Home KATEKESE Jurnal Sabda Akhir Pekan, Sabtu 12 Maret 2022

Jurnal Sabda Akhir Pekan, Sabtu 12 Maret 2022

by Alfons Liwun

Bacaan pertama Ulangan 26: 16-19, Engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu; Mazmur 119: 1-2.4-5.7-8, Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan; Bacaan Injil Matius 5: 43-48, Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surge sempurna adanya.

 Pra Paskah: Masa Formation

RD. Lucius Poya H., *)

Pekan ini diwarnai oleh pesan-pesan dari bukit. Selain hari Minggu, Senin dan Rabu, empat hari yang lain diwarnai oleh pesan-pesan dari bukit.

Saya tak terlalu paham mengapa Gereja mengangkat kotbah di bukit menjadi warna ziarah dalam pekan I Pra Paskah. Namun satu hal yang saya tahu pasti adalah bahwa kotbah di bukit merupakan ajaran Yesus dalam proses formation (pembentukan) para murid; semacam peralihan dari insan yang sekedar berkerumun di sekitar Yesus kepada pertumbuhan menjadi murid; dari kebiasaan seperti orang yang tak mengenal Allah kepada sebuah kebaruan hidup sebagai anak-anak Bapa.

Allah itu begitu dekat dengan umat-Nya (foto:stpetrus.id)

 Formation kebaruan hidup sebagai anak-anak Bapa dan murid-murid-Nya itu, dimulai Yesus dengan mengubah cara berdoa. Doa, yang  sebelumnya lebih bersifat ritualistik, sehingga disesaki oleh banyaknya kata dengan lafal yang panjang, berisikan aneka permohonan, karena Allah dianggap begitu jauh tak terjangkau; segera diubah menjadi doa yang begitu ringkas. Doa baru ini menampilkan sosok Allah yang begitu dekat, Immanuel. Allah ini adalah Bapa yang melahirkan setiap insan; dan oleh karena itu Ia tidak hanya dekat melainkan juga senantiasa menyertai seluruh ziarah hidup anak-anak-Nya.

Perubahan sosok Allah yang berpengaruh pada perubahan cara berdoa, ikut pula menggeser pemahaman tentang hakikat doa. Doa yang sebelumnya hanya sekedar sebuah seruan kata kepada Dia yang jauh tak terjangkau diminta Yesus untuk segera ditinggalkan. Doa adalah perjumpaan antara Bapa dengan anak –anak-Nya, dan oleh karena itu isi dari doa bukan pertama-tama permohonan melainkan komitmen untuk memuliakan Allah, menghadirkan Kerajaan-Nya di dunia dan menjamin terlaksana-Nya kehendak Allah dalam kehidupan anak-anak-Nya.

Paradigma baru tentang sosok Allah dan kehadiran-Nya, yang berimbas pada perubahan total tentang hakikat dan cara berdoa, sebagaimana dilansir hari Selasa itu,  kemudian dilanjutkan Yesus dengan ajaran baru tentang perubahan spirit doa para murid. Karena Allah itu Bapa yang sangat dekat dengan anak-anak-Nya, maka spirit berdoa seorang murid bukan spirit pengemis pasif, yang sekedar melolong dari kejauhan, melainkan spirit seorang anak yang aktif meminta, mencari dan mengetuk hati Bapanya. Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya,  sebagaimana dilansir hari Kamis.

Proses formation Yesus kepada para murid, yang dimulai dengan perubahan paradigma tentang sosok Allah sebagai Bapa dan perubahan paradigma doa sebagai relasi interpersonal Bapa-Anak dimaksud agar para murid, selain membangun cara hidup tidak seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi juga supaya hidup keagamaan mereka lebih benar dari hidup keagamaan kaum Farisi dan ahli Taurat.

Kalau sosok Allahnya kaum Farisi dan ahli Taurat adalah Hakim yang menghukum, sehingga hidup keagamaan sekedar sebuah pelaksanaan atas aturan yang tertera dalam hukum; tidaklah demikian hidup keagamaan para murid Yesus. Bagi Yesus, Allah itu Bapa yang Maharahim penuh kasih. Dan seorang murid Yesus lahir dari Bapa yang maharahim penuh kasih itu. Dan oleh karena itu segala perilaku hidup para murid yang mencoreng kerahiman dan kasih tidak layak untuk dilestarikan, selain dimatikan dan diganti dengan perilaku hidup yang berasal dari Bapa, sebagaimana dilansir hari Jumat dan Sabtu, hari ini.

Ya! Pra Paskah adalah sebuah masa formation untuk menjadi murid. Dan untuk bertumbuh menjadi murid dibutuhkan empat keberanian. Pertama, keberanian untuk menolak suara iblis, kendati begitu menyentuh ke inti insting manusiawi seseorang. Kemuridan seseorang hanya bisa terbentuk berkat keberanian untuk tunduk kepada setiap firman yang keluar dari mulut Allah, sebagaimana diserukan Yesus hari Minggu.

Kedua, keberanian untuk membuka mata dan mengekspresikan cinta kepada Yesus, melalui siapa Dia mengidentikkan diri-Nya, sebagaimana dilansir Injil hari Senin.

KBG St. Gabriel Bukit Betung, mendalami tema Sinode Para Uskup “Merayakan” (foto:paulusbedediktus)

Ketiga, keberanian bertobat karena keterbukaan pada tuntunan dan tuntutan injil, sebagaimana kaum Niniwe terbuka pada seruan Yunus, sebagaimana dilansir Injil  hari Rabu.

Dan keempat, keberanian untuk menghayati identitas sebagai anak-anak Bapa, supaya bisa mentransfer hati, budi, dan tindakan Bapa, entah dalam hidup keagamaan maupun dalam hidup profan bersama sesama. Hanya dengan cara ini, doa Bapa Kami menjadi sebuah doa yang hidup dalam kehidupan para murid Yesus.

Mari jadikan Masa Pra Paskah sebagai masa formation. Jangan jadikan masa yang amat suci ini sekedar sebuah rentang waktu untuk  menantikan hari Paskah, sehingga cukup dijalani dengan aneka ritual-artifisial, sambil memapankan diri dalam belenggu wajah Farisi dan ahli Taurat. Sebab kata Yesus,” haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya”.  Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki Pekan II Pra Paskah. ***

*). Imam Keuskupan Pngkalpinang, sedang mempersiapkan calon Paroki di Tanjung Uban, Paroki Tanjungpinang, Bintan Kepri.

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.