Mentok, BerkatNews.com – Suasana khusyuk dan penuh refleksi menyelimuti Gereja Santa Perawan Maria Pelindung Para Pelaut Mentok pada Rabu (5/2), saat ratusan umat menghadiri Ekaristi Rabu Abu. Dalam perayaan ini, Pastor Marko menyampaikan pesan mendalam tentang makna sejati penerimaan abu, mengajak umat untuk merenungkan perjalanan tobat dengan kesungguhan hati.
“Menerima abu bukan sekadar rutinitas atau formalitas, melainkan ungkapan iman. Kita menyatakan tanda pertobatan kita dengan tulus di hadapan Allah,” ujar Pastor Marko dalam homilinya. Lantunan puji-pujian dari paduan suara Komunitas Sekolah Santa Maria Mentok semakin menguatkan suasana doa dan refleksi.

Frater Amandus Memberikan Abu Kepada Umat yang Hadir
Dalam khotbahnya, Pastor Marko menegaskan bahwa Ekaristi Rabu Abu merupakan awal dari perjalanan retret agung yang mengajak umat Katolik untuk merenungkan hidup masa lalu, bertobat, dan membuka hati bagi kasih serta kerahiman Allah yang menghapus dosa.
Lebih lanjut, ia mengajak umat untuk memahami makna abu yang diterima, sebagai simbol kerendahan hati manusia di hadapan Tuhan. “Abu mengingatkan kita bahwa manusia lemah dan tak berdaya tanpa kasih Allah. Pertobatan sejati harus dimulai dari dalam hati dan diwujudkan dalam niat yang sungguh, agar kita memperoleh damai dari Allah,” tambahnya.
Selain itu, Pastor Marko menekankan pentingnya doa sebagai kekuatan untuk mempererat hubungan dengan Tuhan. Ia mengingatkan umat agar tidak menjadikan doa sebagai ritual semata, tetapi sebagai sarana memperdalam iman dan kebersamaan dalam komunitas. “Seperti sabda Yesus, kita tidak berdoa untuk dilihat orang. Namun, dalam perjalanan retret agung ini, mari kita semakin rajin bersekutu, baik di Gereja maupun dalam KBG,” pesannya.

Suasana Ekaristi Rabu Abu Paroki Mentok
Mengakhiri refleksinya, Pastor Marko menyoroti makna pantang dan puasa selama masa prapaskah. Ia menjelaskan bahwa pantang dan puasa bukan sekadar menahan lapar, melainkan melatih diri untuk mengendalikan keinginan duniawi serta membuka hati untuk berbagi dengan sesama. “Ketika kita mengurangi pengeluaran, kita bisa berbagi dengan yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita ikut meringankan beban saudara-saudari kita,” ujarnya.
Ekaristi Rabu Abu ini menjadi awal yang penuh makna bagi umat Katolik dalam memasuki masa prapaskah. Dengan semangat pertobatan, doa, serta kepedulian terhadap sesama, umat diajak untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mempersiapkan hati menyambut kebangkitan Kristus pada Paskah nanti.
Penulis : Tarsisius
Foto : Han-Han, Biora