Home KategorialKevikepanKevikepan BabelKatedral (Pangkalpinang) Renungan Harian Kamis, 18 November 2021

Renungan Harian Kamis, 18 November 2021

by Alfons Liwun

Pekan Biasa XXXIII, Tahun B/I.

Peringatan fakultatif pemberkatan Gereja Basilika St. Petrus dan Paulus

 Bacaan 1, 1Mak. 2: 15-29, Kami akan mentaati hukum nenek moyang kami; Mzm. 50: 1-2.5-6.14-15, Siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah; Bacaan Injil Lukas 19: 41-44, Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

 Andaikan Engkau Tahu Apa Yang Perlu Untuk Damai Sejahteramu

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi

Selamat pagi saudaraku tercinta,

Dalam bacaan I (1 Ma 2:15-29)  dikisahkan bagaimana Matatias dan keluarganya melawan perintah Raja Antiokhus Epifanes yang memaksa orang-orang Yahudi meninggalkan ketetapan hukum Taurat. Walau dibujuk akan diangkat menjadi sahabat raja, — kedudukan yang sangat istimewa—dan akan diberi hadiah dalam rupa perak, emas, dan banyak hadiah lainnya, Matatias tidak tergoda. Ia justru menjawab dengan suara lantang, “Kalaupun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi perintah Seri Baginda dan masing-masing murtad dari agama nenek moyangnya serta menyesuaikan diri dengan perintah Seri Baginda, namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku hendak tetap hidup menurut perjanjian nenek moyang kami. … Titah raja itu tidak dapat kami taati. Kami tidak dapat menyimpang sedikit pun dari agama kami.”.

Ketika Matatias sedang berbicara, tiba-tiba seorang Yahudi tampil ke depan umum untuk mempersembahkan kurban di atas mezbah berhala di kota Modein menurut penetapan raja. Melihat itu Matatias naik darah dan … disergapnya orang Yahudi itu dan dibunuh di dekat mezbah. Petugas raja yang memaksakan kurban itupun dibunuhnya juga.” Matatias dan keluarganya melarikan diri ke pegunungan, meninggalkan seluruh harta bendanya. Ia pun menyerukan “Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan berpaut pada perjanjian hendaknya mengikuti aku!”

Yesus Memandang Kota Yerusalem dengan penuh kesedihan (foto:wordPress)

Dalam Injil (Luk 19:41-44), dikisahkan ketika mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Yesus menangisinya, katanya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”

Bagaimana dengan kita? Yesus menangisi kota Yerusalem. Tangis Yesus menunjukkan betapa Ia mencintai kota Yerusalem dan seluruh penduduknya. Tetapi kenyataannya penduduk Yerusalem menolak cinta Yesus. Karena itu Yesus mengatakan, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya, andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

Matatias di bacaan I, juga merasa geram ketika melihat saudara sebangsanya dengan mudah mengkhianati Tuhan mereka. Matatias tidak hanya menangisnya namun memberi contoh apa yang harus dilakukan dan mengajak warga kota Modein untuk berani melawan titah raja dengan seruan “Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan berpaut pada perjanjian hendaknya mengikuti aku!”

Tidak mudah memang mempertobatkan orang. Jika Matatias melakukan perlawanan bersenjata terhadap raja, sebaliknya Yesus melawan penguasa (agama dan negara) dengan kekuatan kasih sehingga Ia menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan. (Bdk. Yoh 18:5.6 dan 8) Yesus menyerahkan diri berarti membiarkan diri-Nya ditangkap, disika, dan dibunuh. Tidak melawan dengan kekuatan sesuai ajaran-Nya untuk tidak membalas dendam“ (Mat 5:39)

Kota Yerusalem, Kota Susah menerima kedatangan Mesias (foto:wordPress)

Mengapa penduduk Yerusalem tidak tahu apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh dami sejahtera? Karena hidup mereka dipenuhi dengan kejahatan dan berbagai macam hal jahat, sibuk dengan dirinya sendiri, “maaf aku mengurus ladang dulu” (Luk 14:18), maaf aku mau menguburkan orang mati dulu” (Mat 8:21). Sadar atau tidak kita saat ini juga sering memberikan alasan yang sama: sibuk dengan gadged dan HP, sibuk dengan pekerjaan, dll. Kita menjadi buta dan tuli hingga tidak mampu melihat dan medengar kehadiran Allah yang nyata dalam diri Yesus yang membawa damai sejahtera.

Maka Yesus menangisi kita dengan ucapan Wahai ….., alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Hari ini kita diingatkan apa yang bisa kita lakukan untuk damai sejahtera kita melalui perayaan peringatan pemberkatan basilika St. Petrus dan St. Paulus (dua dari 4 basilika agung yang ada di kota Roma). Peringatan pemberkatan basilika St. Petrus dan St. Paulus mengajak kita untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan St. Petrus dan St. Paulus yang luar biasa demi Gereja dan demi kita. Apa yang bisa kita lakukan demi Gereja dan anak-cucu kita di masa akan datang? Semoga. TUHAN memberkati. Amin!

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.