Home Episkopal Babak Baru Reksa Pastoral di Paroki Maria Bunda Pembantu Abadi

Babak Baru Reksa Pastoral di Paroki Maria Bunda Pembantu Abadi

by admin

BerkatNews.com~Tembesi (26/6/17 16.30 WIB). Tidak seperti biasanya, pagi itu di sayap kanan Gereja Paroki ada ikon Maria Bunda Pembantu Abadi ditahtakan berdampingan dengan Meja pentahtaan Kitab Suci, “Kita juga mohon Bunda Maria hadir dalam pertemuan ini“, ujar Pak Simon Solo sambil merapikannya bersama fasilitator lainnya. Hari ini, Senin (26/6) Parokus MBPA RD. Eman mengundang fasilitator untuk mengadakan evaluasi. Acara dibuka dengan Sharing Injil yang dibagi dalam sembilan kelompok kecil. Selanjutnya dilanjutkan dengan evaluasi.

Pertemuan Perdana Fasilitator

Pertemuan yang menghimpun seluruh fasilitator (angkatan 1-12) ini adalah yang pertama setelah dinamika pastoral yang terjadi di Paroki ini beberapa waktu silam. Tujuannya dari Parokus RD. Eman adalah untuk merefleksikan kembali misi fasilitator yang dalam kacamatanya terjadi kelesuan. Jauh sebelum acara ini, Koordinator Fasilitator MBPA, Bapak Wenseslaus M Syukur telah turun ke wilayah-wilayah melihat situasi konkrit dan menerima input-input terkait reksa pastoral yang terjadi di KBG-KBG ataupun realitas komunio para fasilitator sendiri. Bahkan Pak Wens mengatakan bahwa sebetulnya acara ini sudah disampaikan sejak bulan Januari tetapi baru terealisasi saat ini.

Dalam sambutan mengawali evaluasi ini, Pak Wens memaparkan bagaimana proses AsIPA yang selama ini berjalan; mulai dari angkatan 1-12 dalam upaya mewujudkan KBG sebagai locus pastoral. Ia mengakui ada berbagai realitas yang ia temui di lapangan; kehadiran fasilittator, tuntutan nutrisi/vitamin fasilitator, pertanyaan seputar peran fasilitator sampai hal-hal teknis lainnya.

Pada bagian selanjutnya Parokus MBPA, RD. Eman memberikan beberapa catatan awal; “Tujuan kita hari ini lebih pada refleksi bersama, tentang panggilan kita sebagai fasilitator. Kita punya 400 san Fasilitator, jika ini semua aktif maka KBG akan hidup, jadi kita ingin membuat perencanaan kedepan bagaimana menghidupkan kembali fasilitator yang tertidur dan bagaimana studi lanjut bagi yang sudah ikut pemberdayaan AsIPA“, ungkapnya.20170626_094555

Persoalan yang Terjadi

Selanjutnya Bapak Herman Simbolon, sebagai moderator membuka sesi pertanyaan informatif terkait persoalan-persoalan yang terjadi. Dari beberapa sesi pertanyaan setidaknya dapat dibagi dalam 4 kategori berikut:

Identitas dan Peran Fasilitator

Siapa fasilitator dalam artian umum dan dalam konteks keuskupan Pangkalpinang? Diawali pertanyaan dari Ibu Lilis terkait beberapa tugas pemberdayaan yang dahulu diproses dan disampaikan oleh fasilitator namun sekarang bergeser ke seksi pendidikan, lalu dilanjutkan pertanyaan Pak Aloysius terkait konteks fasilitator di Keuskupan Pangkalpinang. Terkait siapa yang bertugas dalam beberapa program pemberdayaan, Romo Beni Balun yang diundang Parokus RD. Eman menegaskan bahwa yang terpenting adalah bagaimana prosesnya apakah sudah menggunakan model atau cara-cara AsIPA? atau masih model “guru-murid”? Sedangkan terkait identitas fasilitator Romo Beni mengingatkan apa yang disampaikan Alm. Bapa Uskup dan untuk membaca kembali ulasannya tentang hal ini dalam tulisannya “Kasak-kusuk tentang Fasilitator dan AsIPA? Menelusuri Mens Legislatoris

Selanjutnya Ibu Maria Florida membuka pertanyaannya dengan mengutip MGP Art. 261: “Peningkatan jumlah dan kualitas para fasilitator harus selalu menjadi agenda penting paroki. Teks AsIPA menjadi materi dasar bagi program pemberdayaan fasilitator dan para pemimpin…”. Apakah ini sudah terjadi di paroki ini dan bagaimana kehadiran imam dalam pengolahan modul bersama fasilitator? Pertanyaan ini dijawab oleh Parokus sebagai tujuan dari evaluasi ini, “Inilah salah satu tujuan dari evaluasi ini,  kita mendapat input yang akan menjadi program kedepannya“, ungkapnya.

Spiritualitas dan Semangat Komunio Fasilitator

Kedua, Ada beberapa keluhan, sharing, dan input dari fasilitator tentang spiritualitas fasilitator dalam pelayanan. Diakui masih banyak fasilitator yang masih belum mengimplementasikan spirit Hamba Allah dan kemuridan dalam pelayanannya. Ada fasilitator yang kurang rendah hati, kurang koordinasi, masih ada ego, kedisiplinan dan sebagainya sebagaimana diungkapkan Pak Thomas, Hironimus dan Pak Lorens.

Program “Maintain” dan On-going Formation (Bina Lanjut) Fasilitator

Ketiga, terkait “Maintaining program” atau program-program untuk penyegaran kembali, pemulihan dan pembaharuan semangat sebagai nutrisi fasilitator yang dirasa kurang sehingga berkontribusi juga terhadap pelayanan fasilitator dalam perjalanan mengimplementasikan visi dan misi paroki yang adalah visi dan misi keuskupan. Selain itu juga belum adanya program-program bina lanjut (On-going formation) terkait para fasilitator yang telah melalui proses pemberdayaan modul-modul AsIPA (A, B dan C), melalui pemberdayaan-pemberdayaan  untuk meningkatkan skill fasilitator seputar liturgi, katekese, Kitab Suci, pendalaman MGP dan penyusunan Cermin Pastoral (Pastoral Mirror) dan Goal Setting, sebagaimana diungkapkan ibu Tumir Silalahi, Ibu Maria Florida, Pak Saferius Desa, Pak Elias Kobe, Pak Lorens, Pak Romaldus dan ibu Maria Fransiska Kelen.

Pola Pastoral MBPA

Fasilitator merasakan ada beberapa penerapan-penerapan “roh” AsIPA yang sudah mulai ditinggalkan; misalnya rapat-rapat pastoral yang biasanya diawali dengan Sharing Injil, beberapa tahun ini menjadi “optional”, sebagaimana diungkapkan Pak Aloysius yang mengutip MGP Art.233 tentang Peningkatan Pelayanan Sabda. Hal senada juga terkait modul-modul pemberdayaan umat yang diusulkan Bapak Simon Solo agar kembali kepada ciri Integral dari AsIPA, yaitu menggunakan model AsIPA. Paroki ini telah memiliki berbagai modul pemberdayaan umat yang telah dibuat oleh tim fasilitator saat itu disesuaikan dengan kondisi kontekstual Paroki, mengacu dan menggunakan metode AsIPA sebagai “new way”, modul Komuni Pertama, Modul Baptisan, Modul Katekumen, Modul Pemekaran KBG, dan lain sebagainya.

Langkah Baru

Setelah sesi evaluasi dilanjutkan dengan makan siang bersama dan langsung berlanjut pada USUL dari para fasilitator untuk program kedepan yang dari diskusi juga sudah muncul dalam sesi pertanyaan informatif. Beberapa usulan yang muncul adalah: Pendalaman MGP dan kehadiran imam dalam rapat-rapat pastoral (dari Pak Elias Kobe, Pak Romaldus), Lokakarya AsIPA untuk kembali dibuka dan modul-modul pemberdayaan kembali menggunakan metode partisipatif AsIPA (dari Pak Simon Solo), Tahun depan para pengurus yang belum AsIPA menjadi prioritas ikut dalam lokakarya AsIPA (dari Ibu Lilis Cynde, Hamja, Atanasius), Rekoleksi Fasilitator (Pak Lorens), Pelatihan pembuatan program kerja dengan Cermin Pastoral (Pastoral Mirror) dan Goal Setting (dari Ibu Maria Fransiska Kelen).

Terdapat beberapa usulan yang langsung ditanggapi oleh RD. Eman sebagai parokus dan ada beberapa usulan yang akan dibahas bersama dengan koordinator fasilitator, yang dirangkum dalam dua kategori berikut:

Formatio Dasar

AsIPA itu adalah amanat Sinode, maka harus jalan” tegas Parokus MBPA dalam sesi perencanaan kedepan terkait evaluasi. Ia menambahkan “Saya harus menghentikan sementara lokakarya AsIPA, untuk merefleksikan kembali perjalanan kita, saya bersyukur sekali anda semua berbicara secara terbuka, …jadi tahun depan harus jalan AsIPA“. Romo Beni menambahkan bahwa tiap tahun harus terus jalan, mungkin bisa diwajibkan tiap KBG 2 atau 3 orang, bahkan sampai sedapat mungkin semua umat telah mengikuti program pemberdayaan AsIPA. Lalu Romo Beni meminta salah seorang fasilitator untuk membaca MGP Art.277:

(Art.277) Untuk maksud tersebut diperlukan adanya penegasan kembali mengenai kedudukan dan peran Sekretariat Pastoral sebagai pusat pastoral untuk formation dengan tanggung jawab utama: menyiapkan tahap formasi untuk semua: para imam dan pemimpin komunitas paroki. Pusat Pastoral ini bertanggung jawab atas:

  1. Bentuk dan materi formasi dasar bagi para imam, DPP, DPS, pemimpin-pemimpin KBG, fasiliator dan komisi-komisi, yang merupakan penanggung jawab atas pendidikan dan Dalam sidang sinode direkomendasikan, bahwa pelayanan pastoral yang sudah diperkenalkan adalah AsIPA. Karena itu AsIPA harus menjadi format pendidikan dan pewartaan.
  2. Bentuk dan materi formasi khusus yang ditujukan bagi siapapun yang mendapat tugas khusus dalam pelayanan
  3. Bentuk dan materi untuk permanent formation bagi para fasilitator sehubungan dengan persiapan sakramen- sakramen dan katekese untuk KBG-KBG.
On-Going Formation

Terkait pemberdayaan bina lanjut, Romo Beni memberikan usulan agar yang penting ada pertemuan rutin teratur fasilitator, disitulah nanti akan muncul program-program apa yang harus dilakukan.

WhatsApp Image 2017-06-26 at 10.31.45 PMMengakhiri sesi evaluasi, Moderator Bapak Herman Simbolon merangkum bahwa semua hal yang telah di diskusikan sudah ada di MGP dan NKGP, sebagai “Haluan dan UU” nya di Keuskupan Pangkalpinang, “Jadi kalau ada orang yang tidak mau mengikuti pedoman ini, berarti ia memunggungi hasil Sinode II Keuskupan Pangkalpinang“, tutupnya.

Sebelum penutupan melalui Ekaristi, Pak Wens sebagai koordinator fasilitator mengingatkan bahwa program-program kecil yang selama ini jalan tetap berjalan, termasuk studi modul Kerawam yang akan dievangelisasi ke umat selama 4 pekan nanti, seraya mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan kehadiran para fasilitator. Evaluasi ditutup dengan Perayaan Ekaristi bersama RD. Eman dan RD. Beni Balun.


costmust/BerkatNews.com

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.