“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58)
Setiap tahun, masa Prapaskah menjadi waktu yang istimewa bagi kita untuk merenungkan kembali iman dan perjalanan spiritual kita. Tahun 2025 yang sedang kita jalani akan menjadi tahun yang lebih bermakna karena Gereja Universal merayakan Tahun Yubileum, masa rahmat yang mengajak kita untuk mengalami kasih Allah secara lebih mendalam.
Dalam terang kebangkitan Kristus, Rasul Paulus meneguhkan kita bahwa segala usaha, pengorbanan, dan perjuangan dalam hidup tidak akan sia-sia jika kita tetap berpegang pada Tuhan. Namun, dalam kenyataan hidup, sering kali kita merasa lelah, putus asa, atau bahkan bertanya-tanya apakah semua jerih payah kita sungguh bernilai. Renungan ini mengajak kita untuk kembali meneguhkan persekutuan kita dengan Yesus yang bangkit dan menyadari bahwa di dalam Dia, segala sesuatu memiliki arti.
Merenungkan Kebangkitan: Pengharapan di Tengah Perjuangan
Yesus telah bangkit dari kematian, menegaskan bahwa kehidupan tidak berhenti pada penderitaan, tetapi menuju kemenangan. Kebangkitan-Nya membawa harapan bahwa setiap luka, kekecewaan, dan tantangan yang kita hadapi bukanlah akhir dari segalanya. Paskah mengajarkan bahwa Tuhan selalu memiliki rencana yang lebih besar bagi kita, bahkan di saat-saat kita merasa tidak berarti atau terpuruk.
Tahun Yubileum 2025, yang mengusung tema Pellegrini di speranza (Peziarah dalam Pengharapan), mengajak kita untuk hidup sebagai umat yang berjalan dalam iman, tidak hanya pasrah terhadap keadaan, tetapi aktif dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Ini berarti kita dipanggil untuk terus berbuat baik, menabur kasih, dan menghadirkan terang Kristus, meskipun terkadang kita tidak langsung melihat hasilnya.
Hidup dalam Persekutuan dengan Yesus yang Bangkit
Bagaimana kita dapat menghidupi persekutuan dengan Yesus yang bangkit dalam keseharian kita?
1. Menjaga Keteguhan Iman
Hidup tidak selalu mudah. Ada saat-saat kita dihadapkan pada kegagalan, ketidakpastian, atau pencobaan yang membuat kita goyah. Namun, Paulus mengingatkan kita untuk “berdiri teguh dan jangan goyah.” Ini berarti kita perlu terus menaruh kepercayaan kepada Tuhan, meskipun jalan yang kita tempuh terasa sulit. Kita bisa memperkuat iman kita melalui doa, membaca Kitab Suci, dan terlibat dalam komunitas Gereja yang mendukung.
2. Tetap Semangat dalam Melayani
Kebangkitan Yesus bukan hanya tentang kemenangan-Nya sendiri, tetapi juga panggilan bagi kita untuk menjadi saksi kasih-Nya. Kita dipanggil untuk terus berbuat baik, entah itu melalui pelayanan di Gereja, membantu sesama yang membutuhkan, atau sekadar menjadi pribadi yang lebih sabar dan penuh kasih dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
3. Memandang Hidup dengan Pengharapan
Dunia sering kali membuat kita berpikir bahwa hanya hal-hal besar yang berarti, padahal dalam iman, setiap hal kecil yang kita lakukan dengan cinta memiliki nilai di hadapan Tuhan. Paskah mengajarkan bahwa dalam Kristus, tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Ketika kita tetap setia, kita sedang membangun sesuatu yang lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan.
Marilah kita berdoa:
Tuhan Yesus yang bangkit, Engkaulah sumber hidup dan harapan kami. Ketika kami merasa lelah, kuatkanlah kami. Ketika kami mulai goyah, teguhkanlah hati kami. Dalam perjalanan menuju Paskah dan dalam Tahun Yubileum ini, bimbinglah kami agar semakin dekat dengan-Mu. Ajarlah kami untuk hidup dalam iman, bertekun dalam kasih, dan memandang masa depan dengan pengharapan. Sebab dalam persekutuan dengan-Mu, tidak ada usaha yang sia-sia. Demi Yesus Tuhan Kami, Amin.
Semoga masa Prapaskah ini membawa kita semakin dekat dengan Yesus yang bangkit, dan semoga kita semakin diteguhkan dalam iman serta semangat untuk terus berkarya dalam kasih-Nya.
Penulis : Tarsisius Athanasius Ramto Idong