Renungan Akhir Pekan Biasa ke XXVIII
Injil Lukas 12: 8-12
Ziarah Menuju Hidup Kekal
Oleh: RD. Lucius Poya H., Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Hidup ini sebuah ziarah; sebuah perjalanan menuju puncak keselamatan; perjalanan menuju hidup kekal. Hidup sebagai sebuah ziarah ini yang gagal dimaknai oleh si kaya, sebagaimana diwartakan Injil, saat kita meniti langkah awal ziarah di hari Minggu Biasa ke XXVIII, yang silam.
Karena hidup ini adalah sebuah ziarah menuju puncak kehidupan kekal, maka keutamaan yang harus kita pupuk adalah menghiasi diri dengan keutamaan-keutamaan pengudusan, sebagaimana difirmankan Allah, serya berlari mendapatkan Yesus, berlutut di hadapan-Nya, berkomunio dengan Dia, seraya mendengarkan apa yang Ia perintahkan untuk dilakoni kendati penuh dengan pergulatan. Benar bahwa kita butuh harta untuk bisa survive dalam ziarah di dunia, namun harta harus menjadi penopang dan tak boleh menjadi penghalang utama menuju hidup kekal itu.
Visi kehidupan kekal, yang harus diimplementasikan dengan membangun kekutamaan mendengar dan melaksanakan perintah Tuhan itu, yang diwaratakan kembali hari Senin kepada orang banyak, agar mereka pun sanggup membangun hidup seperti ratu dari selatan yang medengarkan hikmat salomo; seperti orang-orang Niniwe yang mendengarkan Yunus. Sebab mendengar Tuhan itu memperjelas arah, melaksanakan perintah-Nya memuluskan perjalanan.
Ketika ziarah di dunia tak dimaknai sebagai sebuah perjalanan menuju hidup kekal, maka seseorang akan cenderung mekaloni identitas sebagai farisi dan ahli taurat. Ciri utama identitas ini adalah menyalahgunakaan hidup keagamaan untuk sekedar membangun pencitraan dalam selubung kemunafikan; berkonsetrasi pada penampilan lahiriah demi menyembunyikan kebusukan batiniah; menghayati aturan yang ketat untuk sekedar berkamuflase agar kebobrokan perilaku tersembunyi; pamer diri sebagai ahli poengetahuan agama, demi menyembunyikan nihilnya kesaksian pribadi terhadap apa yang diajarkan kepada orang. Hidup bertopeng seperti ini yang dikritik Yesus sepanjang hari Selasa sampai Kamis pekan ini. Itulah sebanya Yesus mengingatkan para murid, agar setia pada visi hidup kekal, apapun situasi yang dihadapi. Demi visi hidup kekal itu, waspadalah terhadap ragi kemunafikan kaum farisi, sebagaimana dipesankan hari Jumat kemarin.
Ya! Hidup ini sebuah ziarah; ziarah menuju hidup kekal. Oleh karena itu gunakanlah ragi Yesus, agar dunia dijadikan sebagai tempat ziarah menuju hidup kekal. Jangan biarkan barang-barang dunia melunturkan iman akan Yesus. Sebab bila itu terjadi, kehidupan kekal tak akan diraih, sebab, kata Yesus hari ini, Ia akan menyangkal kita di hadapan para malaikat Allah,
Rasanya inilah yang dilakoni RD. Philips Seran yang mengakhiri ziarahnya dalam pekan ini. Ia tidak menyangkal Yesus di hadapan manusia. Sebaliknya ia sendiri menjadi saksi akan kehidupan kekal itu, saat mengangkat Roti Kehidupan dan Piala Keselamatan, sambil menghiasi dirinya dengan keutamaan pengudusan dan kesederhanaan. Ia hidup apa adanya, lurus-lurus saja. Tak ada kemunafikan yang ia pancarkan. Dan demi menopang semua kesaksiannya itu, ia telah memanfaatkan keahliannya untuk membimbing umat agar memanfaatkan waktu ziarah di dunia sebagai moment berlari dan berlutut di hadapan Yesus demi mencicipi Sumber Hidup Kekal. Oleh karena itu, Philips ad vitam aeternam.
Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan perziarahan yang baru dalam bimbingan Roh Kudus. Amin. Salam Komunio! ***