Tanpa terasa, empat puluh hari sudah, RD Petrus Sunarto alias Romo Gandung, meninggalkan umatnya di Keuskupan Pangkalpinang, dan kembali ke rumah Bapa. Dan bertepatan dengan hari Lebaran 1434 (08/8) kemarin, sekitar seratusan umat Katolik di Kota Pangkalpinang dan Sungailiat menghadiri misa Requiem di Gereja Katedral St Yoseph Pangkalpinang itu.
Misa itu digagas oleh Unio Imam Keuskupan Pangkalpinang. Karena selain bertepatan dengan 40 hari berpulangnya, almahrum juga pernah menjad Parokus Katedral St Yoseph Pangkalpinang, 2006-2010. Dan Misa ini menjadi luar biasa, karena, dalam kotbah, RD Ferdi Meo sebagai imam yang menokohi Romo Gandung sebagai ‘menthor pastoralnya’ itu membagikan cerita seputar kebersamaannya dengan almarhum. Di mata pakar Kitab Suci Pangkalpinang ini, Romo Gandung adalah pribadi yang sederhana, tegas dan tidak mau terikat kepada umat.
Bahkan sebagai imam muda ketika itu, Romo Ferdi mengakui, karakter kegembalaannya yang kerap meledak-ledak itu, dimatangkan, diarahkan dan disejukkan oleh pedampingan almahrum. Banyak peristiwa yang diceritakan Romo Ferdi dalam misa itu. Sehingga umat dan para pastor yang hadir dalam misa itu sering tertawa ngakak mengenang kisah Romo Gandung selama hidupnya. Tetapi pada intinya, menurut Romo Ferdi , Romo Gandung tentunya sudah berbahagia bersama Bapa di Surga.
“Romo Gandung menjadi pendoa bagi kita yang masih berjuang di dunia ini”, pungkas Romo Ferdi dalam kotbahnya. Misa itu dihadiri keluarga Romo Gandung yang ada di kota Pangkalpinang dan umat lainnya. Sedangkan dibarisan imam, tampak beberapa imam di kota Pangkalpinang, termasuk Romo Vikep Babel, RD Frans Mukin, ikut sebagai konselebran sore itu.
(Stefan)
arsip 10 Agustus 2013