Bacaan pertama Yakobus 3: 1-10, Tak seorang pun berkuasa menjinakkan lidah; Mazmur 12: 2-3.4-5.7-8, Engkau, ya Tuhan, akan menjaga kami; Bacaan Injil Markus 9: 2-13, Yesus berubah rupa di depan para rasul.
Betapa Bahagianya Kami
Oleh: RD. Lucius Poya H. *)
“Betapa bahagianya kami”. Begitulah seruan Petrus saat mengalami peristiwa mulia bersama Yesus di puncak gunung yang tinggi. Markus berkisah bahwa seruan itu dikumandangkan Petrus, saat ia bersama kedua teman seperjalanannya, Yakobus dan Yohanes, menyaksikan peristiwa perubahan rupa Yesus yang berkemiliau cahaya, yang tak pernah dialami di dunia. Pengalaman kemuliaan di puncak perjalanan itu, seakan menghapuskan semua kepenatan yang ditenun dari lereng, apalagi ada Elia dan Musa yang dijumpai bersama Tuhan.
Kemuliaan Tuhan yang dialami di puncak perjalanan, bersama leluhur para nabi, itu menggelorakan jiwa Petrus, sehingga membuatnya berseru bahagia: ”betapa bahagianya kami di tempat ini”. Begitu bahagianya, sehingga ia tak ingin lagi pulang, selain berniat membangun kemah kediaman di sana.
Begitulah pengalaman Petrus bersama Yakobus dan Yohanes di puncak ziarahnya bersama Tuhan, di akhir pekan hari ini. Pengalaman ini bukan datang tiba-tiba. Pengalaman ini merupakan rahmat yang dialami berkat ketekunan dan kesetiaan iman yang ditenun dalam ziarah bersama Yesus, saat keluar masuk kota dan desa.
Keberanian untuk membangun kualitas iman dan hidup bukan dengan ragi Farisi dan ragi Herodes, selain hanya ragi Yesus sebagaimana dikumandangkan hari Selasa; keterbukaan untuk melihat semua tindakan ilahi Yesus dalam perziarah hidup, berjuang mengenal-Nya secara personal, serta memberi diri dibentuk oleh-Nya dalam ziarah, sehingga tidak menjadi tempat kediaman iblis; keberanian untuk menyangkal diri, memanggul salib sambil mengikuti Yesus di jalan-Nya, demi keselamatan nyawa, sebagaimana dilansir Injil hari Rabu sampai Jumat, kemarin; itulah modus vivendi yang telah mengantar Petrus dan kedua temannya sampai kepada puncak kemuliaan bersama Tuhan. Sebuah pengalaman yang tak akan dialami di dunia, selain hanya bersama Kristus.
Ya! Hidup ini sebuah ziarah; ziarah menuju puncak kemuliaan bersama Kristus. Di dalam kemuliaan bersama Dia itulah, kebahagiaan yang merupakan dambaan jiwa akan dialami.
Namun, di akhir pekan hari ini, Petrus seakan memberi peringatan bahwa pengalaman puncak tidak datang secara tiba-tiba. Pengalaman puncak adalah tenunan dari komitmen, kesetiaan, konsistensi hidup beriman yang dibangun bersama Yesus dalam ziarah di dunia.
Ketika iman kita baru bersemi karena ada tanda, sebagaimana yang diminta kaum Farisi pada hari Senin, maka sangat sulit untuk mengalami puncak kebahagiaan bersama Tuhan. Benar bahwa tidak mudah mengikuti Yesus, apalagi harus menyangkal diri dan memikul salib. Namun Sabda bahagia Yesus yang dikumandangkan hari Minggu yang silam, yang setia dihayati oleh Petrus dan kawan-kawan, terbukti telah mengantar mereka menuju pengalaman kebahagiaan itu, saat berada bersama Yesus dalam kemuliaan-Nya.
“Berbagialah kamu….” yang dikumandangkan Yesus hari Minggu yang silam, yang ditekuni Petrus bersama Yesus dalam ziarah-Nya di lorong-lorong kehidupan, pada akhirnya terbukti di saat menggapai puncak: Tuhan betapa bahagianya kami di tempat ini. Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan terakhir masa biasa pertama. Salam Komunio. Tuhan memberkati kita! ***
*). Imam Keuskupan Pngkalpinang, sedang mempersiapkan calon Paroki di Tanjung Uban, Paroki Tanjungpinang, Bintan Kepri