Home KATEKESE Renungan Hari Rabu 23 Maret 2022

Renungan Hari Rabu 23 Maret 2022

by Alfons Liwun

Hari Rabu, Prapaskah III: Bacaan I: Ulangan 4:1, 5-9, Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia; Mazmur 147:12-13.15-16.19-20 R:12a, Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem!; Injil Matius, 5:17-19, Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi.

Prapaskah, Masa Persiapan menuju Keselamatan

RD. Fransiskus Paskalis *)

Sanak keluarga yang terkasih dalam Kristus…

Ziarah iman dalam prapaskah, kini memasuki pekan prapaskah ke tiga. Dari hari ke hari, dalam masa penuh rahmat ini, Gereja mengajak putra dan putrinya untuk terus menerus membangun sikap pertobatan. Perubahan hidup, dari manusia lama menuju manusia baru, merupakan seruan Gereja, agar kita hidup bukan mengandalkan kekuatan diri kita, melainkan menjadikan Tuhan sebagai sumber utama kekuatan kita.

Hidup tanpa mengandalkan kekuatan Tuhan, hanya akan membuat kita tetap terkungkung dalam dosa dan semakin jauh dari rahmat Tuhan. Sebaliknya, mengandalkan Tuhan membuat hidup kita lebih bernilai di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya, di awal masa prapaskah, kita diingatkan oleh Yesus sendiri untuk mengisi hari hari suci ini dengan; doa, puasa-pantang, amal kasih terhadap sesama kita.

Bacaan pertama hari ini memperlihatkan kepada kita semua, kepedulian Musa terhadap umat Israel. Musa menyadari bahwa bangsa yang telah ia bawa keluar dari Mesir adalah bangsa yang belum dewasa dalam iman. Ziarah mereka di padang gurun memperlihatkan, betapa mereka sering meragukan Tuhan dengan sikap membangkang mereka. Godaan untuk meninggalkan Tuhan terus menghantui perjalanan mereka. Tampaknya Israel lebih memilih untuk tetap hidup dalam manusia lama, dan mengabaikan Tuhan. Mereka lupa bahwa Tuhan lah yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan dan Tuhan juga yang menjadi satu-satunya yang menyelenggarakan hidup mereka.

Karena itulah, di akhir-akhir hidupnya, Musa kembali membentangkan di hadapan mereka semua, sejarah keselamatan yang telah mereka alami dan bagaimana Tuhan terlibat dalam hidup mereka. Tujuannya, agar ketika sudah menetap di tanah yang Tuhan janjikan, mereka tetap menjadi umat kesayangan-Nya. Kesetiaan kepada Tuhan adalah jalan menuju keselamatan, sebaliknya ketidaksetiaan hanya akan membawa malapetaka.

Yesus Menyampaikan Sabda Bahagia di Bukit (foto: katolikku.com)

Untuk itu, dalam kotbah di bukit, setelah Yesus memberikan Sabda Bahagia-Nya, Ia menegaskan kepada kita semua bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan semua hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Sabda-Nya ini hendak meneguhkan kita semua, bahwa Dia adalah Hukum Yang Baru. Tuhan Yesus mengatakan bahwa “hidup keagamaan” kita yang percaya kepada-Nya harus lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi membuat banyak peraturan tambahan untuk hukum Taurat, tetapi seringkali melupakan inti hukum Taurat, yaitu kasih yang murni kepada Tuhan dan kasih yang murni terhadap sesama manusia. Siapa yang hidup tanpa kasih yang murni itu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya berotoritas penuh dalam legislasi hukum dan Kepenuhan Hukum itu.

Semoga kita masih setia dengan, Doa, Puasa-Pantang dan Karya Amal terhadap sesama. Amin. ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.