Catatan kita tentang tahun 2022 tentu panjang. Penuh warna, juga terbagi-bagi dalam babak. Memang hidup dalam kurun waktu tertentu, tak lain adalah perjalanan. Ada jalan datar, tetapi untuk sebagian orang, banyak pendakian, turunan, dan mendaki lagi, dan menurun lagi.
Jalan datar, mendaki, menurun dan mendaki lagi, bagaikan isyarat alam yang mengajak kita untuk menanti sebuah jawaban. Sesungguhnya dalam kesulitan dan perjuangan, siapapun membutuhkan jawaban atau solusi. Atau siapakah di antara kita yang tidak membutuhkan solusi?
Sejatinya, perjuangan kita untuk terus melangkah seakan-akan memberi konfirmasi tentang adanya babak-babak dalam hidup setiap insan.
Ada babak di mana kita menjadi sensitif. Ada saatnya kita menjadi optimis dan berani. Tetapi dalam durasi yang lain, kita menjadi begitu galau dan takut. Mungkin ada sebagian dari kita yang belum membutuhkan healing. Tetapi bisa saja lebih banyak dari antara kita yg merasa bahwa healing adalah kebutuhan manusia jaman ini.
Fenomena healing adalah sebuah isyarat keterbatasan manusia post modern, dan revolusi industri 4.0 dalam upayanya memecahkan persoalan ketidakpastian, juga belum siap menghadapi setiap perubahan yang terjadi begitu cepat dalam derap kehidupan.
Lebih dari itu semua, kadang kala kita harus bisa bersyukur. Juga kadang kala kita harus berupaya lebih untuk memiliki durasi yang lebih sedikit reguler dalam berefleksi. Untuk itu kita semestinya lebih sering berefleksi, adakah babak hidup kita di mana kita begitu peduli pada sesama? Jangan-jangan kita lebih dominan menjadi pribadi yang apatis?
Semoga kita tidak termasuk kawanan yang barangkali lebih memilih mengasingkan diri dari orang lain. Semoga kita juga bukanlah golongan orang beriman yang tidak mengasingkan sesama dari kelompok kita. Karena dia tidak pernah mau belajar dari orang lain, dan hanya ingin agar orang lain menuruti keinginan egoisme dan pendapat/kepentingan kelompok kita?
Jaman ini disebut post truth. Artinya, siapapun bisa memproduksi kebenaran subuektif lewat opininya baik disampaikan dalam percakapan di pasar, kedai kopi maupun diunggah di media sosial. Siapapun bisa mencitrakan diri dan kelompoknya lebih baik dan benar, tetapi ingat yang Satu-satunya Pribadi yang Baik dan Benar adalah Sabda yang menjadi manusia.
Kita menjalani hidup tahun 2022 seperti kita melayangkan pandangan melalui kaca jendela, dari tempat kita bersandar tatkala kereta api membawa kita melintasi tempat-tempat yang indah, entah dari Yogya ke stasiun gambir Jakarta, entah dari Gambir ke Bandung, dan lainnya. Yang jelas, isi hidup kita penuh riuh dan berwarna.
Mungkin adakalah hidup kita berwarna merah hoky, bukan merah pengorbanan seperti para martir. Adakalah hidup kita berwarna putih karena hati yang lepas bebas dan hanya mengandalkan penyelenggaraan ilahi/Provedentia Dei.
Kadangkala hidup kita berwarna biru seperti garis biru muda pada kostum Argentina atau biru tua kostum Prancis, karena kita harus mempunyai target juara atau jadi pemenang. Kadang hidup kita bisa berwarna kuning seperti kostum Brazil atau Putih Jerman yang dijagokan untuk juara tetapi bisa gagal total karena kecongkakan atau menganggap remeh lawan.
Memang hidup harus seimbang. Memadukan talenta dan skill lewat kedisiplinan. Begitupun kerendahan hati tetaplah berpadu dengan kejujuran. Sebab yang rendah hati akan lebih sanggup refleksi dan mengenal diri sebagai insan yang setara dengan yang lain.
Mengacu pada konsep kesetaraan kita dengan yang lain, maka marilah kita berkomitmen untuk kembali ke reputasi asali kita sebagai Imago Dei, citra Allah. Kita semua semestinya berjalan bersama, tidak ada kelompok A, tidak ada kelompok B, tidak ada kelompok hitam, tidak ada kelompok putih, kita semua setara di mata Allah. Lantas, tidak salah jika kita berjalan bersama. Ada yang lebih maju dalam soal tertentu bisa membantu yang kurang mampu.
Ada yang punya skill sebagai fasilitator jadilah komunikator yang bisa menjelaskan pesan Tuhan secara baik kepada sesama yang masih membutuhkan tutorial dalam soal kehidupan iman. Mari kita buat tutorial iman. Bukan untuk menandingi tutorial yang lain, tetapi karena iman dan akal adalah sepadan. Bahkan penting bagi satu dengan yang lainnya.
Lantas di tahun 2023 ini, marilah kita berjalan Bersama, berpusat pada Sang Sabda, dan jangan kendor dalam bersaksi dan menjalan misi untuk saling mengasihi dan saling mendengarkan. (***)
stefan kelen pr