Episkopal Kharismatik KWI yang juga uskup Pangkalpinang Mgr Hilarius Moa Nurak, SVD memimpin misa kudus dalam rangka Jubileum bagi orang-orang sakit, Lansia, dan para penyandang cacat bertempat di Gereja paroki St. Bernadeth Pangkalpinang, Kamis, (14/4) sore.
Rangkaian kegiatan jubileum tersebut diawali dengan rekoleksi singkat, dilanjutkan penerimaan sakramen rekonsiliasi, dan diakhiri dengan ekaristi kudus bersama umat dan para tenaga medis serta karyawan/I Rumah Sakit Katolik Bhakti Wara (RSK-BW) Pangkalpinang.
Uskup Hilarius dalam pengantar singkatnya saat ekaristi mengungkapkan bahwa tujuan penyelenggaraan Jubileum orang sakit, Lansia, dan penyandang cacat, merupakan momentum pembaharuan diri dan bathin. “Sekuat-kuatnya kita manusia, akan ada saat dimana kita merasa tak berdaya karena berbagai alasan seperti lanjut usia, sakit atau pun cacat,” ujar nakhoda KBG itu.
Meski begitu, menurut uskup pelaut ini, menjadi tua dan sakit bukanlah hal yang menakutkan. Sebab penderitaan bisa membawa orang pada pertobatan dan penemuan akan Tuhan sebagaimana dilakukan St. Ignatius Loyola. “Masa tua dan sakit penyakit merupakan langkah awal menuju kebahagiaan. Sakit selalu membawa kita pada semangat doa. Karena itu, hendaknya selalu dihayati dalam iman akan Kristus,” tutur uskup 73 tahun itu dalam kotbahnya.
Uskup Hilarius Dikadoi Tongkat
Pada kesempatan itu, uskup yang sudah hampir tiga puluh tahun mengemban tugas episkopalnya di keuskupan Pangkalpinang, mengisahkan tentang kondisi fisiknya yang sudah tak muda lagi. “Baru-baru ini ketika control kesehatan di Singapura, saya mengisahkan kepada dokter tentang kondisi kaki yang mulai sakit-sakitan. Tapi dokter itu tidak memberikan obat apapun, malah memberikan tongkat. Dan dia menganjurkan kepada saya untuk mulai menggunakan tongkat. Jujur, saya masih malu sehingga tongkat itu saya bawa tapi masih tersimpan rapi dalam tas,” pungkas uskup sembari tersenyum kecil. [SH. Lopis]***