Home BERITA Bersyukur, Bukan Kesuksesan Tetapi Kesetiaan atas Panggilan Hidup

Bersyukur, Bukan Kesuksesan Tetapi Kesetiaan atas Panggilan Hidup

by Alfons Liwun

Berkatnews.com—- Pangkalpinang—- Paroki Santa Bernadeth bergembira merayakan Misa Perdana anak parokinya, Romo Evodius Sapto Jati Nugroho, SJ yang ditahbiskan Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Semarang 19 Agustus 2021, tahun lalu di Gereja St. Antonius Padua Kotabaru, Yogjakarta. Dalam kata pengantar perayaan ekaristi perdana Rm. Sapto, Pastor Kepala Paroki Sta. Bernadeth, Rm. Ferdinandus Meo Bupu, mengajak semua umat bersyukur, karena kita dipanggil Allah sebagai umat untuk berziarah bersama. Selamat datang Rm. Sapto. Ketika pergi dari Bernadeth sebagai seminaris, sebagai anak sekolah, dan ketika kembali sebagai imam yang akan memberkati kita, ungkap Romo Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Pangkalpinang. Perayaan ekaristi dimeriahkan oleh koor GS Paroki, tarian-tarian dari umat Krakas dan Simpang Rimba dan anak-anak BIAR Paroki.

Para Romo dalam Perayaan Misa perdana RP. Sapto SJ, (foto:alfons;iwun)

Romo Sapto SJ, dalam kotbahnya Minggu 26 Juni 2022, pun mengucapkan terima kasih atas kebersamaan hidup selama ini. Kebersamaan kita dalam membangun Gereja sebagai umat beriman. Hari ini kita tidak merayakan kesuksesan, tetapi bersama saya, kita merayakan kesetiaan dan komitmen kita untuk membangun Gereja. Karena dibalik semuanya ini, kita yakin ada Tuhan yang menyertai kita.

Sebelum merayakan misa perdana ini, saya merayakan misa perdana di Paroki Tanjungpinang. Disana saya berjumpa dengan Rm. Pram, pastor paroki Tanjungpinang yang dulu menjadi pastor di paroki kita ini. Saya juga ke Batam dan menjumpai Romo Pascal. Saya menjumpai Rm. Pascal yang bekerja di Migrant dan Perantauan. Rm. Pascal teman bermain saya di asrama Tanjungpinang, pungkas Romo yang masa sekolah di Theresia 1 memiliki senyum yang manis seperti diungkapkan mantan guru agamanya, Ibu Theresia Martini.

Romo yang memilih motto tahbisan imamnya Berbagi Rahmat dan Cinta Allah dengan sukacita melanjutkan, Gereja kita ini adalah Gereja Misionaris, dengan mengutip migration. Gereja yang terus bergerak. Didalamnya muncul banyak panggilan dari Gereja kita. Sebelum saya ada Hendrico, setelah itu saya, dan masih ada Diakon Harry yang akan ditahbiskan menjadi imam, dari Paroki Santa Bernadeth, Fr. Danang dari Paroki Mentok. Bagi saya, inilah menjadi bukti, bahwa dari komunitas ini yang menaburkan benih-benih panggilan, perjumpaan-perjumpaan yang menguatkan iman kita, menguatkan iman saya juga.

Tarian Melayu, penjemput Rm. Sapto SJ di depan Gereja Paroki (foto:alfonsliwun)

Mengutip teks bacaan suci hari ini, Romo Sapto menegaskan bahwa ketika kita membaca bacaan pertama dan Injil, kalau kita lihat baik-baik, isinya itu kontradikstif, berlawanan. Yang dimaksudkan kontradiktif itu apa? Bahwa temanya tentang pamitan. Elisa boleh pamit, dan diperbolehkan oleh Elia. Yoo, dipersilakan boleh pamit! Tetapi, Yesus dalam Injil mengatakan tidak boleh pamit. Ini menimbulkan kontradiktif. Namun sebetulnya, kita menemukan kuncinya yaitu didalam bacaan kedua, surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia. Kata kuncinya disana adalah kebebasan.

Atas bacaan suci ini, Romo yang sekarang bertugas sebagai pembimbing rohani di Seminari Metroyudan merefleksikan, bahwa kerap kali dalam hidup ini banyak sekali kontradiksi. Kontradiksi itu ada dalam hidup perjalanan kita, untuk menitih kesetiaan. Kesetiaan dalam panggilan yang saya lalui, yang sudah saya katakan pada awal, bahwa kesetiaan yang saya alami ini bukan semata-mata kesuksesan, tetapi kesetiaan dalam proses yang saya lalui itu ada kontradiksi-kontradiksi, ada hal-hal positif dan negatif yang harus kita lalui. Inilah sebuah fakta yang harus kita hadapi. Dan kita perlu memiliki sikap. Dan sikap itu ditawarkan dalam bacaan kedua, yaitu sikap kebebasan. Kita diberi kebebasan, kemerdekaan untuk mengambil pilihan, untuk merangkul seluruh kontradiksi-kontradiksi yang ada dalam hati kita, yang ada dalam perjuangan-perjuangan hidup kita untuk mengikuti Tuhan, entah itu positif atau negatif, hal-hal baik atau negatif, termasuk hal-hal yang membangun atau menghancurkan kita. Dalam perjalanan bersama itu, kita diajak untuk memeluk itu semua dan membawanya kepada Kristus.

Tampak Para Imam berarakan masuk Gereja (foto:alfonsliwun)

Sebagai anak dari Gereja Keuskupan Pangkalpinang, Rm. Sapto pun menegaskan bahwa tahun ini, Keuskupan menetapkan Tahun Misi. Misi yang dimaksudkan disinilah bukan melakukan sesuatu lalu selesai. Tidak! Tetapi melakukan bersama-sama, melakukan bersama Tuhan. Yang terpenting disini ialah merangkul perjalanan hidup kita sebagai umat Allah ini. Disinilah, kita bersinode, kita berjalan bersama. Berjalan bersama menuju Tuhan, Tuhan yang setia, Tuhan yang selalu membimbing kita, tidak hanya sebagai pribadi, tapi sebagai satu komunitas.  Mari kita hening sejenak untuk merayakan kesetiaan, bukan kesetiaan kita, melainkan kesetiaan Allah sendiri.

Dalam perayaan Misa Perdana itu, Gereja Paroki St. Bernadeth pun merayakan HUT Imamat ke-23 Rm. Nugroho sscc, keluarga Rm. Sapto yang kini menjadi Vikjend Keuskupan Pangkalpinang. Hadir dalam perayaan perdana, para romo yang dikenal Rm. Sapto sejak kecil, Rm. Zakarias Ujan, Rm. Agustinus Tarnanu, pembimbing rohani Romo Sapto, Rm. Yosef Setiawan, Rm. Pieter, dan kedua teman Rm. Sapto, Rm. Ardy SJ dan Rm. Ale SJ. ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.