Pekan XXXII Tahun B/I
Santo Yosafat: Uskup, dan Martir
Kebijaksanaan 13: 1-9, Jika mereka mampu menyelidiki jagat raya, mengapa mereka tidak menemukan penguasa semuanya itu?; Mazmur 19: 2-3. 4-5, Langit menceritakan kemuliaan Allah; Lukas 17: 26-37, Kapan Anak Manusia akan menyatakan diri.
Siapa Yang Dibawa dan Siapa Yang Ditinggal
RD. Marcel Gabriel, Imam Keuskupan Pangkalpinang
Para Pembaca BERKAT News yang terkasih, Shalom !!!
Menjelang berakhirnya Pekan XXXII Masa Biasa Tahun B/I, Liturgi mempertemukan kita dengan Santo Yosafat, seorang Uskup yang taat-setia kepada Yesus Kristus, Junjungannya, hingga sampai harus menyerahkan nyawanya atau menjadi martir karena imannya! Dari Curriculum Vitae martir kita ini, kita tahu bahwa Yosafat lahir di Ukrina pada sekitar tahun 1584, kemudian dia ditahbiskan menjadi imam tahun 1604 dan hidup sebagai seorang imam-biarawan.
Yosafat dikenal sebagai seorang teolog dan pengkotbah yang handal dan setia penuh kepada Roma. Tahun 1618 Yosafat diangkat menjadi Uskup Agung Polatsk. Sebagai Uskup Agung, Yosafat mengupayakan pembaharuan pastoral, mengunjungi para imam untuk mengecek apakah umat dilayani dengan baik. Yosafat juga menyukai Liturgi. Pembaharuan yang dilakukannya mendapatkan perlawanan, dan Yosafat dibunuh di Vitebsk, ketika sedang berkunjung ke wilayah itu pada tahun 1623.
Dari Curriculum Vitae Santo Yosafat dan apa yang dia lakukan di Keuskupannya sebagai Uskup Agung, kita mendapatkan jawaban untuk pertanyaan yang diajukan di dalam Injil hari ini, “Siapa yang dibawa dan siapa yang ditinggal, (Lukas 17: 34-36)?”
Dari penjelasan Injil, kita yakin bahwa Santo Yosafat merupakan salah satu orang yang dibawa, saat Putera Manusia menyataan diri-Nya (Luk. 17: 30). Karena kualitas hidup oran-orang yang dibawa pada saat kedatangan Tuhan itu sungguh bertolak-belakang dengan apa yang dilakukan orang di zaman Nuh dan kemudian di zaman Lot. Semua mereka sibuk dengan berbagai urusan dunia. Mereka tidak seperti Nuh, yang mau menyediakan waktu untuk mengikuti rencana dan kehendak Tuhan. Begitu juga Lot yang atas desakan Abraham, mau meninggalkan kota Sodom dan Gomora. Nuh dan Lot termasuk oran-orang yang selamat, dalam ungkapan Injil hari ini “orang-orang yang dibawa” untuk melanjutkan hidup, sementara orang-orang lain harus kehilangan hidupnya karena air bah atau karena hujan belerang yang membakar kota mereka.
Menggunakan ungkapan Injil, Nuh dan Lot, dan kemudian Yosafat adalah orang-orang yang dari aneka kesibukan kerja di dunia ini, masih mau meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang dikehendaki oleh Allah, dan bersedia juga untuk melaksanakannya. Nuh dan Lot masih beroleh hidup duniawi yang berlanjut, sementara Yosafat langsung “dibawa on the spot, ketika sedang mengadakan kunjungan pastoral di wilayah keuskupannya.”
Dua pilihan ditawarkan kepada saudara dan saya melalui Firman Tuhan hari ini, apakah saudara mau menjadi “orang yang dibawa” atau “orang yang ditinggal” saat Anak Manusia datang ke dunia ini?
Yang jelas, jika saudara ingin masuk ke dalam kelompok “orang-orang yang dibawa pada saat kedatangan Tuhan itu,” cara yang tepat adalah mengikuti cara hidup Nuh dan cara hidup Yosafat: sekalipun ada banyak hal yang harus dilakukan, namun hal-hal itu tidak dapat menggantikan hubungan mereka dengan Tuhan plus kesetiaan mereka kepada-Nya. Semoga Tuhan Yesus memberkati! Amin. Salam Komunio. ***