Home KATEKESE Renungan Harian Jumat, 25 Maret 2022

Renungan Harian Jumat, 25 Maret 2022

by Alfons Liwun

Bacaan Yesaya 7: 10-14; 8: 10b, Seorang perempuan muda akan mengandung; Mazmur 40: 7-8a. 8b-9. 10. 11, Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu;Ibrani 10 : 4-10, Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu; Lukas 1: 26-38, Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.

Mengikuti Teladan Maria: “Menyediakan Tubuh Bagi Keselamatan Sesama Manusia.”

(Hari Raya Khabar Sukacita : 25 Maret 2022)

Oleh: RD. Marcel Gabriel

Pembaca BERKAT News yang terkasih : Salam Communio et Missio.

Dalam Pekan III Prapaskah ini, kita merayakan salah satu Hari Raya Besar dalam Gereja, yakni HR Khabar Sukacita. HR Khabar Suka, hari dimana Bunda Maria menerima Khabar Gembira dari malaikat Gabriel yang memberitahu kepadanya bahwa dirinya dipilih untuk menjadi Bunda Tuhan!

Sejalan dengan “semangat Masa Prapaskah” yang menekankan berbagai tindakan tobat seperti ulah-tapa, pantang, dan puasa, pada hari ini saya mengajak kita semua untuk mengikuti teladan Bunda Maria. Sehubungan dengan khabar sukacita yang diterimanya, yang kemudian dia terjemahkan ke dalam Aksi Nyata yang sungguh dirasakan oleh sesama yang ditemui Bunda kita ini!

Khabar Sukacita

Khabar Sukacita yang mengalir dari Firman Tuhan melalui teks-teks Alkitab yang kita bacakan pada Hari Raya ini, pertama-tama berupa tawaran kepada Raja Ahas untuk meminta tanda dari Tuhan. Namun Ahas menolak, sebab baginya akan merupakan tindakan ‘mencobai Tuhan’ jikalau dia meminta tanda tersebut. Karena itu, maka Tuhan Allah sendiri memutuskan untuk memberikan tanda, bahwa ‘Sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, yang berarti ‘Allah menyertai kita,’ (Yes.7:14;8: 10b).” Tanda yang terkait dengan ‘berita kelahiran’ ini menjadi ‘khabar sukacita’ karena kelahiran Imanuel ini menjadi pesan kepada Bunda Maria, sekaligus tindakan Allah untuk menyertai umat-Nya.

Malaikat Tuhan membawa Kabar Baik kepada Maria, gadis desa dari Nazareth (foto: sesawi.net)

Rancangan Allah & Kerjasama Manusia

Melalui peristiwa Khabar Sukacita dalam Nubuatan Nabi Yesaya tersebut, kita menjumpai Tuhan Allah sebagai pengambil inistiatif untuk menawarkan ‘tanda’ kepada Raja Ahas, dan selanjutnya Allah jugalah yang mengerjakan tanda yang dijanjikan-Nya itu dengan kerjasama ‘seorang perempuan muda.’ Kerjasama dan kesediaan ‘perempuan muda’ ini, yang dalam Injil kita kenal sebagai ‘Maria’. Dalam diri Maria ini, akhirnya mengubah tanda yang ditawarkan Tuhan Allah ini, dari ‘nubuatan’ atau ‘ramalan’ yang wujudnya adalah ‘kata-kata’ dan menjadi ‘seorang pribadi manusia’ yang nama-Nya adalah ‘Imanuel, (Yes. 8: 10b).’

Perempuan muda, yang tidak lain adalah Bunda Maria ini, ketika menerima khabar sukacita tentang rancangan Allah untuk menyertai umat-Nya, dari malaikat Gabriel, akhirnya menyediakan dirinya untuk bekerja-sama mewujudkan janji dan tawaran Allah tersebut. Kepada malaikat Gabriel, Bunda Maria menegaskan kesediaannya ini dengan kata-kata, ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu, (Luk. 1: 38).”

Dalam diri Maria, si perempuan muda dalam nubuatan Yesaya itu, yang menyatakan kesediaan untuk melaksanakan kehendak Allah yang diterimanya dari malaikat Gabriel tersebut di atas, dalam catatan Paulus dimaknai sebagai ‘tindakan Tuhan’ untuk ‘menyediakan tubuh bagi Kristus, Putera Allah, yang menjadi Imanuel itu, (Ibr. 10 : 5).

Dengan demikian, kita menemukan bahwa ‘nubuatan’ tentang kelahiran Imanuel yang melaksanakan tindakan penyertaan Allah kepada umat-Nya itu, menjadi mungkin. Ketika ada seorang perempuan muda, yang dalam hal ini adalah Bunda Maria, yang menyediakan atau memberikan ‘tubuhnya’, untuk membawa nubuatan tersebut menjadi tindakan atau Aksi Nyata Allah, aksi untuk ‘menyertai Umat-Nya!’

Pentingnya Tubuh Manusia Bagi Keselamatan

Melalui surat kepada orang Ibrani, Paulus menegaskan kepada kita, bahwa Nubuat Nabi Yesaya telah digenapi, ketika Maria, perempuan muda dari Nazaret itu, memberikan dirinya (“tubunya”, menurut Ibr. 10: 5) untuk melahirkan Imanuel. Point penting dalam surat Ibrani ini ketika disandingkan dengan kesediaan Maria (Luk. 1: 38), memberi pesan kepada kita, bahwa ‘tubuh manusiawi kita’ merupakan ‘sarana penting bagi Tuhan’ untuk mengerjakan penyelamatan-Nya dan untuk menghadirkan penyertaan-Nya bagi manusia.

Rombangan KKIT di depan Gua Maria Ratu Segala Bangsa Cambay (foto:nova)

Pentingnya ‘tubuh manusia dalam rancangan keselamatan Allah’ sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Bunda Maria ini, menghadirkan pertanyaan refleksi untuk saudara dan saya, ‘sejauh mana kita telah memberikan tubuh kita, supaya dapat digunakan oleh Tuhan dalam menghadirkan penyelematan-Nya kepada dunia dan umat manusia?’ Kesediaan diri Bunda Maria, telah membawa ‘Nubuatan” atau ‘Ramalan” yang semula berwujud kata-kata, kemudian menjadi ‘tindakan atau perbuatan’ dengan dua subyek.

Pertama tindakan Tuhan untuk menawarkan penyertaan-Nya (Imanuel) kepada manusia. Kedua, tindakan Maria yang menerima dirinya sebagai seorang hamba Allah, dan ‘memberikan tubuhnya’ untuk melaksanakan kehendak Allah. Demikian, ketika tindakan Allah ini bertemu dengan tindakan Bunda Maria, maka Imanuel atau penyertaan Allah bagi manusia itu lalu menjadi kenyataan.

Permenungan untuk saudara dan saya :

Sepanjang Masa Puasa selama 40 hari ini, “adakah aku dengan sukarela mempersembahkan tubuhku kepada Allah, supaya Dia dapat melakukan tindakan penyertaan-Nya bagi diriku dan orang-orang yang aku jumpai, orang-orang di dalam keluargaku, orang-orang di dalam KBG-ku, baik yang seiman maupun yang tidak seiman dengan diriku?” Semoga oleh doa dan pertolongan Bunda Maria, aku pun dapat mempersembahkan tubuhku bagi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama manusia. Amin! ***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, kini Sekretariat General PIPA Keuskupan Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.