptaan Tuhan. Dan pada akhirnya, harus diakui, daging memang lemah, namun kekuatan Roh lebih jauh dari segalanya. Mari, kita hidup dalam Roh Kudus. Amin! Salam Komunio. ***