MALANG, Berkatnews.com – Misa Pembukaan Perayaan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) 2025 digelar pada Kamis pagi, (12/06) di Auditorium STFT Widya Sasana, Malang. Misa ini dipimpin oleh Uskup Keuskupan Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm., didampingi oleh Ketua Komisi Komsos KWI, Mgr. Kornelius Sipayung, OFM. Cap., serta para pastor pendamping Komsos dari seluruh keuskupan di Indonesia.
Tahun ini, Keuskupan Malang menjadi tuan rumah perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional ke-12. Yang menjadi perhatian khusus dalam pembukaan misa adalah keterlibatan anak-anak disabilitas dari Yayasan Bhakti Luhur sebagai petugas koor dan liturgi.

Anak-anak disabilitas ikut ambil bagian dalam tugas Liturgi pembukaan Misa PKSN 2025
Sebanyak 35 anak disabilitas, mulai dari tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, hingga tuna daksa, tampil dengan penuh semangat bersama gabungan anak-anak dan juga para suster . Salah satu anak tuna netra memainkan keyboard, sementara anak lainnya menjadi lektor dan pemazmur dalam misa pembukaan tersebut.
Suster Yanti Goo, ALMA, salah satu pengasuh anak-anak di Yayasan Bhakti Luhur menyampaikan rasa syukurnya karena anak-anak mendapat kesempatan untuk turut serta dalam liturgi Gereja.
“Kami melatih mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka tinggal di 22 wisma berbeda di Kompleks Bhakti Luhur, Jl. Terusan Dieng No. 40. Ada yang di Wisma Ina khusus tuna netra dan tuna rungu, ada juga wisma lain untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya,” ujarnya.
Anak-anak Bhakti Luhur yang mengikuti koor ini berasal dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari TK, SD, hingga SLB. Mereka tidak hanya menerima pendidikan akademik, tetapi juga berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat seperti menyanyi, memasak, dan melukis. Beberapa anak tuna daksa bahkan mampu melukis dengan mulut karena keterbatasan tangan.
Jumlah total anak-anak yang diasuh di kompleks Bhakti Luhur saat ini mencapai sekitar 300 orang, dengan sistem pengasuhan berbasis keluarga. Setiap wisma dipimpin oleh penanggung jawab dan dihuni bersama para pengasuh serta suster ALMA.
“Harapan kami, anak-anak dengan kondisi khusus ini bisa diterima sepenuhnya sebagai anggota Gereja dan warga masyarakat tanpa sekat atau perbedaan,” tutup Sr. Yanti.
Penulis/Reporter : Veronika Suci