Home KATEKESE Renungan Harian Kamis, 30 Juni 2022

Renungan Harian Kamis, 30 Juni 2022

by Alfons Liwun

Pekan Biasa XIII, PF Para Martir Pertama di Roma; Bacaan Nubuat Amos 7: 10-17, Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku; Mazmur 19: 8-11, Keputusan Tuhan itu benar, adil selalu; Bacaan Injil Matius 9: 1-8, Mereka memuliakan Allah karena Ia telah memberikan kuasa sedekian besar kepada manusia.”

 Pilih Pengampunan Atau Penyembuhan? Yesus Tahu Itu. Maka Melihat Dan Berpikir Positif Saja Apapun Yang Ditentukan Tuhan Untuk Kita” 

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

 Dalam bacaan pertama (Am. 7:10-17) disajikan bagaimana Amazia, imam di Betel, melaporkan Amos kepada raja dan menolak pemberitaan Amos serta mengusir Amos ke luar dari Betel. Respons negatif Amazia karena ia tidak memahami inti warta Amos yang didasarkan pada perintah Allah sebagai tanggapan atas dosa umat.

Dalam bacaan Injil (Mat. 9:1-8), dikisahkan ketika seorang lumpuh dibawa kepada Yesus, Ia mengetahui (membaca) pikiran orang-orang yang membawa orang lumpuh itu. Mereka meminta disembuhkan termasuk juga hati para Ahli Taurat. Tetapi Yesus justru berkata: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Perkataan itu membuat para Ahli Taurat menuduh bahwa Yesus telah menghujat Allah sebab hanya Allah yang dapat mengampuni dosa manusia.

Maka Yesus memberikan kepastian kepada Ahli Taurat bahwa Dia mempunyai hak dan kuasa mengampuni dosa. Yesus pun memerintah orang lumpuh itu “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” dan orang lumpuh itu melakukan seperti yang dikatakan Yesus. Melihat itu, orang banyak memuliakan Allah.

Bagaimana dengan kita? Sebagaimana Amos ditolak oleh imam Amazia, demikian juga Yesus ditolak oleh para ahli Taurat dengan sikap menuduh Yesus telah menghujat Allah, gara-gara Yesus mengatakan “percayalah anakku dosamu sudah diampuni.”

Yesus menyembuhkan orang Yang sakit lumpuh, (foto:sesawi.net)

Bagi para ahali Taurat hanya Allah yang bisa mengampuni dosa, tetap justru Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai pengampun dosa. Bukan hanya itu, Yesus mampu membaca kebutuhan yang lebih mendasar dari si lumpuh yaitu pengampunan, bukan sekedar kesembuhan seperti yang dipikirkan para pengantarnya.

Yesus juga membaca hati para ahli Taurat yang selalu berpikir negatif dan mau menolak Yesus. Namun penolakan ahli Taurat tidak menghalangi kemauan Yesus untuk mengampuni dosa. Hebatnya, Yesus tidak menyingkapkan kejahatan hati ahli Taurat. Artinya, lebih daripada membaca pikiran, Yesus membaca hati manusia. Kuasa pengampunan yang ada pada Yesus itu ajaib. Pengampunan-Nya melampaui dimensi waktu dan kesadaran dari segala aspek keberdosaan kita.

Bayangkan, ketika kita belum atau tidak sedang memikirkannya, dosa kita telah diampuni-Nya. Dengan cara demikian Yesus mengajak kita untuk senantiasa melihat sisi positif dalam setiap peristiwa hidup, dalam setiap relasi, dalam setiap perjumpaan dalam hari-hari hidup kita. Untuk mampu melihat sisi positif itu, maka kita perlu membiasakan diri untuk berpikir positif. Pikiran yang sehat tentu akan sangat berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Dengan berpikir postif, kita telah menjadi saluran rahmat dan berkat bagi sesama kita.

Persembahan diri kepada Tuhan, dimulai dengan merenungkan Sabda-Nya (foto:alfonsliwun2011)

Marilah kita senantiasa melihat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam ciptaan-ciptaan-Nya, terutama dalam diri saudara-saudari kita, sesama manusia. Keberatan ucapan Yesus: “Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni” merupakan ungkapan Tuhan yang ditujukan kepada kita. Sebelum menyembuhkan fisik kita, Yesus menyembuhkan terlebih dahulu akar masalah yang menyebabkan kita lumpuh secara spiritual, yaitu dosa. Namun masalahnya kita cenderung melihat mujizat kesembuhan daripada pengampunan, sehingga banyak orang cenderung mensyeringkan pengalaman ketika disembuhkan bukan ketika diampuni.

Allah selalu melimpahkan banyak berkat-Nya ke dalam kehidupan kita dan sesama kita terutama pengampunan dosa. Semua, khususnya pengampunan dosa itu dapat kita alami hanya apabila kita memberikan kesempatan kepada-Nya untuk berbicara, dan kita mempunyai kemauan untuk mendengarkan suara-Nya. Oleh karena itu, marilah kita menjaga agar hati kita tetap terbuka dan siap untuk menerima Dia, bagaimanapun cara Tuhan bekerja.

Nah, sekarang bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda percaya bahwa Yesus dapat berkata-kata dengan penuh kuasa dalam kehidupan Anda dan di tengah dunia? Atau, apakah sudah cukup bagi Anda untuk sekali-kali disentuh oleh Tuhan atau diingatkan akan kenangan-kenangan penuh berkat di masa lampau dan pengharapan-pengharapan besar untuk masa depan? Kita bisa belajar dari para martir pertama di Roma yang dituduh melakukan pembakaran sehingga harus mengalami siksaan dan mati dalam keadaan keji. Namun mereka menerima tuduhan itu tanpa melawan. Kesaksian dan hidup mereka justru telah menyentuh hati ramai orang untuk terus berani mengimani Yesus. Semoga, Tuhan memberkat kita semua.

*) Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.